Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Pola Tidur dan Gngguan Tidur Klien Hipertensi

di Puskesmas Helvetia Tri Suci

11101122

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia.

Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Bapak/Ibu dapat memilih untuk menghentikan atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan menandatangani formulir ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Bapak/Ibu berikan.

Medan, Mei 2015

Peneliti Responden,


(2)

Lampiran 2

Kode: KUESIONER PENELITIAN

POLA TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR KLIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS HELVETIA

Petunjuk pengisian:

A.Beri tanda check list () pada kotak yang tersedia.

B.Jawablah kuesioner dibawah ini dengan cara memilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda check list () pada jawaban yang Bapak/Ibu pilih. A.Data Demografi

Umur : ... Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan : SD Perguruan tinggi

SMP Lain-lain

SMA

Agama : Islam Hindu

Kristen Lain-lain Buddha

Status perkawinan : Belum menikah Janda/Duda

Menikah Lain-lain

Pekerjaan : PNS/ TNI/ POLRI Bertani


(3)

Jumlah teman sekamar : Sendiri 1-2 orang 3-4 orang

Lebih dari 4 orang

Ukuran kamar : ...

Penyakit lain yang diderita : ...

Obat yang dikonsumsi: Chlortalidone

Bendroflazid/bendroflumetazid Hidroklorotiazid

Furosemide Amilorid HCL Spironolakton


(4)

B.

Kuesioner Pola Tidur

Bagian ini akan menanyakan tentang kualitas tidur Bapak/ Ibu yang sebenarnya tadi malam.

1. Berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk tidur di malam hari? 1. <5 jam

2. 5-6 jam 3. 6-7 jam 4. >7 jam

2. Berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk dapat tertidur di malam hari?

1. >60 menit 2. 31-60 menit 3. 16-30 menit 4. <15 menit

3. Berapa kali Bapak/ Ibu terbangun dari tidur di malam hari? 1. >5 kali

2. 3-4 kali 3. 1-2 kali 4. Tidak ada

4. Bagaimana perasaan Bapak/ Ibu ketika bangun tidur di pagi hari? 1. Sangat mengantuk

2. Mengantuk


(5)

5. Seberapa nyenyak tidur Bapak/ Ibu di malam hari? 1. Sebentar-bentar terbangun

2. Tidur dan kemudian terbangun 3. Tidur tetapi tidak nyenyak 4. Tidur sangat nyenyak

6. Apakah Bapak/ ibu merasa segar saat bangun tidur di pagi hari? 1. Tidak sama sekali

2. Cukup segar 3. Sedang 4. Sangat segar

7. Apakah Bapak/ Ibu merasa lemah/ lelah saat beraktivitas pada pagi hari? 1. Sangat lemah atau sangat lelah

2. Lemah atau lelah 3. Sedikit lemah atau lelah


(6)

C.Faktor-Faktor Gangguan Tidur

Berilah tanda () pada kolom yang tersedia dan pilih jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pertanyaan berikut ini berhubungan dengan pendapat Bapak/ Ibu tentang faktor-faktor fisik dan linngkungan yang mengganggu tidur Bapak/ Ibu pada malam hari.

Faktor Gangguan Tidur Ya Tidak

Faktor-faktor Fisik 1. Pusing

2. Nyeri

3. Rasa tidak nyaman

4. Terbangun karena buang air kecil 5. Kelelahan

Faktor-faktor Lingkungan 1. Suara bising

2. Penerangan 3. Suhu ruangan


(7)

(8)

Lampiran 4

TAKSASI DANA

No Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

• Kertas A4 80 gr 2 rim

• Biaya internet dan pulsa modem

• Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka • Fotocopy perbanyak proposal

• Persiapan sidang proposal

Rp 100.000 Rp 150.000 Rp 80.000 Rp 100.000 Rp 150.000

2 PENGUMPULAN DATA • Izin penelitian • Transportasi

• Fotocopy kuesioner dan lembar persetujuan • Cendramata

Rp 150. 000 Rp 150.000 Rp 20.000 Rp 350.000 3 ANALISA DATA DAN PENYAJAN DATA

• biaya print, kertas A4 80 gr 2 rim • penjilidan

• fotocopy laporan penelitian • persiapan sidang skripsi

Rp 150.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 300.000

4 BIAYA TAK TERDUGA Rp 500.000


(9)

Lampiran 5

Validitas Kuesioner Gangguan Tidur

No. Validator

1. 4

2. 4

3. 4

4. 4

5. 3

6. 4

7. 2

8. 3


(10)

Lampiran 6

Hasil Reliability Kuesioner

Kuesioner Pola Tidur

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 32.3

Excludeda 21 67.7

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.788 .775 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Total jam tidur malam 15.40 20.711 .595 .745 .744

Waktu untuk memulai tidur

15.30 20.900 .663 .751 .734

Frekuensi tidur malam 15.60 20.933 .571 .553 .749

Kepuasan tidur 15.20 22.400 .443 .496 .774

Kedalaman tidur 15.70 18.678 .690 .825 .721


(11)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Total jam tidur malam 15.40 20.711 .595 .745 .744

Waktu untuk memulai tidur

15.30 20.900 .663 .751 .734

Frekuensi tidur malam 15.60 20.933 .571 .553 .749

Kepuasan tidur 15.20 22.400 .443 .496 .774

Kedalaman tidur 15.70 18.678 .690 .825 .721

Rasa segar bangun pagi 15.30 27.122 .043 .436 .831


(12)

Tabel Hasil Uji Reliabilitas

Faktor Fisik (KR 20)

Responden Pertanyaan X X²

1 2 3 4 5

1. 1 0 1 1 1 4 16

2. 1 0 0 1 1 3 9

3. 0 1 1 1 1 4 16

4. 1 0 1 1 1 4 16

5. 1 1 1 1 1 5 25

6. 1 0 1 0 1 3 9

7. 1 1 1 1 1 5 25

8. 0 0 1 1 1 3 9

9. 1 0 1 1 1 4 16

10. 1 0 1 1 1 4 16

NP 8 3 9 9 10 39 157

P 0,8 0,3 0,9 0,9 1

Q 0,2 0,7 0,1 0,1 0

PQ 0,16 0,21 0,09 0,09 0 0,55

Vt =

∑ �2−∑ �

�−1

r

11

=

157−39

10

10−1

=

5 4

×

1,3−0,55 1,3

=

�−1

×

��−�� ��

=

118

10

9

= 1,25 × 0,5769

=

11,8

9

= 0,72


(13)

Faktor Lingkungan (KR20)

Responden Pertanyaan X X²

1 2 3

1 1 1 1 3 9

2 1 1 1 3 9

3 1 1 0 2 4

4 1 1 1 3 9

5 1 1 1 3 9

6 1 1 1 3 9

7 1 1 1 3 9

8 1 1 1 3 9

9 0 1 1 2 4

10 1 1 1 3 9

NP 9 10 9 28 80

P 0,9 1 0,9

Q 0,1 0 0,1

PQ 0,09 0 0,09 0,18

Vt = ∑ �²−∑ �

�−1 r11

=

80−28 10

9 =

3 3−1×

0,57−0,18 0,57 = �

�−1× ��−��

��

= 5210 9

= 3 2×

0,39 0,57

= 0,57 = 1,5 × 0,68 = 1,02


(14)

Lampiran 7

Frequencies Data Demografi

Statistics

Umur Jenis kelam

in Pendidikan Agama

Status perkawinan Pekerjaa n Jumlah teman sekamar Ukuran kamar Penyakit lain yang diderita Obat yang dikonsumsi

N Valid 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.30 1.45 3.23 1.27 1.86 3.18 1.80 3.00 1.86 7.82

Std. Deviation

1.407 .504 1.008 .451 .632 1.386 .462 .682 1.747 .657

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 17-25 tahun (remaja akhir) 6 13.6 13.6 13.6

26-35 tahun (dewasa awal) 4 9.1 9.1 22.7

36-45 tahun (dewasa akhir) 18 40.9 40.9 63.6

46-55 tahun (lansia awal) 6 13.6 13.6 77.3

56-65 tahun (lansia akhir) 7 15.9 15.9 93.2

65 sampai ke atas (manula) 3 6.8 6.8 100.0


(15)

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 24 54.5 54.5 54.5

Perempuan 20 45.5 45.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 4 9.1 9.1 9.1

SMP 4 9.1 9.1 18.2

SMA 16 36.4 36.4 54.5

Perguruan tinggi 18 40.9 40.9 95.5

Lain-lain 2 4.5 4.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Islam 32 72.7 72.7 72.7

Kristen 12 27.3 27.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Belum menikah 12 27.3 27.3 27.3

Menikah 26 59.1 59.1 86.4


(16)

Status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Belum menikah 12 27.3 27.3 27.3

Menikah 26 59.1 59.1 86.4

Janda/Duda 6 13.6 13.6 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS/TNI/POLRI 4 9.1 9.1 9.1

Pegawai swasta/wiraswasta 13 29.5 29.5 38.6

Buruh 11 25.0 25.0 63.6

Bertani 3 6.8 6.8 70.5

Lain-lain 13 29.5 29.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Jumlah teman sekamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sendiri 10 22.7 22.7 22.7

1-2 orang 33 75.0 75.0 97.7

3-4 orang 1 2.3 2.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Ukuran kamar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2x3 3 6.8 6.8 6.8


(17)

3x4 33 75.0 75.0 84.1

4x4 7 15.9 15.9 100.0

Total 44 100.0 100.0

Penyakit lain yang diderita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ada 32 72.7 72.7 72.7

Jantung 4 9.1 9.1 81.8

Kolesterol 1 2.3 2.3 84.1

Asam urat 2 4.5 4.5 88.6

Lambung 1 2.3 2.3 90.9

Rematik 2 4.5 4.5 95.5

Diabetes 2 4.5 4.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Obat yang dikonsumsi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Furosemide 1 2.3 2.3 2.3

Lain-lain 4 9.1 9.1 11.4

Tidak ada 39 88.6 88.6 100.0


(18)

Lampiran 8

Frequencies Pola Tidur

Statistics Total jam tidur malam Waktu untuk memulai tidur Frekuensi tidur malam Kepuasan tidur Kedalaman tidur Rasa segar bangun pagi Konsentrasi beraktivitas

N Valid 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2.61 2.48 2.82 2.82 2.73 2.14 2.82

Std. Deviation 1.083 1.131 .815 .971 1.107 .702 .896

Frequency Table

Total jam tidur malam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 5 jam 8 18.2 18.2 18.2

5-6 jam 13 29.5 29.5 47.7

6-7 jam 11 25.0 25.0 72.7

> 7 jam 12 27.3 27.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Waktu untuk memulai tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid > 60 menit 10 22.7 22.7 22.7

31-60 menit 15 34.1 34.1 56.8

16-30 menit 7 15.9 15.9 72.7

< 15 menit 12 27.3 27.3 100.0


(19)

Frekuensi tidur malam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid > 5 kali 2 4.5 4.5 4.5

3-4 kali 13 29.5 29.5 34.1

1-2 kali 20 45.5 45.5 79.5

Tidak ada 9 20.5 20.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Kepuasan tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat mengantuk 3 6.8 6.8 6.8

Mengantuk 16 36.4 36.4 43.2

Sedikit mengantuk 11 25.0 25.0 68.2

Segar 14 31.8 31.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

Kedalaman tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sebentar-bentar terbangun 7 15.9 15.9 15.9

Tidur dan kemudian terbangun 13 29.5 29.5 45.5

Tidur tetapi tidak nyenyak 9 20.5 20.5 65.9

Tidur sangat nyenyak 15 34.1 34.1 100.0


(20)

Rasa segar bangun pagi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak sama sekali 6 13.6 13.6 13.6

Cukup segar 28 63.6 63.6 77.3

Sedang 8 18.2 18.2 95.5

Sangat segar 2 4.5 4.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Konsentrasi beraktivitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat lemah atau sangat lelah 2 4.5 4.5 4.5

Lemah atau lemah 16 36.4 36.4 40.9

Sedikit lemah atau lelah 14 31.8 31.8 72.7

Tidak lemah/ lelah sama sekali 12 27.3 27.3 100.0


(21)

Lampiran 9

Frequencies Gangguan Tidur

Statistics

Pusing Nyeri

Rasa tidak nyaman

Terbangun

buang air kecil Kelelahan Suara bising Penerangan Suhu ruangan

N Valid 44 44 44 44 44 44 44 44

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean .55 .07 .48 .77 .73 .66 .70 .59

Std. Deviation .504 .255 .505 .424 .451 .479 .462 .497

Frequency Table Gangguan Tidur Fisik

Pusing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 20 45.5 45.5 45.5

Ya 24 54.5 54.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Nyeri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 41 93.2 93.2 93.2

Ya 3 6.8 6.8 100.0


(22)

Rasa tidak nyaman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 23 52.3 52.3 52.3

Ya 21 47.7 47.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

Terbangun buang air kecil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 10 22.7 22.7 22.7

Ya 34 77.3 77.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Kelelahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 12 27.3 27.3 27.3

Ya 32 72.7 72.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

Frequency Table Gangguan Tidur Lingkungan

Suara bising

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 15 34.1 34.1 34.1

Ya 29 65.9 65.9 100.0


(23)

Penerangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 13 29.5 29.5 29.5

Ya 31 70.5 70.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Suhu ruangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 18 40.9 40.9 40.9

Ya 26 59.1 59.1 100.0


(24)

Lampiran 10

Master Tabel Data Demografi

No U JK PDDKN A SP PKJN JTS UK PLYD OYD

1. 5 2 3 1 2 3 3 3 1 8

2. 2 2 4 1 1 5 2 3 1 8

3. 3 2 5 1 1 1 1 4 1 8

4. 1 2 3 1 1 4 2 3 1 8

5. 1 2 4 2 1 5 2 3 1 8

6. 3 1 4 1 1 5 2 3 1 8

7. 1 2 4 1 1 3 2 3 1 8

8. 3 2 4 1 1 3 1 3 1 8

9. 6 1 5 1 1 4 1 1 1 8

10. 3 2 3 1 2 3 2 3 1 8

11. 5 1 3 1 2 2 2 3 1 8

12. 4 1 3 1 2 3 2 3 1 8

13. 2 1 3 1 1 2 1 3 1 8

14. 3 1 2 1 2 3 1 3 1 8

15. 4 2 4 2 3 2 1 3 1 8

16. 3 2 3 1 3 5 1 2 1 8

17. 5 2 4 1 2 5 2 3 7 8

18. 3 1 4 2 2 1 2 3 2 8

19. 3 1 3 2 2 2 2 4 1 4

20. 2 2 4 1 2 1 2 3 1 8

21. 5 1 3 1 2 5 2 4 3 7

22. 4 1 4 2 2 2 2 4 1 8

23. 3 2 4 2 2 2 2 3 1 7

24. 3 1 4 1 2 2 2 3 1 8

25. 4 1 4 1 2 2 2 3 1 8

26. 3 2 2 1 3 5 1 3 1 8

27. 6 2 1 2 3 5 2 3 1 8

28. 3 2 2 2 3 5 2 3 4 8

29. 5 1 4 1 2 5 2 3 1 8

30. 3 1 3 1 2 5 2 3 1 8

31. 1 2 4 1 1 5 2 3 1 8

32. 3 1 3 1 2 3 2 3 5 8

33. 1 1 3 2 1 5 1 1 1 8

34. 5 2 2 2 2 3 2 1 7 8

35. 6 2 3 1 3 2 2 4 2 7


(25)

38. 3 1 1 1 2 4 2 3 1 8

39. 1 1 3 1 1 2 1 3 1 8

40. 3 1 1 1 2 2 2 3 6 8

41. 3 1 3 1 2 2 2 3 4 7

42. 4 1 1 1 2 3 2 3 2 8

43. 2 1 4 2 2 1 2 4 1 8

44. 3 1 4 1 2 3 2 3 2 8

Keterangan:

Umur : 1 : 17-25 tahun (remaja akhir) 2 : 26-35 tahun (dewasa awal) 3 : 36-45 tahun (dewasa akhir) 4 : 46-55 tahun (lansia awal) 5 : 56-65 tahun (lansia akhir) 6 : 65 tahun ke atas (manula) Jenis kelamin : 1 : Laki-laki

2 : Perempuan Pendidikan : 1 : SD

2 : SMP 3 : SMA

4 : Perguruan tinggi 5 : Lain-lain

Agama : 1 : Islam 2 : Kristen 3 : Budha 4 : Hindu 5 : Lain-lain Status Perkawinan: 1 : Belum menikah

2 : Menikah 3 : Janda/duda 4 : Lain-lain

Pekerjaan : 1 : PNS/TNI/POLRI

2 : Pegawai swasta/wiraswasta 3 : Buruh


(26)

4 : Bertani 5 : Lain-lain

Jumlah teman sekamar : 1 : Sendiri 2 : 1-2 orang 3 : 3-4 orang

4 : Lebih dari 4 orang Ukuran kamar : 1 : 2x3 m²

2 : 3x3 m² 3 : 3x4 m² 4 : 4x4 m² Penyakit lain yang diderita : 1 : Tidak ada

2 : Jantung 3 : Kolesterol 4 : Asam urat 5 : Lambung 6 : Rematik 7 : Diabetes Obat yang dikonsumsi : 1 : Chlortalidone

2 : Bendroflazid/bendroflumetazi 3 : Hidroklorotiazid

4 : Furosemide 5 : Amilorid HCL 6 : Spironolakton 7 : Lain-lain 8 : Tidak ada


(27)

Lampiran 11

Master Tabel Pola Tidur

No. Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Total

1. 3 3 3 3 2 2 4 20

2. 4 2 3 4 2 2 4 21

3. 3 2 3 4 4 2 4 22

4. 3 2 3 4 4 2 4 22

5. 4 2 3 4 2 2 4 21

6. 4 2 4 4 1 3 3 21

7. 4 1 4 4 2 3 3 21

8. 4 4 3 4 4 3 4 26

9. 3 4 3 3 3 4 2 22

10. 3 4 4 2 4 3 4 24

11. 2 4 3 4 1 2 4 20

12. 3 4 3 4 4 2 3 23

13. 4 3 3 2 4 3 4 23

14. 1 4 4 2 4 3 3 21

15. 3 4 3 2 4 2 3 21

16. 2 4 4 4 4 4 4 26

17. 3 3 4 3 4 2 2 21

18. 4 4 3 3 4 2 3 23

19. 2 3 4 3 3 3 3 21

20. 3 3 3 3 2 2 3 19

21. 3 4 3 2 3 2 3 20

22. 2 3 3 3 3 2 4 20

23. 4 4 3 4 4 2 4 25

24. 1 4 3 2 2 2 3 17

25. 1 2 4 3 4 2 3 19

26. 4 2 3 4 4 2 2 21

27. 1 2 1 2 1 1 1 9

28. 2 1 2 2 2 2 3 14

29. 2 2 2 2 1 2 3 14

30. 3 2 2 2 2 2 2 15

31. 4 1 4 4 2 3 2 20

32. 1 1 2 3 3 2 2 14

33. 2 1 2 1 3 1 2 12

34. 4 1 2 4 1 2 1 15

35. 2 2 3 1 1 1 2 12

36. 1 1 2 2 2 2 2 12


(28)

38. 2 2 2 3 2 2 2 15

39. 1 1 2 2 3 1 2 12

40. 4 3 3 1 4 1 2 18

41. 2 2 2 2 2 2 2 14

42. 2 2 2 2 2 2 2 14

43. 2 1 2 2 3 2 2 14


(29)

Lampiran 12

Master Tabel Gangguan Tidur

No. Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Total

1. 0 0 0 1 0 1 0 0 2

2. 0 0 0 0 1 0 0 0 1

3. 0 0 0 0 1 0 0 0 1

4. 0 0 0 0 1 1 1 1 4

5. 0 0 0 0 1 0 0 0 1

6. 0 0 1 0 1 1 1 0 4

7. 0 1 0 1 0 1 1 0 4

8. 1 0 0 1 0 1 0 0 3

9. 1 0 0 1 1 0 0 0 3

10. 0 0 0 0 0 0 0 1 1

11. 0 0 0 1 0 0 0 0 1

12. 0 0 0 1 1 1 1 0 4

13. 1 0 0 1 0 0 1 0 3

14. 0 0 0 0 0 1 1 0 2

15. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

16. 0 0 0 0 0 0 1 0 1

17. 1 0 1 1 1 0 1 1 6

18. 1 0 1 1 0 1 1 1 6

19. 1 0 1 0 1 1 1 1 6

20. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

21 1 1 1 1 1 0 1 1 7

22. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

23. 1 0 0 1 1 1 1 1 6

24. 1 0 0 1 1 1 1 1 6

25. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

26. 0 0 0 1 1 1 1 1 5

27. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

28. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

29. 1 0 0 1 0 0 0 0 2

30. 0 0 1 1 1 1 1 1 6

31. 1 0 0 1 0 1 1 0 4

32. 0 0 0 1 1 1 0 1 4

33. 1 0 1 1 1 1 1 1 7

34. 1 0 1 1 1 1 0 1 6

35. 0 0 1 1 1 1 1 1 6

36. 0 0 1 1 0 0 1 0 3


(30)

38. 0 0 0 1 1 0 0 0 2

39. 1 0 0 0 1 1 1 1 5

40. 0 0 1 1 1 1 1 1 6

41. 1 0 1 1 1 0 1 0 5

42. 0 0 1 1 1 1 1 1 6

43. 1 0 0 1 1 0 1 1 5


(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

Lampiran 20

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Tri Suci

Tempat/ tanggal lahir

: Adil Makmur, 24 Februari 1993

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Merak Gg. Adil No.51 Kec. Sunggal,

Medan

Pendidikan

:

SD Negeri 094124 Dusun Pengkolan (1999-2005)

SMP Negeri 1 Bosar Maligas (2005-2008)

SMA Negeri 1 Bandar Perdagangan (2008-2011)

S1 Keperawatan USU (2011-Sekarang)


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah. T. (2014). Gambaran gangguan pola tidur pada perawat di rs syarif

hidayatullah. Jurnal

Albertie, A. (2006). Headache and sleep. Sleep laboratory, neurologic clinic of

Perugia, via e. Dal pozzo, perugia, italy,http://www.clusterheadaches.com.

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika

diunduh 24 Juni 2015

Boynton, L. (2003). Respiratory caredisclaimer: the material contained herein is provided for informational purposes only, and should not be construed as medical or legal advice on any subject matter. http://web.alsa.org

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta . diunduh 10 Oktober 2014.

Bastaman, T. K. (1988). Arti Tidur dalam Kehidupan Sehari-hari. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakart

Chopra, D. 2003. Tidur nyenyak, mengapa tidak? Ucapkan selamat tinggal pada insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera

Cohen, Jerome. D. (2009). Hypertension epidemiology and economic burden: refining risk assesment to lower costs. Departement of nternal medicine (cardiology), St. Louis University School of

Medicine

Cortelli, R. J. (2006). Longitudinal clinical evaluation of adjunct minocycline in

the treatment of chronic periodontitis.

Juni 2015

Corwin, E. J. (2000). Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta. Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi:buku sakuedisi 9. Jakarta: EGC

Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2000). Fundamental of nursing: human health and function (3 rd ed). Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Detroit. (2012). Pusat gangguan tidur henry

ford. http://www.herbalengkap.com

Gangwich, et al..2006. Short Sleep Duration as a Risk Factor for Hypertension :Analyses of the First National health and Nutrition Examination Survey. American Heart Association: 7272 Greenville Avenue, Dallas

diunduh 10 Oktober 2014


(42)

Gotlieb, D. J. Et al. (2005). Association of sleep time with diabetes mellitus and

impaired glucose tolerance. Arch intern med.

diunduh 29 Juni 2015

Guyton, A. C. & Hall, J. E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC

Hanning, C. (2009). Sleep disturbance and wind turbine noise on behalf of stop swinford wind farm action group (SSWFAG). http://docs.wind-watch.org.

Hanun, M. (2011). Mengenal sebab-sebab, akibat-akibat, dan cara terapi insomnia. Yogyakarta: FlashBooks

diunduh 24 Juni 2015

Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Karota-Bukit. (2003). Sleep Quality and Factors Interfering with Sleep Among Hospitalized Elderly in Medical Units, Medan Indonesia. Master of Nursing Science Thesis in Adult Nursing. Prince of Songkla University, Thailand.

Khuswardhani, R.A.T. (2006). Penatalaksanaan hipertensi pada usia lanjut.

Jurnal

Koch, R. (2003). The impact of shift work.

Australi

Lee WL, e. a. (2007). Risk Factors for Peripheral Intravenous Catheter Infection in Hospitalized Patients: A Prospective Study of 3165 Patients. Am J Inject Control.

Mansoor, G. A. (2002). Sleep Actigraphy in Hypertensive Patients with The 'Non-dipper' Blood Pressure Profile. Journal of Human Hypertensio

Miller, C. A. (1995). Nursingcare of older adults: theory & practice. Philadelphia: J. B. Lippincott

Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian kesehatan edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurmianto, E. (2004). Ergonomi: Konsep dasar & aplikasinyaedisi III. Surabaya: Guna Widya


(43)

Patlak, M. (2005). Your guide to healthy sleep. U. S. Department of health and human services. http://www.nhlbi.nih.gov

Polit, D. F. & Hungler, B. P. (1995). Nursing research: principle and methol (5th edition). Philadelphia: J. B Lippincontt Company

. diunduh 15 November 2014.

Potter, P. & Perry, A. G. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7 volume 1.

Jakarta: Salemba Medika

Potter, P. & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.

Puskesmas Helvetia. (2013). Data hipertensi di wilayah kecamatan helvetia. Medan: Puskesmas Helvetia Medan

Putriana. D. (2012). Kualitas tidur dan faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas medan teladan. Jurnal

Rains, J. C. (2006). Sleep Disorders and Headache. Center for Sleep Evaluation at Elliot Hospital, Manchester.

Rasyidah. D. (2012). Kualitas tidur dan faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas medan teladan.http://www.academia.edu. diunduh 02 Juli 2015

Rochers & Roth. (2000). Shift work and healt

Juni 2015

Riskedas. (2013). Laporan riskedas 2013. www.litbang.depkes.go.id

Sack, R. L. et al. (2007). Circadian Rhythm Sleep Disorders: Part I, Basic Principles, Shift Work and Jet Lag Disorders An American Academy of Sleep Medicine Review

diunduh 13 Januari 2015

Schachter, L. (2008). Sample Diagnostic Report. Sleep Services

AustraliDiunduh 24 Juni 2015

Sugiyono. (2005). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatanedisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Youna, S. (2014). Hubungan tekanan darah sistolik dengan kualitas tidur pasien hipertensi di puskesmas bahu manado. Jurnal

WHO. (2004). Global burden disease report. http://www.who.int. diunduh 14 November 2014


(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di puskesmas Helvetia. Banyak faktor yang mempengaruhi tidur yaitu fisik seperti pusing, nyeri, rasa tidak nyaman, terbangun karena BAK, dan mudah lelah; lingkungan seperti suara bising, lampu ruangan terlalu terang, suhu ruangan panas, dan suhu ruangan dingin; psikologis seperti stres emosional dan kecemasan; dan obat-obatan dan substansi seperti hipnotik, diuretik, antidepresan, alkohol, penyekat beta, benzodiazepin dan narkotika. Pada penelitian ini hanya meneliti fisik dan lingkungan karena keterbatasan waktu penelitian dan kedua faktor ini sudah memenuhi untuk diteliti dan mendukung variabel penelitian dalam penelitian ini.


(45)

Gambar 3.1. Kerangka penelitian Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien Hipertensi Keterangan: Diteliti Tidak diteliti Gangguan Tidur: Fisik - Pusing - Nyeri

- Rasa tidak nyaman - Terbangun karena BAK - Kelelahan

Lingkungan - Suara bising - Penerangan - Suhu ruangan Pola Tidur:

- Total jam tidur malam - Waktu memulai tidur - Frekuensi terbangun

malam

- Kepuasan tidur - Kedalaman tidur - Rasa segar bangun pagi - Konsentrasi beraktivitas

Psikologis

- Stres emosional - Kecemasan

Obat-obatan dan substansi - Hipnotik

- Diuretik - Antidepresan - Alkohol - Penyekat beta - Benzodiazepin - Narkotika


(46)

2. Definisi Operasional

2.1. Pola Tidur

Pola tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam hari yang dapat dinilaidari 7 aspek parameter tidur yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, rasa segar bangun pagi, konsentrasi beraktivitas. Pola tidur diukur dengan menggunakan kuesioner SQQ. Skala yang digunakan adalah skala ordinal untuk mengidentifikasi kualitas tidur responden baik atau buruk.

2.2. Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalahperubahan yang terjadi terhadap proses tidur akibat dari masalah medis meliputi masalah fisik dan lingkungan.

Gangguan tidur fisik merupakan perubahan tidur yang berasal dari fungsi sistem tubuh yaitu pusing, nyeri, rasa tidak nyaman, terbangun karena buang air kecil, dan kelelahan.

Gangguan tidur lingkungan merupakan perubahan tidur yang berasal dari lingkungan yaitu suara bising, penerangan, dan suhu ruangan.

Gangguan tidur diukur dengan menggunakan kuesioner. Dimana klien akan memilih salah satu jawaban yaitu Ya atau Tidak. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.


(47)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dimana metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Dimana tujuannya untuk mengidentifikasi gambaran pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di puskesmas Helvetia.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah klien hipertensi yang berkunjung ke puskesmas Helvetia. Berdasarkan survei jumlah penderita hipertensi pada tahun 2013 di puskesmas Helvetia terdiri dari 294 orang.

2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian. Penetapan jumlah sampel yang didapatkan 15% dari populasi yaitu 44 orang (Notoatmodjo, 2012).


(48)

2.3. Teknik Sampling

Metode sampling nonprobability yang digunakan adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien yang terdiagnosis hipertensi enam bulan ke atas yang berkunjung di puskesmas Helvetia, bersedia menjadi responden, sehat jasmani dan rohani.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Helvetia Jln. Kemuning Perumnas Helvetia yang merupakan salah satu puskesmas rawat inap, dengan pertimbangan jumlah sampel yang memadai, efisiensi waktu dan biaya penelitian. Perencanaan waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2015.

4. Pertimbangan Etik

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etik dalam penelitian ini yaitu:

Self determination, dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam penelitian ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.


(49)

Privacy, peneliti menjelaskan pada responden bahwa semua informasi yang diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Anonymity, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner.

Confidentially, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang deperoleh dari responden tidak akan disajikan secara keseluruhan.

Protection from discomfort and harm, peneliti memperhatikan kemungkinan ketidaknyamanan yang dirasakan responden selama pengisian kuesioner. Untuk meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data dengan membacakan kuesioner. Instrumen ini terdiri atas tiga bagian yaitu Data Demografi (KDD), Kuesioner Pola Tidur (KPT), dan Kuesioner Gangguan Tidur (KGT).

Kuesioner Data Demografi (KDD) merupakan bagian pertama instrumen penelitian berisi tentang pengkajian data demografi klien hipertensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pekerjaan, dan jumlah teman sekamar, ukuran kamar, penyakit lain yang diderita dan obat yang dikonsumsi.


(50)

Kuesioner Pola Tidur (KPT) bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur klien hipertensi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang diadopsi dari kuesioner pola tidur Karota Bukit (2005). Kuesioner pola tidur ini merupakan kuesioner yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola tidur klien hipertensi di puskesmas Helvetia. Kuesioner pola tidur meliputi: total jam tidur malam (kuesioner nomor 1), waktu untuk memulai tidur (kuesioner nomor 2), frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner nomor 3), kepuasan tidur (kuesioner nomor 4), kedalaman tidur(kuesioner nomor 5), rasa segar bangun tidur (kuesioner nomor 6), konsentrasi dalam beraktivitas (kuesioner nomor 7).

Kuesioner pola tidur ini terdiri dari tujuh pertanyaan tertutup dengan empat pilihan. Kualitas tidur akan semakin buruk apabila nilai kuesioner semakin rendah dan sebaliknya kualitas tidur akan semakin baik apabila nilainya tinggi dimana nilainya 7-28.

Kuesioner gangguan tidur (KGT) bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gangguan tidur yang terjadi pada klien hipertensi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Vina Prismawati Sagala. Faktor-faktor Fisik: pusing (kuesioner nomor 1), nyeri (kuesioner nomor 2), rasa tidak nyaman (kuesioner nomor 3), terbangunkarena buang air kecil(kuesioner nomor 4), kelelahan(kuesioner nomor 5). Faktor-faktor Lingkungan: suara bising(kuesioner nomor 1), penerangan(kuesioner nomor 2), suhu ruangan(kuesioner nomor 3). Nilai dari kuesioner ini yaitu 0-8, semakin tinggi nilai kuesioner maka semakin tinggi pula tingkat gangguan tidurnya. Sebaliknya semakin rendah nilainya maka semakin baik.


(51)

6. Alat dan Bahan

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2005). Pada penelitian ini, alat yang digunakan adalah berupa lembar kuesioner untuk memperoleh data tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi.

7. Validitas dan Reabilitas

7.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan tinjauan pustaka dalam penggunaan instrumen penelitian yang merupakan adaptasi total dari SQQ (Sleep Quality Questionaires)yang telah divalidasi sehingga dapat digunakan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, di komunitas maupun di sekolah.

Sedangkan gangguan tidur klien hipertensi menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Vina Prismawati Sagala. Dimana instrumen ini telah divalidasikan oleh Dosen di Fakultas Keperawatan yang memiliki kesesuaian bidang dengan judul penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(52)

7.2. Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Uji reliabilitas telah dilakukan pada responden yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia. Kuesioner pola tidur sudah direliabilitas dengan internal konsistensi Cronbach’s Alpha Coefficient dengan hasil 0,788 dan hasil ini dinyatakan reliab. Kuesioner gangguan tidur telah di uji dengan menggunakan uji KR 20 dan dinyatakan relieb apabila nilai 0,6-0,7 atau lebih. Hasil reliabilitas gangguan tidur fisik didapatkan nilai 0,72 dan gangguan tidur lingkungan dengan nilai 1,02.

8. Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti telah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirimkan ke bagian Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan


(53)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarluaskan kuesioner kepada setiap responden sesuai dengan inklusi kriteria dan telah bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan. Responden dijelaskan tentang topik, manfaat serta tujuan dari penelitian kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, agar tidak terjadi kesalahan interpretasi pada responden, bila perlu peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner sehingga hal-hal yang kurang dimengerti responden dapat segera dijelaskan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. Pada waktu yang bersamaan, responden diminta untuk menyerahkan foto kopi transkrip nilai yang dibutuhkan.

9. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya mamasukan (entry) data kedalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan program statistik. Analisisdata mengunakan analisis dataunivariat yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang dikehendaki dari tabel distribusi frekuensi.


(54)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 25 Mei – 20 Juni 2015. Penyajian data meliputi deskripsi karakteristik responden, pola tidur klien hipertensi dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia sejumlah 44 orang.

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang didapatkan berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak (41%), responden berjenis kelamin laki-laki (55%) dan perempuan (45%), SMA (36%) dan tingkat pendidikan perguruan tinggi (41%), agama responden mayoritas Islam (73%), pekerjaan pegawai swasta/wiraswasta dan lain-lain (30%) dan buruh (25%), jumlah teman sekamar 1-2 orang (75%), ukuran kamar 3x4 m² (75%), penyakit lain yang diderita tidak ada (73%), dan klien tidak ada mengonsumsi obat sebesar (89%).

Tabel 5.1Frekuensi dan persentase data demografi klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Umur

17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir) 46-55 tahun (lansia awal)

6 4 18 6

14 9 41 15


(55)

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase 56-65 tahn (lansia akhir)

65 sampai keatas (manula) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Lain-lain Agama Islam Kristen Status Perkawinan Belum Menikah Menikah Janda/Duda Pekerjaan PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta/Wiraswasta Buruh Bertani Lain-lain

Jumlah Teman Sekamar Sendiri 1-2 orang 3-4 orang Ukuran Kamar 2x3 3x3 3x4 4x4 7 3 24 20 4 4 16 18 2 32 12 12 26 6 4 13 11 3 13 10 33 1 3 1 33 7 16 7 55 45 9 9 36 41 5 73 27 27 59 14 9 30 25 6 30 23 75 2 7 2 75 16


(56)

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Penyakit Lain yang Diderita

Tidak Ada Jantung Kolesterol Asam Urat Lambung Rematik Diabetes

Obat yang Dikonsumsi Furosemide Lain-lain Tidak ada 32 4 1 2 1 2 2 1 4 39 73 9 2 5 2 5 4 2 9 89

1.2. Pola Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia

Pola tidur klien hipertensi dapat diidentifikasi dari parameter tidur yaitu: total jam tidur malam, waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, rasa segar bangun pagi, konsentrasi beraktivitas.

Hasil persentase pola tidur klien dapat dilihat berdasarkan grafik 5.1 dan tabel 5.2. Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas 30% total jam tidur malam hari 5-6 jam (X= 2.61, SD=1.083), 57% waktu untuk memulai tidur 31-60 menit atau lebih (X= 2.48, SD=1.131), 45% frekuensi terbangun malam 1-2 kali (X= 2.82, SD= 0.815), 36% kepuasan tidur klien merasa mengantuk (X= 2.82, SD= 0.971), 66% kedalaman tidur klien tidur tetapi tidak nyenyak (X= 2.73, SD=1.107), 64% merasa cukup segar bangun di pagi hari (X= 2.14, SD= 0.702), 36% merasa lemah atau lelah saat beraktivitas di siang hari (X= 2.82, SD= 0.896).


(57)

Gambar 5.1 Grafik persentase pola tidur klien hipertensi di puskesmas helvetia

Tabel 5.2Frekuensi dan persentase parameter tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44).

Parameter Tidur Frekuensi Persentase Total jam tidur malam hari

< 5 jam 5 – 6 Jam > 6 - 7 jam > 7 jam

Waktu untuk memulai tidur > 60 menit

31 - 60 menit 16 - 30 menit < 15 menit

Frekuensi terbangun malam > 5 kali

3 - 4 kali 1 - 2 kali Tidak ada Kepuasan tidur Sangat mengantuk Mengantuk Sedikit mengantuk Segar 8 13 11 12 10 15 7 12 2 13 20 9 3 16 11 14 18 30 25 27 23 34 16 27 5 30 45 20 7 36 25 32 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

TJM WMT FTM KPD KDT RSB KBT

Skor Relatif Baik

Skor Relatif Cukup

Skor Relatif Rendah

Skor Relatif Sangat Rendah


(58)

Tabel 5.2 (Lanjutan)

Parameter Tidur Frekuensi Persentase Kedalaman tidur

Sebentar-bentar terbangun Tidur dan kemudian terbangun Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak Rasa segar bangun pagi

Tidak sama sekali Cukup segar Sedang Sangat segar

Konsentrasi beraktivitas

Sangat lemah atau sangat lelah Lemah atau lelah

Sedikit lemah atau lelah

Tidak lemah atau lelah sama sekali

7 13 9 15 6 28 8 2 2 16 14 12 16 30 20 34 14 64 18 4 5 36 32 27

1.3. Gangguan Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia

1.3.1. Faktor Fisik

Tabel 5.3 menunjukkan tanda gejala penyakit yang dialami oleh mayoritas klien adalah pusing (51%), rasa tidak nyaman (47%), terbangun buang air kecil (76%) dan kelelahan (71%).

Tabel 5.3Frekuensi dan persentase gangguan tidur fisik klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44)

Faktor Fisik

Ya Tidak

F % f %

Pusing Nyeri

Rasa tidak nyaman Terbangun BAK Kelelahan 23 3 21 34 32 51 7 47 76 71 21 41 23 10 12 47 91 51 22 27


(59)

1.3.2. Faktor Lingkungan

Gangguan tidur umumnya dari suara bising berbagai sumber, penerangan, dan juga suhu ruangan yang tidak sesuai. Tabel 4 menunjukkan mayoritas klien mengalami gangguan pada suara bising (65%), penerangan (69%) dan suhu ruangan yang tidak sesuai sebesar (58%).

Tabel 5.4Frekuensi dan persentase gangguan tidur lingkungan klien hipertensi di Puskesmas Helvetia (n=44)

Faktor Lingkungan Ya Tidak

F % f %

Suara Bising Penerangan Suhu Ruangan

29 31 26

65 69 58

15 13 18

33 29 40

2. Pembahasan

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia.

2.1. Pola Tidur Klien Hipertensi

Pola Tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam harimeliputi waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi beraktivitas (Potter & Perry, 2005) serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi (Guyton & Hall, 1997). Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur klien hipertensi mayoritas


(60)

berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh komponen parameter tidur hal ini menunjukkan bahwa pola tidur klien dengan hipertensi benar dalam kondisi tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa klien hipertensi mengalami pola tidur dalam kondisi yang tidak normal (Sarah, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar total jam tidur malam klien 5-6 jam (30%).Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya total jam tidur malam klien hipertensi adalah 5-6 jam (Putriana, 2012), adapun penelitian terhadap 230 klien hipertensi dari Unversitas Pisa di Italy menemukan bahwa mayoritas responden tidur 6 jam atau kurang setiap malam,sedangkan kebutuhan waktu tidur normal pada orang dewasa adalah 7-8 jam dalam sehari (Patlak, 2005). Secara umum kebutuhan tidur yang tidak normal tentunya akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada hipertensi (Gangwisch, 2006), bahkan apabila terjadi dalam waktu yang lama tentunya akan memperparah peningkatan tekanan darah yang diderita (Chopra, 2003). Hal tersebut desebabkan karena saat tidur tekanan darah dan denyut jantung akan menurun sebanyak 10-20% (Gotlieb, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan waktu mulai tertidur 31-60 menit atau lebih dialami 57% klien. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk mulai tidur 31-60 menit dialami 35% klien (Putriana, 2012). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa penderita hipertensi memiliki waktu lebih lama untuk mulai tertidur (Mansoor, 2002)sehingga akan berdampak pada total jam tidur yang berkurang dan tidak seperti orang normal yang biasa tertidur


(61)

dalam waktu 20 menit (Schachter, 2008).Tidak nyaman, status kesehatan yang memburuk dapat meningkatan waktu mulai tidur klien. Orang yang menderita penyakit hipertensi tentunya akan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, sehingga responden bisa mengalami insomnia dan klien akan sulit untuk tidur (Sarah, 2014). Hal ini juga berkaitan dengan mengonsumsi tembakau dan teh, adapun kandungan nikotin yang terdapat dalam tembakau dan kandungan kafein yang terdapat dalam teh akan menyebabkan seseorang sulit untuk memulai tidur (Mukhlidah, 2011).

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden dapat terbangun 3-4 kali saat tidur malam hari (30%). Namun hampir dari sebagian responden terbangun masih dalam batas normal 1-2 kali saat tidur malam hari (45%). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa mayoritas responden hipertensi dapat terbangun 3-4 kali saat tidur malam hari dialami 38% klien (Putriana 2012). Obat yang diberikan pada klien hipertensi salah satunya diuretik akan menyebabkan nokturia sehingga tidur menjadi terganggu karena sering berkemih dan klien akan sering terbangun (Potter & Perry, 2005). Selain itu, menurut International Classification of Sleep Disorders penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin, kafein, nikotin), antihipertensi, antidepresan dapat menimbulkan terputus-putusnya fase tidur REM sehingga menyebabkan klien sering terbangun.

Pada penelitian ini klien hipertensi merasa kurang puas dengan tidurnya dimana klien merasa mengantuk di pagi hari (36%). Hal ini sesuai dengan penelitian di Sulawesi Utara dimanasebagian besar responden mengeluhkan perubahan kualitas tidur membuat mereka terbangun lebih pagi tapi merasa


(62)

mengantuk di pagi hari (Sarah, 2012). Hal ini dapat terjadi karena klien terjaga di malam hari dalam waktu yang panjang dan klien sering terbangun (Roehers & Roth, 2000). Obat seperti penyekat-Beta yang diberikan pada klien hipertensi juga dapat menyebabkan seseorang mimpi buruk, insomnia, menyebabkan terbangun dari tidurnya dan klien pun akan mengalami gangguan pada tidurnya (Potter & Perry, 2005).

Mayoritas klien hipertensi memiliki kedalaman tidur yang kurang baik dimana klien merasa tidurnya tidak nyenyak (66%). Hal ini sesuai dengan peneltian sebelumnya bahwa klien hipertensi memiliki kedalaman tidur yang tidak baik karena sebentar-sebentar dapat terbangun saat tidur dialami 41% klien (Rasyidah, 2012). Hal ini juga berkaitan dengan seringnya klien terbangun di sela-sela tidurnya seperti yang sudah dipaparkan oleh Potter & Perry bahwa kondisi klinis yang dialami klien hipertensi membuat klien tidak mendapatkan tidur yang cukup dan juga efek samping obat hipertensi yang membuat klien tatap terjaga di malam hari (Putriana, 2012).

Lebih dari setengah klien hipertensi merasa cukup segar saat bangun di pagi hari (64%). Namun 14% klien hipertensi merasa tidak segar sama sekali saat bangun pagi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa mayoritas klien hipertensi merasa tidak segar sama sekali saat bangun pagi dialami 32% klien (Rasyidah,2012). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak segar sewaktu bangun di pagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi terbangun (Miller, 1995). Misalnya efek samping obat yang membuat sering berkemih di sela-sela tidur klien.


(63)

Lemah atau lelah saat melakukan aktivitas di pagi hari juga dirasakan klien hipertensi (36%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa mayoritas klien hipertensi merasa lelah saat beraktivitas di pagi hari dialami 38% klien (Rasyidah, 2012). Hal ini juga berkaitan dengan hasil dari parameter tidur klien. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokan harinya (Bastaman, 1988).Pada klien hipertensi, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Alawiyah, 2009).

2.2. Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Hipertensi 2.2.1. Faktor fisik

Pada penelitian ini 51% klien mengalami pusing karena tekanan darahnya meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari hasil penelitian Cortelli (2006) yang menunjukkan bahwa 46% klien hipertensi sering mengalami pusing yang berdampak pada kualitas tidur yang buruk, dan apabila pusing tidak segera diatasi dan semakin parah maka akan semakin meningkat juga tingkat gangguan tidurnya (Albertie, 2006). Selain itu pusing pada klien hipertensi dapat membangunkan klien dari tidurnya sehingga klien tidak mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya (Potter & Perry, 2005). Menurut asumsi peneliti pada klien hipertensi yang mengalami pusing mengakibatkan orang tersebut menjadi kurang dapat berintegrasi dengan baik dan


(64)

kurang efekfif. Mereka menunjukkan tanda-tanda curiga dan gampangmarah serta membuat mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup dan tidak nyenyak dengan tidurnya.

Klien hipertensi yang mengalami nyeri hanya 7% dan mereka mengatakan hal tersebut disebabkan oleh adanya penyakit penyerta yang lain misalnya karena peningkatan asam lambung yang diderita klien. Inilah yang menyebabkan sedikitnya klien hipertensi yang mengalami nyeri. Berdasarkan hasil yang didapat, peneliti memiliki asumsi bahwa nyeri yang dialami oleh klien hipertensi dipengaruhi oleh adanya penyakit penyerta lain.

Sementara itu klien merasa tidak nyaman dengan tidurnya dikarenakan kondisi klinis klien yang dialami berkaitan juga dengan pusing dan terbangun karena buang air kecil (47%). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa rasa tidak nyaman merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang akan merasa gelisah dan sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan hasil yang didapat maka peneliti berasumsi bahwa pusing yang berkepanjangan dialami klien hipertensi sangat berpengaruh pada kenyamanan klien. Sehingga klien tidak nyaman dengan tidurnya dan klien mengalami gangguan tidur.

Pada penelitian ini masalah yang sering dialami oleh klien hipertensi sering terbangun karena buang air kecil pada malam hari (76%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khuswardhani (2006) yang menunjukkan bahwa 68% gejala tersering pada klien hipertensi adalah sering buang air kecil. Selain itu Rains (2006) juga menambahkan bahwa sering buang air kecil pada klien


(65)

hipertensi dapat menyebabkan seseorang terbangun berulang kali dari tidurnya (Mansoor, 2002). Setelah seseorang berulang kali terbangun untuk berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit (Potter & Perry, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan klien hipertensi mengalami kelelahan (71%) dikarenakan keadaannya sekarang. Hipotiroidisme menurunkan tidur tahap 4, sebaliknya hipertiroidisme menyebabkan seorang perlu waktu yang banyak untuk tertidur. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam, (Potter & Perry, 2005).

2.2.2. Faktor lingkungan

Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, di antaranya adalah suara bising, penerangan, dan suhu ruangan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65% klien mengalami gangguan tidur bila berada pada lingkungan yang menimbulkan suara bising. Hal ini sesuai dengan penelitian Rasyidah bahwa 73% responden hipertensi mengalami gangguan tidur bila berada pada lingkungan yang menimbulkan suara bising. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur karena terganggunya konsentrasi seseorang untuk memulai tidur (Mukhlidah, 2011) dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur (Hanning, 2009). Hasil penelitian oleh Robert Koch (2003) menunjukkan bahwa orang yang hidup di lingkungan permukiman yang padat cenderung mengalami suara bising yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang klien hipertensi.


(66)

Penerangan juga mempengaruhi tidur seseorang dimana hasil penelitian menunjukkan 69% klien terganggu dengan penerangan. Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai sorot lampu ruangan gelap, sementara yang lain menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur (Potter & Perry, 2005). Menurut Guyton & Hall (1997), penerangan dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh yang akan menyebabkan seseorang tidak mengantuk. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terjadinya pergeseran sistem sirkadian, dimana jadwal tidur maju secara bertahap dan mengakibatkan seseorang mengalami total jam tidur yang kurang (Sack et al, 2007).

Keluhan klien 58% terganggu dengan suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rasyidah bahwa 76% melaporkan bahwa klien hipertensi mengalami gangguan tidur bila tidak berada di ruangan dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin. Seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur di ruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin (Lee, 2007). Hal ini disebabkan karena saat tidur suhu ruangan akan mempengaruhi suhu tubuh dan tekanan darah seseorang saat tidur, jika suhu ruangan meningkat maka hypothalamus akan merangsang pembesaran pori-pori kulit percepatan peredaran darah, pengeluaran keringat, dan reaksi-reaksi tubuh lainnya yang bertujuan untuk mengurangi panas tubuh yang berlebihan.

3. Keterbatasan Penelitian

Pengelompokkan usia tidak diberi batasan dalam melakukan penelitian karena responden yang diambil dilakukan secara kebetulan saja.


(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas Helvetia.

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur klien hipertensi mayoritas berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh komponen parameter tidur hal ini menunjukkan bahwa pola tidur klien dengan hipertensi benar dalam kondisi tidak normal. Mayoritas total jam tidur malam hari klien hipertensi 5 jam sampai 6 jam (30%), waktu untuk memulai tidur 31-60 menit atau lebih (57%), frekuensi terbangun malam 1-2 kali (45%), kepuasan tidur klien merasa mengantuk (36%), kedalaman tidur klien tidur tetapi tidak nyenyak (66%), merasa cukup segar bangun di pagi hari (64%), merasa lemah atau lelah saat beraktivitas di siang hari (36%). Berdasarkan pola tidur klien dengan 7 parameter tidur maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilainya maka semakin baik pula kualitas tidurnya.

Gangguan tidur utama dari faktor fisik adalah pusing (51%), rasa tidak nyaman (47%), terbangun buang air kecil (76%), dan kelelahan (71%).Nyeri yang mengganggu tidur klien di malam hari hanya sebagian kecil (7%). Sedangkan dari lingkungan suara bising (65%), penerangan (69%), dan juga suhu ruangan (58%) yang tidak sesuai sangat mempengaruhi tidur klien. Berdasarkan gambaran gangguan tidur maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi pula gangguan tidurnya.


(68)

2. Saran

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Perlunya diberikan penekanan materi tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi di Puskesmas.

2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan untuk memberikan pelayanan yang lebih komprehensif berupa promosi kesehatan dalam meningkatkan kesadaran tentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi dan bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang baik terkhusus ditujukan kepada klien hipertensi.

2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini menunjukkan pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi, hal ini dapat digunakan sebagai dasar dan referensi penelitian selanjutnyatentang pola tidur dan gangguan tidur klien hipertensi


(69)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hipertensi 1.1. Definisi

Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2005). Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009).

Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia (Corwin, 2009). Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

yang ke 7 (dalam Corwin, 2009) telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik yang optimal dan hipertensif. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk dastolik. Istilah “prahipertensi” adalh tekanan darah antara 120 mmHg dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolik. Untuk individu


(70)

terutama yang memiliki faktor risiko kardiovaskuler bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk infark miokard atau stroke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai prahipertensif dianggap terlalu tinggi (Corwin, 2009).

1.2. Etiologi

Pada lebih dari 95% penderita hipertensi tidak dapat ditemukan penyebabnya yang khusus. Para pasien ini didiagnosis sebagai pasien hipertensi primer. Sebagian kecil dari pasien yang penyebab khususnya dapat diidentifikasi telah didiagnosis sebagai pasien hipertensi sekunder ( Corwin, 2009).

Ada beberapa penyebab hipertensi yaitu:

Usia, insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

Kelamin, pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.

Ras, hipertensi pada orang yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada orang yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras ulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.

Pola Hidup, faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan yang rendah, tingkat


(71)

pendidikan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi.

1.3.Faktor Risiko

Pada sebagian besar kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal ini terutama terjadi pada hipertensi esensial. Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat membuat anda lebih mudah terkena tekanan darah tinggi (Palmer, 2007).

Faktor risiko tersebut meliputi:

Kelebihan berat badan, didefenisikan sebagai indeks masa tubuh (BMI) lebih besar dari 30KG/m². Hal tersebut sangat terkait erat dengan tekanan darah tinggi.

Kurang berolahraga dan aktivitas fisik, sebuah gaya hidup tak berpindah-pindah kontribusi untuk pengembangan kegemukan dan tekanan darah tinggi.

Mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, beberapa orag memiliki kepekaan tinggi untuk sodium (garam), dan tekanan darah mereka akan meningkat jika mereka menggunakan garam. Mengurangi konsumsi sodium cenderung menurunkan tekanan darah. Makanan cepat saji merupakan makanan yang terutama mengandung jumlah sodium yang tinggi. Banyak obat-obatan seperti analgesik juga mengandung sodium dalam kadar yang lebih.

Usia tua, tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, terutama sistolik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh arteriosklerosis.

Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, kita cenderung menyandang tekanan darah tinggi bila kedua orang tua kita juga menyandangnya.


(72)

Etnis, orang kulit hitam lebih besar risiko terkena darah tinggi daripada orang kulit putih. Hal tersebut juga dapat muncul dengan kemungkinan lebih besar pada usia muda dan berkembang menjadi komplikasi yang lebih cepat.

Gender, tekanan darah tinggi sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Kemungkinan ini bervariasi dengan usia dan diantara kelompok etnis.

Obat, beberapa obat seperti amphetamine (stimulan), diet pil, dan beberapa pil yang digunakan untuk keadaan dingin dan gejala alergi, cenderung untuk meningkatkan tekanan darah.

Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sesaat, namun merokok secara dramatis meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Meskipun makan terlalu banyak lemak (terutama lemak jenuh yang ditemukan pada daging dan produk susu) tidak secara langsung dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, namun tetap merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular karena hal tersebut terkait dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah (Palmer, 2007).

1.4. Klasifikasi

Hipertensi sering diklasifikasi menjadi hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diidentifikasi. Kebanyakan besar kasus hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebab hipertensi dapat diketahui dengan jelas, disebut hipertensi sekunder (Corwin, 2009).


(73)

Hipertensi Esensial (primer)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi sebesar 95%. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Corwin, 2009). Hipertensi Sekunder

Salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskuler renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukanangiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan TPR, dan secara tidak langsung dengan meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal (Corwin, 2009).

1.5. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah

disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang

mennghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).


(74)

1.6. Komplikasi

Stroke merupakan salah satu komplikasi dari tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Komplikasi akibat hipertensi yang lain adalah terjadinya infark miokard. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2009).

Gagal ginjal juga dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, dan glomerolus. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Selain itu, hipertensi Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung sehingga menyebabkan bengkak atau sering dikatakan edema (Corwin, 2009).


(75)

2. Konsep Tidur 2.1. Definisi Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan (Asmadi, 2008).

Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan adapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997).

2.2. Fisiologi Tidur

Tidur dimulai dengan aktifitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tidur merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, sama halnya seperti kesehatan yang baik secara umum (Guyton & Hall,1997). Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan,


(76)

dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

Sebagian besar organisme hidup menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam, yaitu berirama sirkadian. Umumnya, organisme –organisme tersebut menjadi terlatih seirama dengan siklus cahaya siang-malam yang terjadi di lingkungannya (Ganong, 1998). Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Zona tidur otak depan basal meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari hipotalamus, jalur endokrin dan saraf yang menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur irama ini, termasuk pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik (Ganong, 1998).

Irama biologis tidur sering menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang lain. Jika siklus tidur bangun menjadi terganggu (misalnya perputaran dinas kerja), maka fungsifisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan seseorang (Potter & Perry, 2005).

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi fungsi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muskular. Tiap rangkaian didefinisikan dengan respon fisik tertentu dan pola


(77)

aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur (Potter & Perry, 2005).

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan natara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur. Siklus tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku. Jika siklus tidur-bangun seseorang terganggun, maka fungsi fisiologis tubuh yang lain juga dapat terganggu atau berubah. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang normal dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Potter & Perry, 2005).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tetentu dalam sistem tidur Raphe pada puas dan otak depan bagian tengah. Zat agonis serotonin berguna untuk menekan tidur dan antagonis serotonin meningkatkan tidur gelombang lambat pada manusia. Seseorang tetap tertidur atau terbangun tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. Ketika seseorang mencoba untuk tidur mereka akan menutup mata dan berada pada posisi rileks. Jika stimulus ke SAR menurun maka aktivitas SAR juga akan menurun. Pada beberapa bagian lain, BSR mengambil alih dan menyebabkan seseorang tidur (Ganong, 1998). Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, pola tidur kelihatan


(78)

menjadi berubah pada kebanyakan orang dewasa. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara orang dewasa, seringkali akibat penyakit yang diderita individu tersebut.

2.3. Fungsi Tidur

Fungsi secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf, dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2006).

Menurut hodgson, 1991 (di kutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan tidur masih belum jelas, namun di yakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.

Menurut Anch dkk, 1988 (di kutip dari Potter & Perry 2005) Teori Lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh.

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM (nonrapid eye movement tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan


(79)

memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat (Potter & Perry, 2005).

Pada tidur REM (rapid eye movement) terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan koqnitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun (Potter & Perry, 2005). Menurut Oswold, 1984 (dikutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.

2.4. Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005).

a. Tidur stadium satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).


(80)

b. Tidur stadium dua

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

c. Tidur stadium tiga

Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit.

d. Tidur stadium empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Guyton & Hall, 1997).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat (Patlak, 2005).


(81)

Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005).

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit.

Gambar 2.1. Tahap-tahap tidur (Potter & Perry, 2005)

Tahap pratidur

NREM tahap I NREM tahap II NREM tahap III NREM tahap IV

Tidur REM

NREM tahap IV NREM tahap III

Tahap ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2005).


(1)

sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 11 Juli 2015 Penulis

( Tri Suci ) NIM. 111101122


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan masalah ... 3

3. Pertanyaan penelitian ... 3

4. Tujuan penelitian ... 3

5. Manfaat penelitian ... 3

Bab 2Tinjauan pustaka ... 5

1. Hipertensi ... 5

1.1. Definisi ... 5

1.2. Etiologi ... 6

1.3. Faktor risiko ... 7

1.4. Klasifikasi ... 8

1.5. Patofisiologi ... 9

1.6. Komplikasi ... 10

2. Konsep tidur ... 11

2.1. Definisi ... 11

2.2. Fisiologi ... 11

2.3. Fungsi tidur ... 14

2.4. Tahapan tidur ... 15

2.5. Pola tidur ... 18

2.6. Pengkajian tidur ... 24

2.6.1. Data subjektif ... 24

2.6.2. Data objektif ... 26

2.6.3. Hubungan data subjektif dan data objektif ... 27

2.7. Dampak kurang tidur ... 27

3. Faktor-faktor gangguan tidur ... 28

3.1. Faktor fisik ... 29

3.2. Faktor lingkungan ... 30

3.3. Faktor obat-obatan dan substansi ... 31

3.4. Faktor psikologis ... 33

4. Pola Tidur klien hipertensi ... 34


(3)

Bab 3 Kerangka penelitian ... 35

1. Kerangka penelitian ... 35

2. Definisi operasional ... 37

Bab 4 Metodologi penelitian ... 38

1. Desain penelitian ... 38

2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 38

2.1. Populasi ... 38

2.2. Sampel ... 38

2.3. Teknik sampling ... 39

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 39

4. Pertimbangan etik ... 39

5. Instrumen penelitian ... 40

6. Alat dan bahan ... 42

7. Validitas dan reliabilitas ... 42

7.1. Validitas ... 42

7.2. Reliabilitas ... 43

8. Rencana pengumpulan data ... 43

9. Analisa data ... 44

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 45

1. Hasil penelitian ... 45

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 45

1.2. Pola Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia ... 47

1.3. Gangguan Tidur Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia ... 49

1.3.1. Faktor Fisik ... 49

1.3.2. Faktor Lingkungan ... 50

2. Pembahasan ... 50

2.1. Pola Tidur Klien Hipertensi ... 50

2.2. Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Hipertensi ... 54

2.2.1. Faktor Fisik ... 54

2.2.2. Faktor Lingkungan ... 56

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 58

1. Kesimpulan hasil penelitian ... 58

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

Lampiran 1.Inform consent ... 64

Lampiran 2. Instrumen penelitian ... 65

Lampiran 3. Jadwal tentatif penelitian ... 70

Lampiran 4. Taksasi dana ... 71

Lampiran 5. Tabel hasil uji validitas ... 72

Lampiran 6. Tabel hasil uji reliabilitas ... 73


(4)

Lampiran 8. Tabel hasil pola tidur ... 80

Lampiran 9. Tabel hasil gangguan tidur ... 83

Lampiran 10.Master tabel data demografi ... 86

Lampiran 11. Master tabel data pola tidur ... 89

Lampiran 12.Master tabel data gangguan tidur ... 91

Lampiran 13.Surat Etik Penelitian ... 93

Lampiran 14. Surat izin survey ... 94

Lampiran 15. Surat izin reliabilitas dan pengumpulan data ... 95

Lampiran 16. Surat balasan izin dan selesai penelitian ... 96

Lampiran 17. Surat izin pemakaian instrumen ... 97

Lampiran 18. Surat balasan izin menggunakan instrumen ... 98

Lampiran 19. Lembar bukti bimbingan ... 99

Lampiran 20. Riwayat hidup ... 101


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Frekuensi dan Persentase Data Demografi Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia. ... 46 Tabel 5.2. Frekuensi dan Persentase Parameter Tidur Klien Hipertensi

di Puskesmas Helvetia ... 49 Tabel 5.3. Frekuensi dan Persentase Gangguan Tidur Fisik Klien

Hipertensi di Puskesmas Helvetia ... 50 Tabel 5.4. Frekuensi dan Persentase Gangguan Tidur Lingkungan

Klien Hipertensi di Puskesmas Helvetia ... 51


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tahap-tahap Tidur ... 17 Gambar 3.1. Kerangka Penelitian ... 36 Gambar 5.1. Grafik Persentase Pola Tidur Klien Hipertensi ... 49