Klasifikasi Nyeri Tinjauan Umum Tentang Nyeri .1 Definisi Nyeri

71 sensitivitas berlebihan terhadap nyeri, pada kadar tinggi, bradikin dapat secara langsung menstimulasi nosiseptor untuk aktif. Prostaglandin dan leukotrien merupakan senyawa yang disintesis di daerah kerusakan jaringan dan dapat mengakibatkan hiperalgesis melalui kerja langsungnya pada nosiseptor atau dengan mensensitisasi nosiseptor terhadap senyawa lain. Senyawa P, suatu neurotransmitter yang dilepaskan dari serabut saraf aferen, juga mengakibatkan pelepasan histamin dan bekerja sebagai vasodilator kuat Raylene, 2008. Tabel 2.1 Senyawa Aktif Mediator-mediator Nyeri Senyawa Sumber Histamin Dilepaskan oleh sel mast Kalium Dilepaskan oleh sel-sel yang rusak Bradikinin Protein plasma Prostaglandin Asam arakidonat yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak Leukotrien Asam arakidonat yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak Senyawa P Neuron aferen primer Sumber: Field, 1987.

2.3.4 Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu: 1. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan persepsi nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami. 2. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan Universitas Sumatera Utara 72 fungsi berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. 3. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada serabut saraf aferen SSA atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA mekanisme perifer menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral mekanisme sentral Turk dan Flor, 1999; Raylene, 2008. Pengobatan nyeri tidak hanya difokuskan untuk menghilangkan gejala tetapi juga untuk mengatasi penderitaan dan ketidakmampuan yang diakibatkan oleh nyeri tersebut. Pemberian analgetik secara teratur disarankan lebih untuk mencegah munculnya nyeri dari pada meredakan nyeri yang telah terjadi. Rasa nyeri dapat di atasi dengan obat-obat analgetik yang letak dan tempat kerjanya disesuaikan dengan rasa nyeri yang dirasakan, rasa nyeri ringan sampai sedang dapat diobati dengan obat-obat analgetik perifer seperti antalgin tablet Metampiron dan nyeri sedang sampai nyeri berat dapat diobati dengan obat-obat analgetik narkotik seperti morfin. Universitas Sumatera Utara 73 Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu: a. merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal. b. merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal c. blokade dari pusat nyeri dalam sistem saraf pusat dengan analgetika sentral narkotika atau anestetika umum Tan dan Rahardja, 2002. 2.4 Analgetik 2.4.1 Definisi Analgetik