68
- Herpes zoster
Tumbuk halus 1 genggam herba patah tulang dan 1 buah bawang putih, lalu tambahkan air dingin. Balurkan hasil tumbukan pada bagian tubuh yang sakit.
Lakukan pengobatan tiga kali sehari Arief, 2007.
2.2 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif darisimplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
diluar pengaruh cahaya matahari langsung Ditjen POM, 1995. Ragam ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang
diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi Harborne,1984. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian kosentrasi pada kesimbangan. Maserasi dilakukan dengan cara pengadukan yang kontinu terus-menerus. Remaserasi dilakukan dengan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Ditjen, 2000.
Metode ekstraksi atau cara ekstraksi dapat dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel. Tehnik ini biasanya digunakan jika kandungan organik yang ada
Universitas Sumatera Utara
69
dalam bahan-bahan tumbuhan tersebut cukup tinggi dan telah diketahui jenis pelarut yang dapat melarutkan dengan baik senyawa-senyawa yang akan
diekstraksi atau diisolasi. Kelemahan teknik ini yakni adanya kejenuhan konsentrasi larutan penyari Ditjen, 2000.
2.3 Tinjauan Umum Tentang Nyeri 2.3.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh, sensasi penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan,dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor
sensorik. Provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi
ketidaknyamanan, distress, atau menderita Raylene, 2008.
2.3.2 Mekanisme Nyeri
Gambar 2.1 Perjalanan Nyeri Anonim, 2011. Pada Gambar 2.1 menjelaskan tentang perjalanan rangsangan nyeri. Rasa
nyeri terjadi akibat rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat
tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan organ-organ lain.
Universitas Sumatera Utara
70
Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke sistem saraf pusat SSP melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat
nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Otak besar dan otak kecil bersama-sama melakukan reaksi pertahanan dan perlindungan.
Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamin, serotonin, dan prostagladin, serta ion-ion kalium Mustchler, 1991; Ganiswara, 1995; Tan dan
Rahardja, 2002. Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri Gambar 2
.
1, antara lain: lingkungan, umur, kelelahan, riwayat nyeri sebelumnya, mekanisme pemecahan
masalah pribadi
.
Sebagian besar rasa nyeri hebat oleh karena: trauma, iskemia atau inflamasi disertai kerusakan jaringan. Hal ini mengakibatkan terlepasnya zat
kimia tertentu yang berperan dalam merangsang ujung-ujung saraf perifer. Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebihan,
misalnya: kebisingan, cahaya yang sangat terang dan kesendirian. Kelelahan juga meningkatkan nyeri sehingga banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur
Willkinson, 2007.
2.3.3 Mediator Nyeri
Ada beberapa sumberpenghasil senyawa kimia yang terlibat pada pengenalan nyeri, yaitu 1 berasal dari sel-sel yang rusak, 2 disintesis oleh sel-
sel melalui enzim yang diinduksi karena kerusakan jaringan, atau 3 merupakan produk nosiseptor sendiri. Histamin dan kalium yang dilepaskan oleh sel setelah
terjadi kerusakan jaringan dapat mengaktivasi danatau mensensitisasi nosiseptor. Pada kadar rendah, bradikinin, suatu polipeptida hasil potongan protein plasma,
dapat menghasilkan vasodilatasi dan edema, mengakibatkan hiperalgesia yaitu
Universitas Sumatera Utara
71
sensitivitas berlebihan terhadap nyeri, pada kadar tinggi, bradikin dapat secara langsung menstimulasi nosiseptor untuk aktif. Prostaglandin dan leukotrien
merupakan senyawa yang disintesis di daerah kerusakan jaringan dan dapat mengakibatkan hiperalgesis melalui kerja langsungnya pada nosiseptor atau
dengan mensensitisasi nosiseptor terhadap senyawa lain. Senyawa P, suatu neurotransmitter yang dilepaskan dari serabut saraf aferen, juga mengakibatkan
pelepasan histamin dan bekerja sebagai vasodilator kuat Raylene, 2008.
Tabel 2.1 Senyawa Aktif Mediator-mediator Nyeri
Senyawa Sumber
Histamin Dilepaskan oleh sel mast
Kalium Dilepaskan oleh sel-sel yang rusak
Bradikinin Protein plasma
Prostaglandin Asam arakidonat yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak
Leukotrien Asam arakidonat yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak
Senyawa P Neuron aferen primer
Sumber: Field, 1987.
2.3.4 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu: 1. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak
merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya
stimuli dan persepsi nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami.
2. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
72
fungsi berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin,
prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor
menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. 3. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi
primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan
khususnya pada serabut saraf aferen SSA atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara
neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga
aktivasi SSA mekanisme perifer menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral mekanisme sentral Turk dan Flor, 1999;
Raylene, 2008. Pengobatan nyeri tidak hanya difokuskan untuk menghilangkan gejala
tetapi juga untuk mengatasi penderitaan dan ketidakmampuan yang diakibatkan oleh nyeri tersebut. Pemberian analgetik secara teratur disarankan lebih untuk
mencegah munculnya nyeri dari pada meredakan nyeri yang telah terjadi. Rasa nyeri dapat di atasi dengan obat-obat analgetik yang letak dan tempat kerjanya
disesuaikan dengan rasa nyeri yang dirasakan, rasa nyeri ringan sampai sedang dapat diobati dengan obat-obat analgetik perifer seperti antalgin tablet
Metampiron dan nyeri sedang sampai nyeri berat dapat diobati dengan obat-obat analgetik narkotik seperti morfin.
Universitas Sumatera Utara
73
Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu:
a. merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
b. merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal
c. blokade dari pusat nyeri dalam sistem saraf pusat dengan analgetika sentral narkotika atau anestetika umum Tan dan Rahardja, 2002.
2.4 Analgetik 2.4.1 Definisi Analgetik
Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik digunakan untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri tanpa mempengaruhi kesadaran
Mustchler, 1991; Tan dan Rahardja, 2002; Siswandono dan Soekardjo, 2008 . Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan
rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri analgetik mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psikis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetik, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri. Secara umum analgetik
dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik non-narkotik atau integumental analgetik misalnya asetosal dan parasetamol dan analgetika narkotik atau
analgetik opioid atau viseral analgetik misalnya morfin Mustchler, 1991.
Universitas Sumatera Utara
74
2.5 Obat-obat Analgetik 2.5.1 Analgetik Narkotik