17 pengelolaan risiko yang efektif yang disebut manajemen risiko. Perusahaan perlu
membentuk Risk Management Committee untuk menangani masalah risiko sebagai bentuk pemenuhan Good Corporate Goverment.
2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Risk Management Committee 2.4.1. Proporsi Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan mekanisme yang penting dalam pengawasan perilaku manajemen, baik dalam akuntabilitas perseroan
maupun disclosure. Komisaris independen merupakan orang independen dalam jajaran dewan komisaris yang dapat mewakili kepentingan
pemegang saham, sehingga komisaris independen dapat menambah kualitas monitoring dalam perusahaan. Fama dan Jensen 2013
menunjukkan bahwa Komisaris
Independen memiliki kemampuan
monitoring yang lebih besar atas manajemen. Di Indonesia proporsi Komisaris Independen dalam jajaran
Dewan Komisaris telah diatur dalam keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta No: Kep-305BEJ07-2004 yang menyebutkan tentang jumlah
Komisaris Independen secara proporsional harus sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh yang bukan pemegang saham pengendali dengan
ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang – kurangnya 30 tigapuluh persen dari seluruh jumlah anggota Dewan Komisaris.
2.4.2. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar cenderung menerapkan corporate governance dengan lebih baik daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar menyadari
Universitas Sumatera Utara
18 bahwa komitmen terhadap corporate governance mampu meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan besar juga memiliki potensi risiko kebangkrutan lebih besar apabila tidak dikeloka dengan baik.
Ukuran perusahaan diukur dengan total asset yang menggambarkan total sumberdaya yang dimiliki perusahaan dari aktivitas operasi dan
investasi. Semakin besar total asset, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
2.4.3. Leverage
Brigham dan Houston 2006, leverage adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Semakin besar rasio leverage
maka semakin buruk keadaan keuangan sebuah perusahaan, hal ini disebabkan semakin besarnya pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang, jadi semakin
tinggi pula risiko keuangan yang akan ditanggung oleh perusahaan dan sebaliknya apabila rasio leverage rendah maka risiko keuangan atau risiko kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin rendah. Tingginya level utang cenderung membuat perusahaan untuk membentuk komite Chen et al.
Safitri, 2013, jadi semakin tinggi tingkat leverage perusahaan membuat perusahaan cenderung membentuk Risk Management Committee untuk
menangani secara khusus manajemen risiko Andarini dan Safitri, 2013.
2.4.4. Ukuran Kantor Auditor
Ukuran Kantor Auditor menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara professional, sebab
Kantor Auditor besar big 4 kurang tergantung secara ekonomi kepada klien.
Universitas Sumatera Utara
19 Kantor Auditor Publik besar juga cenderung tidak berkompromi atas kualitas
audit, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada Kantor Auditor Publik kecil non big 4. Auditor merupakan kunci mekanisme
pengawasan eksternal dari sebuah organisasi, dan dalam beberapa tahun ini menjadi pusat perhatian bagi manajemen risiko Subramaniam, et al., 2009
Ukuran Kantor Auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kelompok auditor Big 4 dan non Big 4. Empat Kantor Auditor Publik local
yang berafiliasi dengan The Big Four Auditor yaitu Primadita, 2012: 1.
Kantor Auditor Publik Purwanto, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst Young
2. Kantor Auditor Publik Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan
Deloitte Touche Tohmatsu 3.
Kantor Auditor Publik Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG 4.
Kantor Auditor Publik Tanudireja, Wibisana Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers.
2.4.5. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
Salah satu tanggung jawab dewan komisaris adalah menghadiri pertemuan dan dengan demikian mereka akan memiliki hak istimewa untuk
mengambil keputusan Ronen Yaari, 2008 dalam Safitri, 2013. Rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Komisaris dilakukan untuk mengawasi
kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh Dewan Direksi dan implementasinya. Cotter, et al. 1998 dalam Safitri, 2013, frekuensi rapat
yang tinggi akan menghasilkan monitoring yang baik dari dewan, maka
Universitas Sumatera Utara
20 anggota secara tidak langsung akan meminta rapat dewan untuk diadakan
lebih sering untuk menambah kemampuan mereka dalam memonitor manajemen. Dalam Peraturan Menteri BUMN No. 20 PER-01-MBU-2011,
rapat Dewan KomisarisDewan Pengawas harus diadakan secara berkala, sekurang kurangnya sekali dalam setiap bulan, dan dalam rapat tersebut
Dewan KomisarisDewan Pengawas dapat mengundang Direksi. Rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Komisaris dilakukan untuk
mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh Dewan Direksi dan implementasinya Waryanto, 2010. Cotter, et al. 1998 dalam Juwitasari
2008, frekuensi rapat yang tinggi akan menghasilkan monitoring yang baik dari dewan, maka anggota secara tidak langsung akan meminta rapat dewan
untuk diadakan lebih sering untuk menambah kemampuan mereka dalam memonitor manajemen.
2.5. Penelitian Terdahulu