Hipertensi Kuesioner Pola Tidur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi

1.1. Definisi Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah termasuk jantung dan otak menjadi tegang Palmer, 2005. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda Corwin, 2009. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia Corwin, 2009. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure yang ke 7 dalam Corwin, 2009 telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik yang optimal dan hipertensif. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk dastolik. Istilah “prahipertensi” adalh tekanan darah antara 120 mmHg dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolik. Untuk individu 5 Universitas Sumatera Utara terutama yang memiliki faktor risiko kardiovaskuler bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk infark miokard atau stroke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai prahipertensif dianggap terlalu tinggi Corwin, 2009. 1.2. Etiologi Pada lebih dari 95 penderita hipertensi tidak dapat ditemukan penyebabnya yang khusus. Para pasien ini didiagnosis sebagai pasien hipertensi primer. Sebagian kecil dari pasien yang penyebab khususnya dapat diidentifikasi telah didiagnosis sebagai pasien hipertensi sekunder Corwin, 2009. Ada beberapa penyebab hipertensi yaitu: Usia , insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Kelamin , pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi. Ras , hipertensi pada orang yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada orang yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras ulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih. Pola Hidup , faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan yang rendah, tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi. 1.3. Faktor Risiko Pada sebagian besar kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal ini terutama terjadi pada hipertensi esensial. Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat membuat anda lebih mudah terkena tekanan darah tinggi Palmer, 2007. Faktor risiko tersebut meliputi: Kelebihan berat badan, didefenisikan sebagai indeks masa tubuh BMI lebih besar dari 30KGm². Hal tersebut sangat terkait erat dengan tekanan darah tinggi. Kurang berolahraga dan aktivitas fisik, sebuah gaya hidup tak berpindah- pindah kontribusi untuk pengembangan kegemukan dan tekanan darah tinggi. Mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, beberapa orag memiliki kepekaan tinggi untuk sodium garam, dan tekanan darah mereka akan meningkat jika mereka menggunakan garam. Mengurangi konsumsi sodium cenderung menurunkan tekanan darah. Makanan cepat saji merupakan makanan yang terutama mengandung jumlah sodium yang tinggi. Banyak obat-obatan seperti analgesik juga mengandung sodium dalam kadar yang lebih. Usia tua, tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, terutama sistolik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh arteriosklerosis. Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, kita cenderung menyandang tekanan darah tinggi bila kedua orang tua kita juga menyandangnya. Universitas Sumatera Utara Etnis, orang kulit hitam lebih besar risiko terkena darah tinggi daripada orang kulit putih. Hal tersebut juga dapat muncul dengan kemungkinan lebih besar pada usia muda dan berkembang menjadi komplikasi yang lebih cepat. Gender, tekanan darah tinggi sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Kemungkinan ini bervariasi dengan usia dan diantara kelompok etnis. Obat, beberapa obat seperti amphetamine stimulan, diet pil, dan beberapa pil yang digunakan untuk keadaan dingin dan gejala alergi, cenderung untuk meningkatkan tekanan darah. Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sesaat, namun merokok secara dramatis meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak jenuh yang ditemukan pada daging dan produk susu tidak secara langsung dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, namun tetap merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular karena hal tersebut terkait dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah Palmer, 2007. 1.4. Klasifikasi Hipertensi sering diklasifikasi menjadi hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diidentifikasi. Kebanyakan besar kasus hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebab hipertensi dapat diketahui dengan jelas, disebut hipertensi sekunder Corwin, 2009. Universitas Sumatera Utara Hipertensi Esensial primer Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi sebesar 95. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak inaktivitas dan pola makan Corwin, 2009. Hipertensi Sekunder Salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskuler renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukanangiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan TPR, dan secara tidak langsung dengan meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal Corwin, 2009. 1.5. Patofisiologi Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang mennghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi Bustan, 2007. Universitas Sumatera Utara 1.6. Komplikasi Stroke merupakan salah satu komplikasi dari tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Komplikasi akibat hipertensi yang lain adalah terjadinya infark miokard. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan Corwin, 2009. Gagal ginjal juga dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, dan glomerolus. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna hipertensi yang cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Selain itu, hipertensi Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung sehingga menyebabkan bengkak atau sering dikatakan edema Corwin, 2009. Universitas Sumatera Utara

2. Konsep Tidur