Konsep Tidur Kuesioner Pola Tidur

2. Konsep Tidur

2.1. Definisi Tidur Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan Asmadi, 2008. Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang- ulang selama periode tertentu Potter Perry, 2005. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan adapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Guyton Hall, 1997. 2.2. Fisiologi Tidur Tidur dimulai dengan aktifitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tidur merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, sama halnya seperti kesehatan yang baik secara umum Guyton Hall,1997. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, Universitas Sumatera Utara dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas Potter Perry, 2005. Sebagian besar organisme hidup menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam, yaitu berirama sirkadian. Umumnya, organisme –organisme tersebut menjadi terlatih seirama dengan siklus cahaya siang-malam yang terjadi di lingkungannya Ganong, 1998. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam Potter Perry, 2005. Zona tidur otak depan basal meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari hipotalamus, jalur endokrin dan saraf yang menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur irama ini, termasuk pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik Ganong, 1998. Irama biologis tidur sering menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang lain. Jika siklus tidur bangun menjadi terganggu misalnya perputaran dinas kerja, maka fungsifisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan seseorang Potter Perry, 2005. Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi fungsi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muskular. Tiap rangkaian didefinisikan dengan respon fisik tertentu dan pola Universitas Sumatera Utara aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram EEG, yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram EMG, yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram EOG yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur Potter Perry, 2005. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan natara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur. Siklus tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku. Jika siklus tidur-bangun seseorang terganggun, maka fungsi fisiologis tubuh yang lain juga dapat terganggu atau berubah. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang normal dapat mempengaruhi kesehatan seseorang Potter Perry, 2005. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tetentu dalam sistem tidur Raphe pada puas dan otak depan bagian tengah. Zat agonis serotonin berguna untuk menekan tidur dan antagonis serotonin meningkatkan tidur gelombang lambat pada manusia. Seseorang tetap tertidur atau terbangun tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. Ketika seseorang mencoba untuk tidur mereka akan menutup mata dan berada pada posisi rileks. Jika stimulus ke SAR menurun maka aktivitas SAR juga akan menurun. Pada beberapa bagian lain, BSR mengambil alih dan menyebabkan seseorang tidur Ganong, 1998. Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, pola tidur kelihatan Universitas Sumatera Utara menjadi berubah pada kebanyakan orang dewasa. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara orang dewasa, seringkali akibat penyakit yang diderita individu tersebut. 2.3. Fungsi Tidur Fungsi secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf, dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan Hidayat, 2006. Menurut hodgson, 1991 di kutip dari Potter Perry, 2005 kegunaan tidur masih belum jelas, namun di yakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan. Menurut Anch dkk, 1988 di kutip dari Potter Perry 2005 Teori Lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh. Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM nonrapid eye movement tahap IV, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan Universitas Sumatera Utara memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat Potter Perry, 2005. Pada tidur REM rapid eye movement terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan koqnitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun Potter Perry, 2005. Menurut Oswold, 1984 dikutip dari Potter Perry, 2005 kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi. 2.4. Tahapan Tidur Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement REM dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement NREM. Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM Patlak, 2005. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam Potter Perry, 2005. a. Tidur stadium satu Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat Patlak, 2005. Universitas Sumatera Utara b. Tidur stadium dua Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti Patlak, 2005. c. Tidur stadium tiga Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya Ganong, 1998. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit. d. Tidur stadium empat Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik Guyton Hall, 1997. Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari Patlak, 2005. Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat Patlak, 2005. Universitas Sumatera Utara Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang Potter Perry, 2005. Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit. Gambar 2.1 . Tahap-tahap tidur Potter Perry, 2005 Tahap pratidur NREM tahap I NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap IV Tidur REM NREM tahap IV NREM tahap III Tahap ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 2.5. Pola Tidur Pola Tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam hari dan meliputi waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi beraktivitas Potter Perry, 2005 serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi Guyton Hall, 1997. Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan Asmadi, 2008. Pola tidur normal berdasarkan tingkat perkembanganusia, yaitu: Bayi baru lahir Tidur 14-18 jam sehari, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50 tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-60 menit Asmadi, 2008. Bayi yang lahir dari ibu tanpa medikasi lahir dalam keadaan terjaga. Mata terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar satu jam bayi baru lahir menjadi diam dan kurang responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit, 2 sampai 4 jam setelahnya. Kemudian bayi terbangun lagi dan seringkali menjadi terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus lapar, nyeri, dingin, atau yang lain seringkali menyebabkan tangisan. Pada minggu pertama, bayi baru lahir tidur dengan konstan. Kira-kira 50 dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak tertinggi. Hal ini dianggap esensial bagi perkembangan karena neonatus tidak terjaga cukup lamauntuk stimulasi eksternal yang bermakna Potter Perry, 2005 Universitas Sumatera Utara Bayi, tidur 12-14 jam sehari, 20-30 tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan memiliki pola terbangun sebentar Asmadi, 2008. Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari tetapi biasanya tidur rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam hari. Sekitar 30 dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya pada pagi hari, meskipun tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama malam hari. Jika bangun selama malam hari menjadi rutin, masalahnya pada diet karena lapar seringkali membangunkan anak. Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode yang lebih pendek, dengan lebih sering terbangun, daripada bayi yang minum susu botol Wong, 1995. Bayi yang lebih besar tidur lebih lama daripada bayi yang lebih kecil karena kapasitas lambungnya yang lebih besar. Seorang bayi antara usia 1 bulan dan 1 tahun tidur rata-rata 14 jam sehari. Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif REM membentuk proporsi tidur yang lebih besar. Sebaliknya pada bayi baru lahir yang tidur dan bangun bergantian sepanjang periode 24 jam, setelah usia 3 bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari Potter Perry, 2005. Todler, tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25 tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun Asmadi, 2008. Sedangkan menurut Potter Perry 2005, pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum bagi todler terbangun pada malam hari. Persentase tidur REM berlanjut menurun. Selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari. Ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk Universitas Sumatera Utara otonomi, atau takut perpisahan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan keingintahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk menunda waktu tidur. Pra sekolah, tidur sekitar 11 jam sehari, 20 tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun, anak pra sekolah jarang tidur siang. Kecuali pada kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia pra sekolah biasanya mengalami kesulitan untuk relaks atau diam setelah hari-hari yang aktif, panjang. Anak usia pra sekolah juga mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga malam hari, atau mimpi buruk. Orang tua paling berhasil untuk membawa anak pra sekolah untuk tidur dengan membina ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum waktu tidur. Biasanya, para ahli tidak merekomendasi seorang anak diperbolehkan tidur dengan orang tua. Akan tetapi, di beberapa kebudayaan, berbagi tempat tidur atau ruangan dengan orang tua telah diterima sebagai praktik tidur Potter Perry, 2005. Usia Sekolah, tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5 tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan. Biasanya anak usia ini menolak untuk tidur siang karena aktivitas yang menurutnya menyenangkan Asmadi, 2008. Menurut Potter Perry 2005, jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah bersifat individual dikarenakan status aktivitas dan tingkat kesehatan yang bervariasi. Anak usia sekolah biasanya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malam rata-rata 11 sampai 12 jam; sementara anak usia 11 tahun tidursekitar 9 sampai 10 jam. Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat dibujuk untuk tidur Universitas Sumatera Utara dengan mendorong melakukan aktivitas yang tenang. Anak yang lebih tua seringkali menolak tidur karena ketidaksadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia sekolah akan menjadi lelah pada hari berikutnya jika diizinkan untuk tinggal lebih lama dari biasanya. Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda. Orang tua biasanya berhasil membuat anak yang lebih tua untuk tidur dengan menggunakan pendekatan tegas dan konsisten. Anak usia sekolah yang lebih tua diperbolehkan tidur lebih larut, tetapi hak istimewa ini tergantung pada anak untuk tidur segera tanpa keluhan. Remaja, tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20 tidur REM. Hari-hari remaja biasanya diisi oleh banyak kegiatan. Sehingga cenderung tidur larut malam dan bangun terlambat Asmadi, 2008. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu menekan waktu yang tersedia untuk tidur. Remaja pergi tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur yang sedikit daripada praremaja. Akan tetapi, data laboratorium menunjukkan bahwa remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan praremaja. Karena tuntutangaya hidup yang memperpendek waktu yang tersedia untuk tidur dan kemungkinan kebutuhan fisiologis, maka remaja seringkali mengantuk berlebihan pada siang hari excessive daytime sleepness, EDS. Penampilan di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, dan masalah perilaku dan suasana hati karena EDS yang berhubungan dengan tidur yang tidak cukup. Orang tua, guru, dan remaja itu sendiri seringkali kekurangan Universitas Sumatera Utara pengetahuan tentang apa itu tidur yang tepat. Mereka memerlukan pendidikan untuk meningkatkan apa yang menjadi masalah kesehatan yang penting bagi remaja Potter Perry, 2005. Dewasa muda, tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25 tidur REM, 5-10 Tidur tahap I, 50 tidur tahap II, dan 10-20 tidur tahap II dan IV. Dewasa muda yang sehat membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas yang mengisi hari-hari mereka. Akan tetapi, adalah hal yang umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres pekerjaan, hubungan keluarga, dan aktivitas sosial dapat mengarah pada insomnia mis. kesulitan memulai danatau mempertahankan tidur dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah insomnia Potter Perry, 2005. Dewasa pertengahan, tidur sekitar 7 jam sehari, 20 tidur REM. Selama masa dewasa tengah total waktu yang digunakan untuk tidur malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia. Gangguan tidur seringkali mulai didiagnosa di antara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejala dari gangguan yang telah ada untuk beberapa tahun. Insomnia terutama lazim terjadi, mungkin disebabkan oleh perubahan dan stres usia menengah. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh kecemasan, depresi, atau penyakit fisik ringan tertentu. Wanita yang mengalami gejala menopause dapat mengalami insomnia. Anggota kelompok usia ini dapat tergantung pada obat tidur Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara Dewasa tua, Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25 tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Pada dewasa tua kualitas tidur kelihatan menjadi berubah. Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4; beberapa dewasa tua hampir tidak memiliki tahap 4, atau tidur yang dalam. Seorang dewasa tua yang terbangun lebih sering di malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur. Akan tetapi, pada dewasa tua yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda, Reynolds dkk 1993, dalam Potter Perry 2005. Keragaman dalam perilaku tidur dewasa tua adalah umum. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara dewasa tua, seringkali akibat keberadaan penyakit kronik yang lain. Sebagai contoh, seorang dewasa tua yang mengalami artritis mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang kelihatannya meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai tidur menurun 1 jam atau lebih, Evans dan Rogers 1994 dalam Potter Perry, 2005. Perubahan pola tidur pada dewasa tua disebabkan perubahan SSP yang mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan, dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan irama sirkadian Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 2.6. Pengkajian Pola tidur menyangkut pengkajian subjektif yaitu menyegarkan dan tenangnya tidur mereka dan pengkajian objektif yang dapat diketahui dari rekaman poligrafi, gerakan pergelangan tangan, gerakan kepala dan mata. 2.6.1. Data Subjektif Data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi dengan persepsi para penderita penyakit tentang parameter tidur diantaranya adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur di malam, kepuasan tidur, rasa segar bangun tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi beraktivitas. Hanya para penderita penyakit saja yang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur yang baik atau buruk. Jika para penderita penyakit puas dengan kualitas dan kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik Potter Perry, 2005. Parameter tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Total jam tidur malam, kebanyakan orang dewasa tidur malam hari rata- rata 6 sampai 8 jamhari. Orang dewasa yang sehat membutuhkan tidur yang cukup untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas yang mengisi hari-hari mereka. Namun pada individu yang sakit, misalnya pusing akan mengganggu tidurnya. Sehingga menyebabkan individu tersebut memiliki kualitas tidur yang buruk. Waktu untuk memulai tidur, secara normal pada orang dewasa dimulai dengan periode sebelum tidur. Selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk Universitas Sumatera Utara yang bertahap dan berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih Potter Perry, 2005. Frekuensi terbangun malam, pada klien hipertensi sering terbangun di malam hari karena BAK, pusing, stres, nyeri dan lain-lain sehingga akan mengganggu tidurnya Potter Perry, 2005. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyaman klien untuk dapat tidur kembali. Kedalaman tidur, pada klien hipertensi dapat terjadi pola tidur yang kurang baik karena gangguan-gangguan tidur yang dapat saja terjadi pada mereka. Semua itu dapat mempengaruhi kesehatan klien itu sendiri. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tidur klien tersebut baik yang mereka sadari maupun tidak. Jika faktor-faktor tersebut tidak segera dihilangkan atau dikurangi maka ini akan memperburuk kondisi klien. Kepuasan tidur, kepuasan terhadap tidur seseorang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan NREM. Kepuasan tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif Craven dan Hirnle, 2000. Contohnya ada seseorang yang tidur selama 4 jam namun sudah merasa puas dengan tidurnya, sementara yang lain membutuhkan tidur selama 8 sampai 10 jam ataupun lebih untuk merasa puas akan tidurnya. Rasa segar bangun tidur, secara normal, orang yang tidurnya cukup akan merasa segar setelah terbangun dari tidurnya karena tidur berfungsi sebagai penyimpanan energi untuk digunakan pada hari berikutnya. Namun pada orang Universitas Sumatera Utara yang tidak mendapatkan tidur yang cukup dan sering terjaga di malam hari akan menyebabkan rasa tidak segar dan juga kelemahan pada keesokan harinya Potter Perry, 2005. Konsentrasi dalam melakukan aktivitas, ketika kurang tidur seseorang akan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga, serta mengurangi aktivitas sosial Nurmianto, 2004. 2.6.2. Data Objektif Data objektif bisa kita dapakan melalui pengkajian fisik dan diagnostik penderita penyakit yaitu dengan mengobservasi penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan konjungtiva merah, dapat juga dilihat dari perilaku dan tingkat energi individu seperti perilaku iritabel, kurang perhatian, respon lambat, sering menguap, menarik diri dan bingung, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor dan kurang koordinasi Tarwoto Wartonah, 2006. Selain itu, data objektif kualitas tidur penderita penyakit juga bisa dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot, dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda Sleep Research Society, 1993; dikutip dari Potter Perry, 2005. Melalui pemeriksaan laboratorium yaitu Universitas Sumatera Utara Electroencephalogram EEG yang merupakan rekaman arus listrik pada otak. Perekaman listrik pada permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak dapat menganalisa pola tidur klien. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitensi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siagakarena penyakit lain Guyton Hall, 1997. 2.6.3. Hubungan antara Data Subjektif dan Data Objektif Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara kualitas tidur berdasarkan data subjektif dan data objektif. Dari data objektif yang diperoleh maka dapat diketahui bagaimana kualitas tidur seseorang. Menurut beberapa penelitian, semakin banyak gelombang kecil perdetiknya pada EEG maka semakin lelap dan tenang tidur seseorang. Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara data subjektif dan data objektif berupa evaluasi polisomnografi seperti EEG, EOG, dan EMG Guyton Hall, 1997. 2.7. Dampak Kurang Tidur Kondisi klien yang mengalami gangguan tidur akan menyebabkan kelemahan, keletihan, dan merasa tidak nyaman pada keesokan harinya lebih rentan terhadap efek stress, baik fisik maupun mental Guyton Hall, 1997. Hal ini tentunya akan menghambat seseorang dalam melakukan kegiatan bahkan jika dibiarkan terlalu lama akan memperburuk keadaan dan menimbulkan penyakit baru pada penderitanya Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur seseorang akan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga, serta mengurangi aktivitas sosial Nurmianto, 2004.

3. Faktor –faktor Gangguan Tidur