Sebelum Otonomi Daerah Selama Otonomi Daerah

commit to user 50

G. Pembahasan

1. Analisis Location Quotient LQ

a. Sebelum Otonomi Daerah

Komoditas yang teridentifikasi sebagai komoditas basis di Kabupaten Sragen pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah tahun 1997·2000, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditas padi, kacang tanah dan kacang hijau. Komoditas yang menjadi basis di Kabupaten Sragen tersebut dapat menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Sragen tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah. Penjualan keluar wilayah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Peningkatan pendapatan dari komoditas basis juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan komoditas non basis agar menjadi komoditas basis. Oleh karena itu, komoditas yang menjadi basis inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten Sragen.

b. Selama Otonomi Daerah

Komoditas yang teridentifikasi sebagai komoditas basis di Kabupaten Sragen selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001-2008, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditas padi, kacang tanah dan kacang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga komoditas tersebut dapat dipertahankan baik sebelum maupun pada masa otonomi daerah. Komoditas kedelai meskipun belum menjadi basis akan tetapi hal ini perlu menjadi perhatian tersendiri melihat indek LQ sebelum otonomi daerah hanya 0,27 dan selama otonomi daerah naik menjadi 0,59. Hal ini commit to user 51 menjadikan kedelai berpotensi untuk menjadi basis. Pengembangan komoditas pertanian harus disesuaikan dengan keadaan alam sekitar dan harus memperhatikan dampak negatif yaitu kerusakan lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa antara masa sebelum maupun selama diterapkan otonomi daerah, komoditas subsektor yang tergolong dalam klasifikasi komoditas basis tidak berbeda. Komoditas yang pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah telah menjadi basis di Kabupaten Sragen tetap bertahan menjadi komoditas basis pada masa selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001-2008 yaitu padi, kacang tanah dan kacang hijau. Hasil penelitian penelitian ini mendukung penelitian Hendayana 2003 tentang Aplikasi Metode Location Quotient LQ Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Hendayana 2003 yang menemukan menemukan bahwa 1 Metoda LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena tergolong basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan nasional, 2 perhitungan LQ baru didasarkan aspek luas commit to user 52 areal panen atau areal tanam, maka keunggulan yang diperoleh baru mencerminkan keunggulan dari sisi penawaran, belum dari sisi permintaan. Untuk mendapatkan keunggulan dari penawaran dan permintaan analisis masih perlu dilanjutkan dengan memasukkan unsur ekonomi antara lain keragaan ekspor dan impor. 3 Metode LQ memiliki kelebihan dalam hal penyelesaiannya yang mudah dilakukan, akan tetapi juga memiliki keterbatasan terutama bila menyangkut deliniasi wilayah yang acuannya tidak jelas.

2. Analisis Model Ratio Pertumbuhan