Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat
Oleh : Maya Anna Sari
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi kualitas tidur dan gangguan tidur pada penderita rheumatoid arthritis.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapa/ Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/ Ibu untuk dijawab. Peneliti memohon kesediaan Bapak/ Ibu memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya.
Partisipasi bapak/ Ibu bersifat sukarela, sehingga Bapak/ Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang bapak/ Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini. Jika Bapak/ Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.
Medan, April 2015
Peneliti Responden
(2)
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi, gangguan tidur, dan kualitas tidur. Ada 3 bagian yang termasuk di dalam kuesioner ini yaitu: Bagian 1. Kuesioner Data Demografi (KDD)
Bagian 2. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT) Bagian 3. Kuesioner Gangguan Tidur (KGT)
2.1 Faktor-faktor fisik 2.2 Faktor-faktor lingkungan
(3)
Kode : Tgl/ Waktu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dengan
memberi tanda (√).
1. Umur : tahun
2. Lama menderita rheumatoid arthritis : 3. Jenis Kelamin :
1. Laki-laki 2. Perempuan 4. Suku :
1. Batak 2. Aceh 3. Jawa
4. Melayu 5. Lain-lain,… 5. Pendidikan Terakhir :
1. SD 2. SMP 3. SMA
4. Perguruan Tinggi 6. Agama :
(4)
3. Budha 4. Hindu 7. Status Perkawinan :
1. Belum Menikah 2. Menikah
3. Janda/ Duda 4. Lain-lain,… 8. Pekerjaan :
1. PNS/ TNI/ POLRI
2. Pegawai swasta/ wiraswasta 3. Buruh
4. Bertani 5. Lain-lain,… 9. Penghasilan :
1. < Rp 1.650.000,-
2. > Rp 1.650.000,- s/d Rp 3.000.000,- 3. > Rp 3.000.000,-
10. Lokasi tempat tinggal :
1. Pemukiman rumah penduduk yang padat 2. Di pinggir jalan umum/ jalan raya
(5)
11. Jumlah teman sekamar :
1. Sendiri 2. 1-2 orang 3. 3-4 orang 4. > 4 orang 12. Zat stimulusi yang digunakan :
1. Alkohol 2. Kafein (Kopi) 3. Tembakau 4. Teh 13. Obat-obatan yang digunakan :
13. 1 Obat yang menyebabkan tertidur 1. Obat tidur 2. Antipsikotik 3. Obat Batuk 4. Lain-lain,… 13.2 Obat yang menyebabkan gangguan tidur
1. Kondroition 2. Glukosamin 3. Kortikosteroid 4. OAINS
(6)
Bagian 2. Kuesioner Riwayat Kualitas Tidur
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan bapak/ Ibu dengan
memberi tanda (√) sesuai dengan keadaan yang Bapak/ Ibu alami
1. Berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk tidur di malam hari? 1. <5 jam
2. 5-6 jam 3. 6-7 jam 4. >7 jam
2. Berapa lama waktu Bapak/ Ibu butuhkan untuk dapat tertidur di malam hari? 1. >60 menit
2. 31-60 menit 3. 16-30 menit 4. <15 menit
3. Berapa kali Bapak/ Ibu terbangun dari tidur di malam hari? 1. >5 kali
2. 3-4 kali 3. 1-2 kali 4. Tidak ada
4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika bangun tidur di pagi hari ? 1. Sangat mengantuk
(7)
5. Seberapa nyenyak tidur Bapak/Ibu d imalam hari ? 1. Sebentar -bentar terbangun
2. Tidur dan kemudian terbangun 3. Tidur tetapi tidak nyenyak 4. Tidur sangat nyenyak
6. Apakah Bapak/Ibu merasa segar saat bangun tidur ? 1. Tidak sama sekali
2. Sedang 3. Cukup segar 4. Sangat segar
7. Apakah Bapak/Ibu merasa lemah atau sangat lelah ? 1. Sangat lemah atau sangat lelah
2. lemah atau lelah
3. Sedikit lemah atau lelah
(8)
Bagian 3. Faktor-Faktor Gangguan Tidur
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) sesuai dengan gangguan tidur yang anda rasakan. Anda diminta menilai seberapa jauh gangguan tidur yang mengganggu tidur anda dengan penilaiannya adalah sebagai berikut: Nilai 1 : Tidak Ada Gangguan
Nilai 2 : Gangguan Ringan Nilai 3 : Gangguan Sedang Nilai 4 : Gangguan Berat
Saya merasakan gangguan saat tidur, karena: 1. Faktor Fisik
Faktor Fisik
Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur
Ya Tidak Tidak ada Gangguan
Gangguan Ringan
Gangguan Sedang
Gangguan Berat Nyeri
Pusing Perasaan lelah Gelisah
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan member tanda (√) sesuai dengan gangguan tidur yang anda rasakan. Anda diminta menilai seberapa jauh gangguan tidur yang anda rasakan. Anda diminta menilai seberapa jauh gangguan tidur yang mengganggu tidur anda dengan penilaiannya adalah sebagai berikut:
(9)
Nilai 3. Gangguan Sedang Nilai 4. Gangguan Berat
Saya merasakan gangguan tidur, karena: 2. Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan
Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur
Ya Tidak Tidak ada Gangguan
Gangguan Ringan
Gangguan Sedang
Gangguan Berat Suara
bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ventilasi yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah teman kamar
(10)
(11)
Lampiran 4
TAKSASI DANA
Dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan mulai dari proses pembuatan proposal sampai dengan pembuatan skripsi.
1. Pembuatan Proposal Biaya
a. Kertas A4 80 gr 2 rim : Rp. 100.000 b. Fotocopy sumber-sumber pustaka : Rp. 50.000
c. Internet : Rp. 100.000
d. Fotocopy perbanyak proposal : Rp. 100.000
e. Jilid proposal : Rp. 12.000
f. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji : Rp. 200.000
g. Dana tak terduga : Rp. 100.000
2. Pengumpulan Data
a. Transportasi : Rp. 100.000
b. Fotocopy kuesioner dan lembar persetujuan : Rp. 50.000
c. Cendramata : Rp. 200.000
3. Analisa Data dan Penyajian Data
a. Biaya print, kertas a4 80 gr 2 rim : Rp. 150.000
b. Penjilitan : Rp. 100.000
c. Fotocopy laporan penelitian : Rp. 120.000 d. Persiapan sidang skripsi : Rp. 300.000
(12)
Reliability Kualitas Tidur
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
(13)
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 2.900 .5676 10
P2 3.200 .7888 10
P3 2.700 .6749 10
P4 2.600 1.2649 10
P5 3.300 .4830 10
P6 2.700 1.2517 10
P7 3.000 .4714 10
Summary Item Statistics
Mean
Minimu m
Maximu m
Rang e
Maximum / Minimum
Varian ce
N of Items Item Means
2.914 2.600 3.300 .700 1.269 .071 7 Item
Variances
(14)
Reliability Gangguan Tidur
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
(15)
68
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 3.40 .699 10
p2 2.80 .422 10
p3 2.70 .823 10
p4 2.70 .823 10
p5 2.70 .823 10
p6 2.80 .919 10
p7 3.20 1.033 10
p8 3.20 .632 10
p9 3.10 .738 10
p10 2.30 .675 10
p11 3.00 .667 10
Summary Item Statistics
Mean
Minim um
Maxim
um Range
Maximum / Minimum
Varian ce
N of Items Item Means
2.900 2.300 3.400 1.100 1.478 .098 11 Item
Variances
(16)
Data Demografi Frequencies
statistic
Umur Lama
menderita RA
Jenis kelamin
Suku Pendidikan agama Status perkawinan N valid
missing 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0 38 0
Mean 53.92 1.74 1.61 2.84 2.76 1.16 1.92
Median 50.50 2.00 2.00 3.00 3.00 1.00 2.00
Std. deviation 13.407 724 495 1.405 971 547 428
Pekerjaan Penghasilan Lokasi tempat tinggal
Jumlah teman sekamar N valid
missing 38 0 38 0 38 0 38 0
Mean 274 1.61 2.29 2.05
Median 2.00 1.00 2.00 2.00
(17)
Zat stimulasi yang digunakan
Obat yang menyebabkan
tertidur
Obat yang menyebabkan gangguan tidur
N valid missing 38 0 38 0 38 0
Mean 3.66 353 250
Median 4.00 4.00 3.00
Std. deviation 669 797 1.133
Frequency Table
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 46-55 tahun 19 49.9 49.9 50.0
56-65 tahun 13 34.4 34.4 50.0
65-sampai atas Total 6 38 15.8 100.0 15.8 100.0 100.0
Lama menderita rheumatoid arthritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang dari 1 tahun 16 42.1 42.1 42.1
1 sampai 2 tahun 16 42.1 42.1 84.2
lebih dari 3 tahun 6 15.8 15.8 100.0
(18)
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 15 39.5 39.5 39.5
perempuan 23 60.5 60.5 100.0
Total 38 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid batak 11 28.9 28.9 28.9
jawa 15 39.5 39.5 71.1
melayu 5 13.2 13.2 100.0
lain-lain 7 18.4 18.4
Total 38 100.0 100.0
Pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 5 13.2 13.2 13.2
SMP 8 21.1 21.1 34.2
SMA 16 42.1 42.1 76.3
perguruan tinggi 9 23.7 23.7 100.0
(19)
Agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid islam 34 89.5 89.5 89.5
kristen 3 7.9 7.9 97.4
hindu 1 2.6 2.6 100.0
Total 38 100.0 100.0
Status perkawinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid belum menikah 5 13.2 13.2 13.2
menikah 31 81.6 81.6 94.7
janda/duda 2 5.3 5.3 100.0
Total 38 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS/POLRI/TNI 6 15.8 15.8 15.8
pegawai
swasta/Wiraswasta 16 42.0 42.0 63.8
Buruh/Tani 8 21.1 21.1 10.2
lain-lain 8 21.1 21.1 10.2
Total 38 100.0 100.0 100.0
(20)
Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e Percent
Valid < Rp.1.650.000 21 55.3 55.3 55.3
>Rp.1.650.000 s/d
Rp. 3.000.000 11 28.9 28.9 84.2
>Rp, 3.000.000 6 15.8 15.8 100.0
Total 38 100.0 100.0
Lokasi tempat tinggal Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid pemukiman
penduduk yg padat 15 39.5 39.5 39.5
Dekat jalan
umum/jalan raya 8 21.1 21.1 60.5
komplek
perumahan 4 10.5 10.5 71.1
lain-lain 11 28.9 28.9 100.0
Total 38 100.0 100.0
Jumlah teman sekamar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sendiri 3 7.9 7.9 7.9
1 sampai 2 orang 31 81.6 81.6 89.5
3 sampai 4 orang 3 7.9 7.9 97.4
(21)
Zat stimulasi yang digunakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kafein (kopi) 4 10.5 10.5 10.5
tembakau 5 13.2 13.2 23.7
teh 29 76.3 76.3 100.0
Total 38 100.0 100.0
Obat yang menyebabkan tidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid obat tidur 3 8.3 8.3 5.3
obat batuk 10 25.9 25.9 34.2
Anti nyeri/sejenis 25 65.8 65.8 60.5
Total 38 100.0 100.0 100.0
Obat yang menyebabkan gangguan tidur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kondroition 10 26.3 26.3 26.3
Glukosamin 8 21.1 21.1 47.4
kortikosteroid 11 28.9 28.9 76.3
OAINS 9 23.7 23.7 100.0
(22)
DataSet1] D:\skripsi\SPSS KUESIONER KUALITAS TIDUR.sav
Statistics
Total jam tidur di malam hari
Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur
Frekuensi terbangun
Perasaan saat bangun
pagi
Kenyenyakan tidur di malam hari
Perasaan segar saat bangun pagi
Perasaan saat
beraktivitas Total
Hasil riwayat kualitas tidur
N Valid 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Missi
ng 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.45 1.89 2.47 2.87 2.34 2.21 2.79 18.87 1.95
Median 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00 19.00 2.00
Mode 2 1 2 3 2 2 3 21 2
Std. Deviation 1.083 1.060 .797 .704 .938 .777 .777 2.830 .226
(23)
Frequency Table
Total jam tidur di malam hari
Frequency
Percent Valid PercentCumulative Percent
Valid <5jam 7 18.4 18.4 18.4
5-6jam 17 44.7 44.7 63.2
6-7jam 4 10.5 10.5 73.7
>7jam 10 26.3 26.3 100.0
Total 38 100.0 100.0
Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 60 menit 18 47.4 47.4 47.4
31-60menit 11 28.9 28.9 76.3
16-30menit 4 10.5 10.5 86.8
< 15 menit 5 13.2 13.2 100.0
(24)
Frekuensi terbangun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 5 kali 1 2.6 2.6 2.6
3-4 kali 24 63.2 63.2 65.8
1-2 kali 7 18.4 18.4 84.2
tidak ada 6 15.8 15.8 100.0
Total 38 100.0 100.0
Perasaan saat bangun pagi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat mengantuk
3 7.9 7.9 7.9
mengantuk 3 7.9 7.9 15.8
sedikit mengantuk 28 73.7 73.7 89.5
segar 4 10.5 10.5 100.0
(25)
Kenyenyakan tidur di malam hari
Frequenc
y Percent
Valid Percent Cumulative Percent Vali d sebentar-bentar
terbangun 7 18.4 18.4 18.4
tidur dan kemudian
terbangun 16 42.1 42.1 60.5
tidur tetapi tidak
nyenyak 10 26.3 26.3 86.8
tidur sangat
nyenyak 5 13.2 13.2 100.0
Total 38 100.0 100.0
Perasaan segar saat bangun pagi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak sama sekali
5 13.2 13.2 13.2
sedang 23 60.5 60.5 73.7
cukup segar 7 18.4 18.4 92.1
sangat segar 3 7.9 7.9 100.0
Total 38 100.0 100.0
Perasaan saat beraktivitas
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat lemah atau
sangat lelah 3 7.9 7.9 7.9
lemah atau lelah 7 18.4 18.4 26.3
sedikit lemah atau lelah 23 60.5 60.5 86.8
tidak lemah atau tidak
lelah sama sekali 5 13.2 13.2 100.0
(26)
Frequencies
Frequency Table
Statistics
Nyeri Pusing Perasaan Lelah Gelisah
N Valid 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0
Mean 3.18 2.55 2.92 2.79
Median 3.00 3.00 3.00 3.00
Mode 3 3 3 4
Std. Deviation .730 .950 .818 1.143
Sum 121 97 111 106
Percentiles 25 3.00 2.00 2.00 2.00
50 3.00 3.00 3.00 3.00
75 4.00 3.00 4.00 4.00
Nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid gangguan ringan 7 18.4 18.4 18.4
gangguan sedang 17 44.7 44.7 63.2
gangguan berat 14 36.8 36.8 100.0
(27)
Pusing
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak ada
gangguan 7 18.4 18.4 18.4
gangguan ringan 8 21.1 21.1 39.5
gangguan sedang 18 47.4 47.4 86.8
gangguan berat 5 13.2 13.2 100.0
Total 38 100.0 100.0
Perasaan Lelah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak ada gangguan
1 2.6 2.6 2.6
gangguan ringan 11 28.9 28.9 31.6
gangguan sedang 16 42.1 42.1 73.7
gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0
Total 38 100.0 100.0
Gelisah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak ada gangguan
7 18.4 18.4 18.4
gangguan ringan 8 21.1 21.1 39.5
gangguan sedang 9 23.7 23.7 63.2
gangguan berat 14 36.8 36.8 100.0
(28)
Frequencies
Statistics
Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ventilasi yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah Teman kamarN Valid 38 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.92 2.45 2.37 2.45 2.61 3.11 2.34
Median 3.00 2.50 2.00 2.50 3.00 3.50 2.00
Mode 4 3 1 1 4 4 1
Std. Deviation 1.217 1.058 1.217 1.201 1.128 1.034 1.321
Sum 111 93 90 93 99 118 89
Percentiles 25 2.00 1.75 1.00 1.00 2.00 2.00 1.00
50 3.00 2.50 2.00 2.50 3.00 3.50 2.00
75 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
Frequency Table
Suara bising
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 8 21.1 21.1 21.1
gangguan ringan 5 13.2 13.2 34.2
gangguan sedang 7 18.4 18.4 52.6
gangguan berat 18 47.4 47.4 100.0
(29)
Suhu ruangan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 9 23.7 23.7 23.7
gangguan ringan 10 26.3 26.3 50.0
gangguan sedang 12 31.6 31.6 81.6
gangguan berat 7 18.4 18.4 100.0
Total 38 100.0 100.0
Cahaya lampu
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 13 34.2 34.2 34.2
gangguan ringan 8 21.1 21.1 55.3
gangguan sedang 7 18.4 18.4 73.7
gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0
Total 38 100.0 100.0
Ruang dan tempat tidur yang nyaman
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 12 31.6 31.6 31.6
gangguan ringan 7 18.4 18.4 50.0
gangguan sedang 9 23.7 23.7 73.7
gangguan berat 10 26.3 26.3 100.0
(30)
Ventilasi yang baik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak ada
gangguan 8 21.1 21.1 21.1
gangguan ringan 10 26.3 26.3 47.4
gangguan sedang 9 23.7 23.7 71.1
gangguan berat 11 28.9 28.9 100.0
Total 38 100.0 100.0
Bau yang tidak nyaman
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 3 7.9 7.9 7.9
gangguan ringan 9 23.7 23.7 31.6
gangguan sedang 7 18.4 18.4 50.0
gangguan berat 19 50.0 50.0 100.0
Total 38 100.0 100.0
Jumlah Teman kamar
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada gangguan 16 42.1 42.1 42.1
gangguan ringan 5 13.2 13.2 55.3
gangguan sedang 5 13.2 13.2 68.4
gangguan berat 12 31.6 31.6 100.0
(31)
Frequencies
Statistics
Nyeri Pusing Perasaan Lelah Gelisah
N Valid 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0
Mean .84 .79 .84 .79
Median 1.00 1.00 1.00 1.00
Mode 1 1 1 1
Std. Deviation .370 .413 .370 .413
Sum 32 30 32 30
Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 1.00
50 1.00 1.00 1.00 1.00
75 1.00 1.00 1.00 1.00
Frequency Table
Nyeri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 6 15.8 15.8 15.8
ya 32 84.2 84.2 100.0
(32)
Pusing
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 8 21.1 21.1 21.1
ya 30 78.9 78.9 100.0
Total 38 100.0 100.0
Perasaan Lelah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 6 15.8 15.8 15.8
ya 32 84.2 84.2 100.0
Total 38 100.0 100.0
Gelisah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 8 21.1 21.1 21.1
ya 30 78.9 78.9 100.0
(33)
Frequencies Statistics Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ventilas i yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah teman kamar
N Valid 38 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean .76 .68 .58 .63 .71 .89 .45
Median 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00
Mode 1 1 1 1 1 1 0
Std. Deviation .431 .471 .500 .489 .460 .311 .504
Sum 29 26 22 24 27 34 17
Perce ntiles
25 .75 .00 .00 .00 .00 1.00 .00
50 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00
75 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Frequency Table
Suara bising
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 9 23.7 23.7 23.7
ya 29 76.3 76.3 100.0
(34)
Suhu ruangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 12 31.6 31.6 31.6
ya 26 68.4 68.4 100.0
Total 38 100.0 100.0
Cahaya lampu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 16 42.1 42.1 42.1
ya 22 57.9 57.9 100.0
Total 38 100.0 100.0
Ruang dan tempat tidur yang nyaman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 14 36.8 36.8 36.8
ya 24 63.2 63.2 100.0
Total 38 100.0 100.0
Ventilasi yang baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(35)
Jumlah teman kamar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak 21 55.3 55.3 55.3
ya 17 44.7 44.7 100.0
Total 38 100.0 100.0
Bau yang tidak nyaman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 4 10.5 10.5 10.5
ya 34 89.5 89.5 100.0
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
Lampiran 16
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maya Anna Sari
NIM : 111101097
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 07 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jln. Tawang Mangu No. 6 Stabat Pendidikan
1. SD 050659 (SD 4) Stabat : Tamat Tahun 2005 2. SLTP Negeri 1 Stabat : Tamat Tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Stabat : Tamat Tahun 2011 4. S1 Keperawatan USU : Tahun 2011-sekarang
(45)
(46)
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Bakti, Husada. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Binfar.depkes.go.id. diunduh 15 november 2014.
Choppra, D. (2003). Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak? Ucapkan Selamat Tinggal pada Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Ed. 3 Rev. Jakarta: EGC. Efendi, Ferry., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan komunitas teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ekasari, Eya. (2011). Kualitas tidur buruk bisa sebabkan cacat fisik.
File://C://Users/Windows/Downloads/Kualitas Tidur Buruk Bisa
Sebabkan Cacat Fisik.htm. diunduh 1 Oktober 2014.
Hanning, C. (2009). Sleep Disturbance and Wind Turbine Noise on Behalf of Stop Swinford Wind Farm Action Group (SSWFAG). http://docs.wind-wach.org/. Diunduh 10 Oktober 2014.
Helmi, Zairin Noor. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan dengan reumatik (Arthritis Reumatoid) pada lansia. Digitized by USU digital library, 1-2,5.
(47)
Karota-Bukit. (2003). Sleep Quality and Factors Interfering with Sleep Among Hospitalized Elderly in Medical Units, Medan Indonesia. Master of Nursing Science Thesis in Adult Nursing. Prince of Songkla University, Thailand.
Karota-Bukit. (2005). Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Lanjut Usia yang Dirawat Inap di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Medan. Jurnal Keperawatan Indonesia volume 9 hal. 41-47
Lee, C. Y. et al. (2008). Older Patients’ Experiences of Sleep in the Hospital:
Disruptions and Remedies. Haven of Hope Hospital and The Nethersole School of Nursing, The Chinese University of Hong kong, Shatin, N.T., Hong Kong. the Open Sleep Journal. http://www.benthamscience.com. Diunduh 26 September 2014
Lubis, Dwi Putriana. (2013). Kualitas Tidur dan Faktor - Faktor Gangguan Tidur pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Teladan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan: Fakultas Keperawatan USU.
Lukman & Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Martin, J. (2000). Assesment and Treatment of sleep Disturbance in Older Adults.
University of California San Diego and San Diego Veterans Affairs Healthcare System.
Nainggolan, Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit rematik di Indonesia; Maj Kedok Indon volume 59, Nomor. 12, 589, 591.
Nursalam. (2003) . Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatn. Jakarta: Salemba.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC
Pradana, Septian Yudo. (2012). Sensitifitas dan Spesifitas Kriteria Acr 1987 dan Acr/Eular 2010 pada Penderita Arthritis Reumatoid di Rsup.Dr Kariadi Semarang. Undip: Semarang. http://www.eprints.undip.ac.id. Diunduh 22 Desember 2014.
Ramadhani, Viska Suci. (2014). Hubungan Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bukit Tinggi: Universitas Muhammadiyah
(48)
Septiyadi, E. (2007). Terapi Alami Agar Tidur Lebih Mudah. Jakarta: Restu Agung.
Shapiro, C. M. et al. (1993). Sleep Problems in Patients with Medical Illness. ABC of Sleep Disorders Volume 306.
Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011). Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia. Yogyakarta: Flashbooks
SLI, Dina Dewi., Setyoadi., & Widastra, Ni Made. (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri pada Lansia dengan Arthritis Reumatoid. The Soedirman Jurnal of Nursing, 46-47, 51. T, Aini Syarifah. (2010). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan
Tingkat Nyeri Pasien Rematik di Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah Padang. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Padang: Fakultas Keperawatan Andalas. Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
Willson, Holly Skodol. (1987). Introducing Research in Nursing. California: Addison Wesley.
(49)
Bab 3
Kerangka Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas tidur klien dari 7 kemampuan tidur yang umum dialami klien (Miller, 1995). Pada penelitian ini juga diidentifikasi gangguan tidur termasuk aspek fisik dan lingkungan pada klien dengan rheumatoid arthritis, yang dapat digambarkan pada skema di bawah ini (Siregar-mukhlidah, 2011).
Skema 1: Kerangka penelitian Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan
Rheumatoid Arthritis
Klien Penderita
Rheumatoid Arthritis
Kualitas Tidur
Waktu memulai tidur Frekuensi terbangun malam
Total jam tidur Kepuaasan tidur Kedalaman tidur Rasa segar bangun pagi Rasa lemah beraktifitas
Gangguan Tidur Fisik Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah Lingkungan Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu
Tempat tidur nyaman Ventilasi yang baik Bau yang tidak nyaman Jumlah teman sekamar
(50)
2. Definisi Operasional Variabel penelitian
Kualitas tidur adalah penilaian terhadap komponen tidur yang dilaporkan klien secara subjektif meliputi waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam, lama waktu tidur yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, kepuasaan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang dalam satu malam, kedalaman tidur, perasaan tidak segar saat bangun tidur di pagi hari, dan rasa lemah beraktifitas. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan Kuesioner Kualitas Tidur (KKT). Parameter tidur dengan penilaian berskala ordinal 1 sampai dengan 4. Semakin tinggi total tidur seseorang semakin baik kualitas tidurnya, dan semakin rendah total tidur seseorang semakin buruk kualitas tidurnya
Gangguan tidur merupakan hal-hal yang membuat klien terjaga dari tidurnya yang disebabkan oleh respon tertentu baik secara fisik ataupun lingkungan. Faktor fisik yaitu kondisi fisik klien yang timbul akibat nyeri, pusing, perasaan lelah, dan gelisah. Sedangkan faktor lingkungan meliputi suara bising, suhu ruangan, cahaya lampu, ruang dan tempat tidur yang nyaman,ventilasi yang baik, bau yang tidak nyaman, dan jumlah teman kamar. Gangguan tidur dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Kuesioner Gangguan Tidur (KGT). Dengan penilaian ya atau tidak. Pada gangguan tidur menggunakan skala ordinal 1
(51)
Bab 4
Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada di dalam masyarakat (Arikunto,2005). Dimana Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi gambaran dan mendeskripsikan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat kabupaten Langkat.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi penelitian
Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rheumatoid arthritis yang rawat jalan di Puskesmas Stabat. Berdasarkan survey jumlah penderita rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat selama tahun 2013 adalah 255 orang.
2.2 Sampel
Menurut Arikunto (2006), Penentuan jumlah sempel yang digunakan jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau dari populasi dan dianggap representatif. Berdasarkan teori tersebut, peneliti menetapkan penentuan jumlah responden adalah 15% dari jumlah populasi yaitu 38 orang
(52)
2.3 Teknik Sampling
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan convenient sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kriteria penelitian sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan.
Adapun kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah penderita dewasa yang terdiagnostik rheumatoid arthritis yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Stabat minimal satu kali dalam masa penelitian, bersedia menjadi responden, sehat jasmani dan rohani, dan dapat berkomunikasi dengan berbahasa Indonesia.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015 di Puskesmas Stabat Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Alasan peneliti memilih Puskesmas tersebut sebagai tempat penelitian karena Puskesmas Stabat memiliki kriteria sampel penelitian, di samping itu lokasi ini mudah dijangkau peneliti dan penelitian tentang kualitas tidur dan gangguan tidur pada penderita rheumatoid arthritis belum pernah dilakukan di Puskesmas Stabat.
(53)
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat persetujuan dari Pimpinan Puskesmas Stabat. Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Puskesmas Stabat, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan kepada calon responden yang akan diteliti. (self determination), dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam penelitian ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. (Privacy), peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. (Anonymity), peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner. (Confidentially), peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang diperoleh dari responden tidak akan disajikan secara keseluruhan. (Protection from discomfort and harm), peneliti memperhatikan kemungkinan ketidaknyamanan yang dirasakan responden selama pengisian kuesioner. Untuk meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.
(54)
5. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrument penelitian yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Kualitas Tidur (KKT), dan Kuesioner Gangguan Tidur (KGT).
5.1 Kuesioner Data Demografi (KDD)
Kuesioner Data Demografi terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibagi dalam 2 komponen dengan 8 item data demografi, dan 5 item data gaya hidup dan kebiasaan tidur penderita rheumatoid arthritis di rumah. Data demografi klien meliputi usia, tekanan darah, jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan, pekerjaan, dan penghasilan per bulan. Data gaya hidup dan kebiasaan tidur meliputi lokasi tempat tinggal, zat-zat stimulasi yang digunakan, jumlah teman sekamar, konsumsi obat yang menyebabkan tidur, dan konsumsi obat yang menyebabkan gangguan tidur.
5.2 Kuesioner Kualitas Tidur (KKT)
Kuesioner Kualitas Tidur yang digunakan adalah berupa pertanyaan untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien yang meliputi waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam yaitu banyaknya waktu terbangun yang
(55)
tidak segar saat bangun tidur di pagi hari, dan rasa lemah beraktifitas. Kuesioner ini diadopsi dari The Sleep Quality Questionaires (SQQ) (Karota-Bukit, 2003).
Kuesioner ini disusun dalam bentuk pertanyaan positif yang terdiri dari tujuh pertanyaan dengan empat alternatif jawaban. Kualitas tidur akan semakin buruk apabila nilai kuesioner semakin rendah, dan sebaliknya kualitas tidur akan semakin baik apabila nilainya tinggi.
5.3 Kuesioner Gangguan Tidur (KGT)
Kuesioner Faktor-Faktor Gangguan Tidur terdiri dari beberapa pertanyaan yang dibagi dalam 2 komponen faktor-faktor gangguan tidur pada penderita
rheumatoid arthritis, yaitu faktor fisik dan faktor lingkungan. Peneliti memodifikasi kuesioner ini dari tinjauan pustaka (Southwell & Wistow, 1995; Karota-Bukit, 2003; Suryani, 2004). Kuesioner faktor-faktor gangguan tidur terdiri dari 12 item, yaitu 6 item untuk faktor fisik dan 6 item untuk faktor lingkungan sedangkan untuk faktor psikososial tidak diukur pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena penilaian gangguan tidur dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap pertama mengidentifikasi ada atau tidak ada gangguan tidur yang diidentifikasi dengan pertanyaan tentang pengalaman gangguan tidur yang dialami oleh responden terhadap faktor fisik dan faktor lingkungan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Selanjutnya bila ada maka dilanjutkan pengalaman gangguan tidur, maka penilaian dilanjutkan dengan mengidentifikasi tingkat gangguan tidur berdasarkan 4 tingkatan gangguan tidur yang memiliki skor disetiap pilihannya. Skor 1 adalah tidak ada gangguan tidur, skor 2 untuk gangguan tidur ringan, skor 3
(56)
skor terendah faktor gangguan tidur adalah 12 dan total skor tertinggi faktor gangguan tidur adalah 48. Semakin tinggi total skor gangguan tidur maka akan semakin tinggi tingkat gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010). Kuesioner ini diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari The Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) (Buyse, et ak., 1998) dan St. Mary’s Hospital (SMH) sleep
questionnaire (Ellis et al., 1981). Kuesioner ini sudah diuji validitasnya dan layak digunakan di Indonesia.
6.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (azwar, 2003).
Uji reliabilitas ini dilakukan di Puskesmas Stabat terhadap 10 orang responden yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Uji realibilitas penelitian ini dilakukan
(57)
ini sudah relibel sesuai dengan pendapat Arikunto (2010) yang mengatakan bahwa suatu instrumen baru relibel bila koefisiennya 0.70 atau lebih.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ada beberapa prosedur yang dilaksanakan yaitu peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan kepada institusi tempat penelitian yaitu di Puskesmas Stabat.
Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden peneliti menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian kuesioner, kemudian bagi calon responden yang bersedia untuk menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden kemudian responden menjawab sesuai keadaan yang dialaminya saat itu selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data, selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.
8. Analisa Data
Pada awalnya semua data yang telah terkumpul dianalisa melalui beberapa tahapan, tahap pertama adalah editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan memastikan bahwa semua pilihan dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua adalah coding yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah analisa data pada waktu melakukan tabulasi dan analisa data.
(58)
Kemudian memasukkan entry data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data univariat untuk menampilkan data demografi yang terdiri dari usia, lama menderita rheumatoid arthritis, jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan, pekerjaan, penghasilan, lokasi tempat tinggal, jumlah teman sekamar, zat stimulasi dan obat-obatan yang digunakan, kualitas tidur dan gangguan tidur menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase.
(59)
Bab 5
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan data hasil penelitian secara umum mengenai Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2015 sampai dengan 25 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan pada 38 responden. Hasil penelitian dibagi atas tiga bagian, yaitu data demografi, kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan Rheumatoid Arthritis.
1.1 Karakteristik Responden
Pada tabel 1 ditampilkan data demografi responden berusia antara 46-55 tahun (50%), lama menderita rheumatoid arthritis <1 tahun dan 1-2 tahun (42%), berjenis kelamin perempuan (60%), suku Jawa (39%), pendidikan terakhir SMA (42%), beragama Islam (89%), menikah (82%). Mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta (42%), dan penghasilan perbulannya < Rp1.650.000 (55%). Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan
data demografi (N=38)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia
46-55 tahun 19 50
56-65 tahun 13 34
(60)
Tabel 1 ( Lanjutan) Karakteristik Lama menderita RA < 1 tahun
1-2 tahun > 3 tahun Jenis kelamin laki-laki perempuan Suku Batak Jawa Melayu Lain-lain Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Agama Islam Kristen Hindu Status perkawinan Belum menikah Menikah Janda/Duda Pekerjaan PNS/TNI/POLRI Pegawai swasta/wiraswasta Buruh/tani Frekuensi 16 16 6 15 23 11 15 5 7 5 8 16 9 34 3 1 5 31 2 6 16 8 Persentase 42 42 16 40 60 29 39 13 19 13 21 42 24 89 8 3 13 82 5 16 42 21
(61)
Pada tabel 2 ditampilkan deskripsi karakteristik responden yang mencakup, gaya hidup dan kebiasaan tidur dirumah. Mayoritas responden tinggal di komplek perumahan (40%), dan mengkonsumsi teh (76%). Mayoritas responden memiliki jumlah teman sekamar 1-2 orang (90%), mengkonsumsi obat anti nyeri/sejenis (66%) dan mengkonsumsi obat golongan kortikosteroid (29%).
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan gaya hidup dan kebiasaan tidur dirumah (N=38)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Lokasi tempat tinggal
Pemukiman penduduk yang padat Dekat jalan umum/raya
Komplek perumahan Zat stimulasi
Kopi Tembakau Teh
Jumlah teman sekamar 1-2 orang
3-4 orang
Obat yang menyebabkan tidur Obat tidur
Obat batuk Anti nyeri/sejenis
Obat yang menyebabkan gangguan tidur kondroition glukosamin kortikosteroid OAINS 15 8 15 4 5 29 34 4 3 10 25 10 8 11 9 39 21 40 11 13 76 90 10 8 26 66 26 21 29 24
(62)
1.2 Kualitas tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis
Pada tabel 3 menampilkan distribusi frekuensi dan persentase deskripsi responden berdasarkan kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Hasil penelitian mengenai kualitas tidur menunjukkan bahwa responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam (45%), membutuhkan waktu untuk mulai tidur >60 menit (47%), dan terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali (63%). Selain itu responden merasa sedikit mengantuk ketika responden bangun tidur di pagi hari (74%), tidur dan kemudian terbangun saat tidur di malam hari (42%), perasaan segar di pagi hari hanya sedang-sedang saja (60%), dan merasa sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari (61%).
Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat (N=38)
Parameter Tidur Frekuensi Persentase
Total jam tidur di malam hari <5 jam
5-6 jam 6-7 jam >7 jam
Waktu yang dibutuhkan untuk tertidur >60 menit 31-60 menit 16-30 menit <15 menit 7 17 4 10 18 11 4 5 18 45 11 26 47 29 11 13
(63)
1.3 Faktor – Faktor Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis 1.3.1 Faktor Fisik
Pada tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor gangguan tidur secara fisik pada klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, yaitu terdapat 84% responden yang pernah mengalami nyeri, 78% responden yang pernah mengalami pusing, 84% responden yang pernah mengalami perasaan lelah, dan 78% responden yang pernah mengalami gelisah. Tabel 3 (lanjutan)
Parameter Tidur Frekuensi Persentase
Perasaan saat bangun pagi Sangat mengantuk Mengantuk
Sedikit mengantuk Segar
Kenyenyakan tidur di malam hari Sebentar-bentar terbangun Tidur dan kemudian terbangu Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak
Perasaan segar saat bangun pagi Sangat segar
Sedang Cukup segar Tidak sama sekali
Perasaan saat beraktivitas di pagi hari Sangat lemah atau sangat lelah Lemah atau lelah
Sedikit lemah atau lelah Tidak lemah atau lelah
3 3 28 4 7 16 10 5 5 23 7 3 3 7 23 5 8 8 74 10 19 42 26 13 13 61 18 8 8 18 61 13
(64)
Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat(N=38).
Faktor Gangguan Tidur Faktor Fisik Pengalaman Ya n(%)
Tingkat Gangguan Tidur Tidak n(%) Ringan n(%) Sedang n(%) Berat n(%) Nyeri Pusing Perasaan lelah Gelisah 32(84) 30(74) 32(84) 30(79) 6(16) 8(21) 6(21) 8(79) 7(18) 8(21) 11(29) 8(21) 17(44) 18(47) 16(42) 9(24) 14(37) 5(13) 10(26) 14(37)
1.3.2 Faktor Lingkungan
Pada tabel 5 menunjukkan hasil penelitian tentang faktor gangguan tidur secara lingkungan pada klien dengan rheumatoid arthris di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat, yaitu terdapat 76% responden yang pernah mengalami suara bising, 68% responden yang tidurnya berpengaruh dengan suhu yang terlalu dingin ataupun panas, 57% responden yang tidurnya berpengaruh pada cahaya lampu, 63% responden yang tidurnya berpengaruh pada ruang dan tempat tidur yang nyaman, 71% responden yang tidurnya berpengaruh pada ventilasi yang baik atau buruk, 89% responden yang tidurnya berpengaruh pada bau yang tidak nyaman di lingkungan rumah, dan 44% responden yang tidurnya berpengaruh pada jumlah teman kamar.
(65)
Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat (N=38)
2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hasil dari kualitas tidur dan gangguan tidur klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 38 orang.
2.1 Kualitas Tidur
Hasil penelitian menunjukkan responden yang menderita rheumatoid arthritis mengalami total jam tidur selama 5-6 jam (45%) sedangkan kebutuhan tidur normal rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7.5 jam untuk tidur setiap malam (Ramadhani, 2014).
Faktor Gangguan Tidur Faktor Lingkungan Pengalaman Ya n(%)
Tingkat Gangguan Tidur Tidak n(%) Ringan n(%) Sedang n(%) Berat n(%) Suara bising Suhu ruangan Cahaya lampu Ruang/tempat tidur Ventilasi Bau ruangan
Jumlah teman kamar
29(76) 26(68) 22(58) 24(63) 27(71) 34(89) 17(45) 9(24) 12(32) 16(42) 14(37) 11(29) 4(10) 21(55) 5(13) 10(26) 8(21) 7(18) 10(26) 9(24) 5(13) 7(18) 12(32) 7(18) 9(24) 9(24) 7(18) 5(13) 18(47) 7(18) 10(26) 10(26) 11(29) 19(50) 12(32)
(66)
Sleep latency paling banyak membutuhkan waktu tidur >60 menit sebanyak 18 orang (47%). Sleep latency adalah lama waktu tidur yang dibutuhkan responden untuk jatuh tidur. Secara normal seseorang membutuhkan waktu untuk jatuh tidur sekitar 10-15 menit. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang adalah kondisi lingkungan dan kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum, merokok, mengkonsumsi alkohol akan mengganggu tidur seseorang yang bisa berdampak pada meningkatnya letensi tidur pada lansia (Chayatin, 2007; Carole, 2008; Peters, 2009).
Responden mengalami terbangun ketika tidur di malam hari 3-4 kali sebanyak 24 orang (63%). Klien dengan rheumatoid arthritis mengalami gangguan tidur dikarenakan sering terbangun pada malam hari untuk ke kamar mandi, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, dan nyeri akibat sakit fisik. Inkontinensia dikaitkan dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari proses penuaan yang membuat seseorang sering terbangun pada malam hari untuk berkemih sehingga menyulitkan seseorang untuk kembali tidur (Potter dan Perry, 2005).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa sedikit mengantuk saat bangun tidur (74%), hal ini mengindikasikan bahwa sedikit mengantuk ketika bangun tidur di pagi hari dapat disebabkan peningkatan frekuensi terbangun saat tidur malam (Miller, 1995).
(67)
dari gejala penyakit yang dialami seperti nyeri dan rasa tidak nyaman lingkungan tidur dapat membangunkan klien dari tidurnya (Ekasari, 2011).
Perasaan segar di pagi hari saat bangun tidur hanya sedang-sedang saja dinyatakan oleh klien (60%), responden menyatakan sudah dapat beradaptasi dalam perubahan tidur sebagai dampak proses penuaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan referensi Oliveira (2008) di Brazil bahwa kepuasaan tidur subjektif cukup segar dikarenakan terkadang individu bangun terlalu pagi, sebagai dampak dari gejala penyakit proses menua yang dialami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sedikit lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari (61%). Hal ini sesuai dengan hasil studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokan harinya (Miller, 1995). 2.2 Gangguan Tidur
2.2.1 Faktor Fisik
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 84% responden mengalami gangguan tidur akibat nyeri. Diantaranya terdapat 37% responden mengalami nyeri dengan gangguan berat. Hal ini sesuai dengan penyataan dari hasil penelitian University of Pittsburgh School of Nursing penderita rheumatoid arthritis sering mengalami nyeri. Apabila tidak diatasi dan semakin parah akan semakin meningkat juga tingkat gangguan tidurnya dan dapat meningkatkan risiko cacat fungsional (ekasari, 2011).
(68)
gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam (Potter & Perry, 2005).
Klien rheumatoid arthritis yang menunjukkan bahwa 78% responden mengalami pusing dan gelisah. Hal ini terjadi dikarenakan kualitas tidur yang buruk hal yang dapat menyebabkan klien tidak mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya (Potter & Perry, 2005).
Sebanyak 29% responden mengkonsumsi obat dan suplemen yang mengandung kortikosteroid sehingga mengalami gangguan tidur dikarenakan obat ini memiliki efek terhadap neuropsychiatric. Berdasarkan referensi disampaikan bahwa efek dari neuroprosychiatrik mempunyai pengaruh terhadap perubahan tingkah laku seperti terjadinya gangguan tidur (Azis, 2006). Hal ini pada umumnya berhubungan dengan adanya efek samping dari terapi pengobatan rheumatoid arthritis dengan menggunakan Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID) yang diberikan pada penderita rheumatoid arthritis.
2.2.2 Faktor Lingkungan
Gangguan tidur juga disebabkan oleh faktor lingkungan, diantaranya adalah suara bising, ventilasi yang tidak baik, dan ruang tidur yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005). Dari hasil penelitian 76% responden mengalami gangguan tidur
(69)
responden yang menyatakan tidurnya dapat terganggu apabila suhu terlalu dingin ataupun panas karena dapat mempengaruhi rasa nyeri yang diderita klien dengan
rheumatoid arthritis. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Lee (1997) bahwa seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.
Dari hasil penelitian 71% responden menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan tidur bila tidak berada pada ruangan yang memiliki ventilasi yang kurang baik. Hal ini berkaitan dengan rasa nyaman yang dapat membangunkan klien dari tidurnya. Berdasarkan referensi disampaikan bahwa ventilasi ruangan tidur yang baik adalah sangat penting untuk tidur yang tenang ( Potter & Perry, 2005).
Sebanyak 89% mayoritas responden tidak bisa tidur atau mengalami gangguan tidur jika berada pada kondisi lingkungan atau ruangan yang berbau. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Septiyadi (2005) apabila ruang tidur kotor dan bau maka bisa dikatakan itulah faktor utama dari susahnya tidur.
63% responden tidak bisa tidur jika berada pada ruangan yang tidak nyaman dan 44% responden mengalami gangguan tidur pada faktor lingkungan seperti jumlah teman kamar sehingga ruangan tidak nyaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur ( Potter & Perry, 2005).
Cahaya lampu juga mempengaruhi tidur seseorang dimana hasil penelitian ini menunjukkan 58% responden terganggu dengan cahaya lampu. Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Menurut Guyton & Hall (1997),
(70)
penerangan dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh yang akan menyebabkan seseorang tidak mengantuk. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terjadinya pergeseran sistem sirkardian, dimana jadwal tidur maju secara bertahap dan mengakibatkan seseorang mengalami total jam tidur yang kurang (Sack et al, 2007).
(71)
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada penelitian didapatkan kualitas tidur klien dengan rheumatoid arthritis
berada pada kualitas tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh komponen parameter tidur. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tidur klien dengan
rheumatoid arthritis memiliki kualitas tidur buruk yang dapat dilihat dari 45% responden memiliki total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam, waktu untuk memulai tidur 42% responden memiliki kedalaman tidur, responden yang memiliki frekuensi terbangun 3-4 kali 63%, klien merasa sedikit mengantuk saat bangun tidur 74%, sulit tidur dan kemudian terbangun 42%, merasa segar di pagi hari dengan sedang-sedang saja 60% dan klien merasa lemah atau lelah saat beraktivitas dipagi hari 60%.
Faktor gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis dapat terjadi Karena faktor fisik diantaranya adalah nyeri dan lelah 84%, pusing serta gelisah 78%. Selain itu juga ada faktor lingkungan yang dapat mengganggu tidur diantaranya suara bising 76%, suhu ruangan 68%, cahaya lampu 57%, ruang dan tempat tidur yang nyaman 63%, ventilasi yang baik 71%, bau yang tidak nyaman 89%, dan jumlah teman kamar44%.
Berdasarkan kualitas tidur klien dengan 7 parameter tidur maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilainya semakin baik pula kualitas tidurnya, dan berdasarkan gambaran gangguan tidur klien maka dapat disimpulkan bahwa
(72)
2. Saran
2.1 Saran bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis sehingga perawat-perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada penderita rheumatoid arthritis, terkhusus mengenai tidurnya.
2.2 Saran bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelayanan kesehatan untuk memberikan promosi kesehatan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis dan bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang baik terkhusus ditujukan kepada penderita
rheumatoid arthritis.
2.2 Saran bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini hanya dilakukan pada 38 orang responden penderita rheumatoid arthritis di Stabat Kabupaten Langkat. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebaiknya mempunyai sampel yang lebih banyak yang mewakili dari beberapa Wilayah Kerja Puskesmas.
(73)
Bab 2
Tinjauan Pustaka
1.
Konsep Tidur 1.1 Definisi TidurTidur merupakan kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Selain itu tidur memiliki urutan siklus yang berulang – ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang- ulang dan masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
1.2 Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskular, respirasi, dan musculoskeletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG)
(74)
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating sistem (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensorik raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron alam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbic seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktivitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan sadar, aktivitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,
(75)
jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis di nukleus raphe dorsalis
dengan tidur REM.
Sistem adrenergik. Neuron – neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan juga.
Sistem Kolinergik. Menurut Sitaram dkk, (1976) dalam (Japardi, 2002) membuktikan dengan pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari locus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
Sistem histaminergik. Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
(76)
Sistem hormon. Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal Corticotrapin Hormon (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating Hormon (TSH), dan Luteinizing Hormon (LH). Hormon – hormon ini masing – masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.
1.3 Fungsi Tidur
Fungsi tidur adalah restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh. Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonucleic acid
(RNA). Rapid Eye Movement akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi tidur diatas, tidur juga dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain -lain. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur: pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama
(77)
1.4 Tahapan Tidur
Tahapan tidur memiliki karateristik tertentu yang dianalisis dengan bantuan
electroencephalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang otak,
electromyograph (EMG) yang merekam tonus otot, dan electrooculograph (EOG) yang merekam pergerakan mata. EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur dibagi menjadi dua yaitu Nonrapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement
(REM).
Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira – kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira – kira 90 menit sebelum tidur berakhir. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4 – 7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20 jam/hari, todler 10-12 jam/hari, pra sekolah 11 jam/hari, usia Sekolah 10 jam/hari, Remaja 8,5 jam, Dewasa muda 8-10 jam /hari, dewasa tua 7 jam/hari, usia tua > 60 tahun, 6 jam/hari.
Tidur Nonrapid Eye Movement (NREM). Tidur NREM terdiri dari 75 - 80% dari total waktu tidur. Tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap:
Tahap 1 (N1) terdiri dari 3-8% dari total waktu tidur. Merupakan tingkat transisi antara bangun dan tidur dimana seseorang masih sadar dengan lingkungannya, merespons cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dari rangsangan, aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun, bila terbangun terasa sedang bermimpi. Dalam tidur N1 ditandai dengan berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang teta ( 4 – 7 Hz). Pada EOG tidak
(78)
tampak kedip mata, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi penurunan potensial EMG, dan berlangsung 5 – 10 menit.
Tahap dua (N2) terdiri dari 45 - 55% dari total waktu tidur. Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun yang ditandai dengan penurunan tanda-tanda vital mulai relaksasi otot, berlangsung 10 – 20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dan dapat dibangunkan dengan mudah. Pada tahap ini tampak Kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%), dengan frekuency 4 – 15 Hz. EOG sama sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari tahap 1 (N1).
Tahap tiga (N3) yaitu menunjukkan medium deep sleep yang merupakan tahap awal dari keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah menurun dan berlangsung 15 – 30 menit. Pada tahap ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dengan frekuency 2 – 4 Hz.
Tahap empat (N4) merupakan deep sleep yaitu tahap tidur terdalam yang biasanya diperlukan rangsangan lebih kuat untuk membangunkan, untuk restorasi dan istirahat tonus otot menurun, sekresi lambung menurun, dan gerak bola mata cepat. Pada tahap ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti tahap 2 (N2).
(79)
manusia diproduksi malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini (White, 2003).
Tidur Rapid Eye Movement (REM). Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal ini menunjukkan Tidur REM sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala – gejala seperti nafsu makan bertambah, bingung dan curiga, cenderung hiperaktif, dan kurang dapat mengendalikan diri (emosi labil). Dan tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit setelah tertidur.
1.5 Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah–pecah, sering menguap dan mengantuk.
Konsep ini meliputi beberapa karakteristik seperti waktu yang diperlukan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, dan lama tidur (Eser,
(80)
menjelaskan bahwa perasaan segar saat bangun pagi, rasa lemah beraktifitas dan aspek subjektif seperti kepuasan atau kedalaman tidur juga merupakan karateristik dari kualitas tidur. Lai (2001) dalam wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalamn tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudan untuk tertidur tanpa bantuan medis.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencapai tubuh yang sehat salah satunya yaitu mengkonsumsi makanan yang dapat membantu tidur agar mendapatkan kualitas tidur yang baik seperti mengkonsumsi seledri. seledri mengandung silikon yang memperkuat saraf dan jaringan jantung sehingga seledri mempunyai efek menenteramkan, sayuran yang berwarna hijau tua, selada. Senyawa dalam selada yang disebut laktukarium dapat membuat tidur yang efektif, kerang, makanan yang kaya triptofan, gandum. Karbohidrat kompleks dapat meningkatkan serotonin, yang membantu tidur lebih nyenyak. Sayuran kol dan tahu memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang baik karena kalsium dapat membantu otak menggunakan asam amino triptofan untuk memproduksi melatonin (Siregar-mukhlidah, 2011).
Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa dengan pemeriksaan laboratorium yaitu EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot, dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang
(81)
1.6 Gangguan Tidur
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurunnya daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Indikator tercukupnya tidur adalah kondisi tubuh waktu bangun tidur. Jika merasa segar setelah bangun tidur, berarti tidur kita sudah cukup. Namun, jika badan masih terasa lemah ketika bangun tidur berarti tidurnya masih kurang. Memperbaiki kualitas tidur daripada menambah jam tidur dapat memberikan tubuh yang sehat dan bugar. Hal ini diyakini dapat memperbaiki ganngguan tidur.
1.6.1 Faktor-faktor Gangguan tidur 1.6.1.1 Faktor Fisik.
Ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada umumnya perasaan lelah, gelisah, batuk, dan nokturia merupakan gejala yang dapat mengganggu tidur seseorang.
Pusing. hal ini sejalan dengan Albertie (2006) yang menyatakan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan tidur dan apabila pusing semakin parah maka akan semakin parah juga tingkat gangguan tidurnya. Selain itu Rains (2006) juga menambahkan bahwa pusing dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi berkurang.
(82)
Perasaan lelah. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah – olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam (Shapiro et al, 1993).
1.6.1.2 Faktor lingkungan.
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur, dan kebiasaan sebelum tidur yang dapat mengganggu konsentrasi tidur tentunya akan mempengaruhi proses tidur (Mukhlidah, 2011).
Suara bising. Kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur (Hanning, 2009). Suara yang terlalu keras jelas menggangu konsentrasi untuk beristirahat.
Suhu ruangan. Lee (19997), menyatakan bahwa seseorang mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.
Cahaya lampu. Menurut Lee (1997), sorot lampu yang terlalu terang dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh. Joyce A. Walsleben PhD. Mengatakan bahwa kondisi yang relatif tenang dan tidak terlalu terang akan mempengaruhi cepat gerak mata. Selain itu tubuh juga akan memproduksi melatonin, hormon yang akan membantu untuk bermimpi.
(83)
membutuhkan tempat yang kondusif untuk membuat tidur semakin sehat dan nyaman.
Ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005). Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban ruangan tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan – akan seseorang tersebut menderita radang amandel (Septiyadi, 2005).
Bau yang tidak nyaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karota-Bukit (2003)bahwa 13% responden mengalami gangguan tidur pada tingkat sedang karena bau yang tidak nyaman.
1.6.1.3 Faktor Psikososial
Gangguan tidur dilaporkan oleh 90% individu yang mengalami stres, perasaan cemas, dan depresi (Chokroverty, 1999; Suryani, 2004).
Stres. Seseorang dapat mengalami stres karena penyakit. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005).
Depresi. Seseorang yang telah terkena depresi akan mengalami gangguan tidur yang mana ciri khas seseorang yang terkena sindrome tersebut adalah susah untuk tidur dan selalu merenung (Septiyadi, 2005).
(84)
memulai tidur sangat lama, tahap tidur NREM ke 4 dan tidur REM menurun, serta klien lebih sering terbangun pada malam hari (Karacen et al, 1968, 1978; Closs, 1988; Suryani, 2004).
1.7 Faktor yang mempengaruhi tidur
Circadian Rhythm (Irama Sirkardian). Circadian rhythm adalah ritme suhu tubuh. Suhu tubuh kita sebenarnya tidak konstan 37°C, melainkan naik turun seiring jam bertambah dalam satu hari. Perbedaan suhu tubuh yang terjadi sekitar 2°C. Saat suhu tubuh naik, kita menjadi lebih terjaga dan energik, sedangkan saat suhu tubuh turun kita menjadi lebih lelah dan malas. Ritme suhu tubuh inilah penyebab kita merasa mengantuk dan terbangun pada jam yang sama setiap hari.
Melatonin dan Cahaya Matahari. Melatonin adalah hormon yang dibentuk kelenjar pineal dan retina. Melatonin bertugas untuk membuat kita tertidur dan mengembalikan energi fisik ketika kita tidur. Apabila melatonin tinggi kita akan merasa mengantuk, lemah, lesu, dan sebagainya. Level melatonin dalam tubuh sangat tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diterima mata pada suatu hari. Banyak cahaya matahari akan memperlambat proses pembentukan melatonin.
Terjaga Sebelumnya. Lebih lama terjaga, kita dapat melakukan aktivitas yang lebih tinggi. Apabila kita tidur 8 – 9 jam per hari dan tetap merasa lemas, ini bisa berarti kita membutuhkan tidur lebih sedikit. Kita tidur terlalu banyak dan
(1)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ii
Halaman Pengesahan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vii Daftar Tabel x
Daftar Skema xi
Abstrak xii
Abstract xiii
BAB 1 Pendahuluan 1 1. Latar Belakang 1
2. Pertanyaan Penelitian 4 3. Tujuan Penelitian 4
4. Manfaat Penelitian 4 BAB 2 Tinjauan Pustaka 6 1. Konsep Tidur 6 1.1. Defenisi Tidur 6
1.2. Pengaturan Tidur 6
1.3. Fungsi Tidur 9
1.4. Tahapan Tidur 10
1.5. Kualitas Tidur 12
1.6. Gangguan Tidur 14
1.6.1 Faktor-faktor Gangguan Tidur 14
1.6.1.1 Faktor Fisik 14
1.6.1.2 Faktor Lingkungan 15
(2)
1.7. Faktor yang mempengaruhi tidur 17
2. Rheumatoid Arthritis 19
2.1 Defenisi 19
2.2 Etiologi 20
2.2 Pengkajian 21
2.4 Pemeriksaan Fisik 21
2.5 Manifestasi Klinis 23
3 Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis 24
3.1. Nonfarmakologis 24
3.2. Farmakologis 24
4. Kualitas Tidur pada Klien Rheumatoid Arthritis 25
5. Faktor Gangguan Tidur pada Klien Rheumatoid Arthritis 26
5.1 Faktor Fisik 26
BAB 3 Kerangka Penelitian 27 1. Kerangka Konseptual 27
2. Definisi Operasional variable penelitian 28
BAB 4 Metodologi Penelitian 29 1. Desain Penelitian 29
2. Populasi dan Sampel Penelitian 29
2.1.Populasi Penelitian 29
2.2.Sampel Penelitian 29
(3)
ix
6.1 Uji Validitas 34
6.2 Uji Reliabilitas 34
7. Teknik Pengumpulan Data 35
8. Analisa Data 35
BAB 5 Hasil dan Pembahasan 37
1. Hasil Penelitian 37
1.1 Karakteristik Responden 37
1.2 Kualitas Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis 40
1.3 Gangguan Tidur Klien dengan Rheumatoid Arthritis 41
1.3.1 Faktor Fisik 41
1.3.2 Faktor Lingkungan 42
2. Pembahasan 43
2.1 Karakteristis Responden 43
2.2 Kualitas Tidur 44
2.3 Faktor Gangguan Tidur 46
2.3.1 Faktor Fisik 46
2.3.2 Faktor Lingkungan 47
BAB 6. Kesimpulan dan Saran 49
1. Kesimpulan Hasil Penelitian 49
2. Saran 50
(4)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Inform consent Lampiran 2. Instrumen Penelitian Lampiran 3. Jadwaal tentatif penelitian Lampiran 4. Taksasi dana
Lampiran 5. Tabel hasil uji reliabilitas Lampiran 6. Tabel hasil data demografi Lampiran 7. Tabel hasil kualitas tidur Lampiran 8. Tabel hasil gangguan tidur Lampiran 9. Surat etik penelitian Lampiran 10. Surat izin survey
Lampiran 11. Surat izin reliabilitas dan pengumpulan data Lampiran 12. Surat balasan izin dan selesai penelitian Lampiran 13. Surat izin pemakaian instrument
Lampiran 14. Surat balasan izin menggunakan instrumen Lampiran 15. Lembar bukti bimbingan
Lampiran 16. Riwayat hidup
(5)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Frekuensi dan Persentase Karateristik Responden Berdasarkan
Data Demografi ... Tabel 2 Frekuensi dan Persentase Karateristik Responden Berdasarkan
Gaya Hidup dan Kebiasaan Tidur di Rumah ... 39 Tabel 3 Frekuensi dan Persentase Kualitas Tidur Klien dengan
Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat. 40 Tabel 4 Frekuensi dan Persentase faktor Gangguan Tidur klien
denganrheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat ... 42
Tabel 5 Frekuensi dan Persentase faktor Gangguan Tidur kliendengan
(6)
DAFTAR SKEMA
Halaman Gambar 1 Skema kualitas tidur dan gangguan tidur pada Klien