Roberts, Paul dan Adrian Zuckerman, 2008, Criminal Evidence, Oxford University Press, New York
Samidjo, 1986 Ilmu Negara. Armico, Bandung Sasangka, Harry dan lilly Rosita, 2003, Hukum Pembuktian dalam Perkara
Pidana Mandar Maju, Bandung
Simanjuntak, Nikolas, 2009, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta
Soewandi, 1957, Hak-Hak Dasar dalam Konstitusi-konstitusi Demokrasi Modern, PT Pembangunan, Djakarta
Soeparmono, R, 2003, Praperadilan dan Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian dalam KUHAP,
Mandar Maju, Bandung Sofyan, Andi Abd. Asis, 2014, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,
Prenadamedia Grup, Jakarta Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Jakarta
Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Grafika,
Bandung Suhariyanto, Budi 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi Cyber Crime,
Rajagrafindo Persada, Jakarta
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Peraturan Menteri Nomor 11PRMKominfo022006 tanggall 22 Pebruari 2006
tenatang Teknis Intersepsi terhadap informasi Peraturan Kapolri No. 5 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penyadapan
C. Tesis dan Disertasi
Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulngn Kejahatan dengan Pidana Penjara,
Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas Diponegoro, 1994
Asshiddiqie, Jimly, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaanya di Indonesia; Pergeseran Keseimbangan antara
Individualisme dan Kloektivisme dalam Kebijakan Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi selama Tiga Masa Demokrasi, 1945-1980-an,
Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
D. Djoko Sarwoko, Pembuktian Perkara Pidana Setelah Berlakunya UU NO.11
Tahun 2008 Undang-Undang ITE, Makalah
Makalah
E. Romli Atmasasmita, Legalitas Penyadapan, diundah dari :
Internet
http:m.okezone.com. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016
http:www.antikorupsi.orgidcontentpendidikan-politik-di-balik-kasus- mulyana-w-kusumah, diakses tanggal 3 Maret 2016
http:news.detik.comread2008011810140688071610ketua-ky-bersaksi-di- sidang-kasus-suap-irawady-joenoes, diakses tanggal 3 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
http:news.detik.comread20130322140148220113610intersepsi-tulang- punggung-kpk-dalam-pemberantasn-korupsi, diakses tanggal 4 Maret 2016
http:www.hukumonline.comberitabacahol20138komisioner-kppu- mohammad-iqbal-ditangkap-kpk, diakses tanggal 4 Maret 2016
http:www.rolastampubolon.wordpress.comkorupsi-merupakan-extra-ordinary- crime, diakses tanggal 18 April 2016
http:bawas.mahkamahagung.go.idportalcomponentcontentarticle3-artikel- khusus-badan-pengawas323-korupsi-sebagai-extra-ordinary-crime-dan-
tugas-yuridis-para-hakim, di akses pada hari Selasa, 19 April 2016 http:www.ti.or.idindex.phppublication20131203corruption-perception-
index-2013, diakses pada 19 April 2016 http:www.mediapustaka.com201501sejarah-pendirian-komisi-
pemberantasan.html, diaksses tanggal 27 Mei 2016 http:nasional.sindonews.comread103486119mengingat-kembali-kelahiran-
kpk-1439997900, diakses tanggal 27 Mei 2016 http:legal-dictionary.thefreedictionary.comadmissible pada 29 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DI DALAM
SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA
A. Jaminan Terhadap Perlindungan Hak Asasi Manusia di dalam Konstitusi
1. Negara Hukum; Rechtstaat Rule of law
Dalam Pasal 1 ayat 2 UUD NRI 1945 menegaskan bahwa “Negara Indonesia berdasar atas hukum”. Negara hukum dan negara kekuasaan
machtsstaat merupakan dua konsep yang berbeda dan saling berlawanan. Dasar
pemikiran dari negara hukum ialah kebebasan rakyat liberte du citoyen, sedangkan dasar pemikiran dari negara kekuasaan adalah kebesaran negara gloire
de I’etat .
76
Istilah Negara hukum meskipun keliatan sederhana, namun menagadung muatan sejarah pemikiran yang relatif panjang. Negara hukum
adalah istilah Indonesia yang terbentuk dari dua suku kata, negara
77
dan hukum.
78
76
Soewandi, Hak-Hak Dasar dalam Konstitusi-konstitusi Demokrasi Modern Djakarta: PT Pembangunan, 1957, hlm. 12
77
Secara etimologis, istilah negara berasal dari bahasa Inggris state, Belanda staat, Italia ‘etat. Kata staat berasal dari akar kata latin, status atau statum yang berarti menaruh dalam
keadaan berdiri, membuar berdiri, menempatkan berdiri. Dapat dilihat F.Isjwara, Pengantar Ilmu Politik
, Bandung: Dhiwantara, 1967; M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung: Mandar Maju, 1990; Sjahran Basah, Ilmu Negara; Pengantar, Metode, dan Sejarah Perkembangan, Bandung:
Citra Aditya, 1992
78
Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, seperti dalam ungkapan Latin, ubi ius, ibi societas
, namun sangat sulit untuk dapat memberikan definisi hukum sendiri, seperti di ungkapkan Friedman, No definition of law could satisfy everyone; no definition could be “true” or
“false” , except by some outside standard, based on an ethical feeling, or on experience. Lihat
lebih lanjut Lawrence M. Friedman, Law and Society; an introduction, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1977, hlm. 3
Tujuan Negara adalah untuk memelihara ketertiban hukum rechtsorde. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, negara membutuhkan hukum dan sebaliknya pula hukum ditegakkan dan dijalan oleh otoritas negara.
79
Ada beberapa istilah asing yang digunakan sebagai pengertian dari negara hukum, yakni rechtstaat, rule of law, dan etat de troit. Beberapa istilah tersebut
sebenarnya memiliki perbedaan-perbedaan yang signifikan. Menurut Philipus M. Hadjon, konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutism
sehingga sifatnya revolusioner, sedangkan sebaliknya konsep rule of law berkembang secara evolusioner.
80
Miriam Budiharjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik
, menegaskan bahwa perkembangan ide demokrasi dapat dilihat dari dua mainstream, pertama demokrasi pada negara hukum klasik, dan kedua
demokrasi pada negara hukum dinamis.
81
Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan, pada dasarnya, dikarenakan politik kekuasaan yang cenderung korup.
Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyarakat.
82
Atas dasar itu terdapat keinginan yang besar agar dilakukan pembatasan kekuasaan secara yuridis-normatif untuk menghindari
penguasa yang despotic.
83
79
Sudargo Gautama, Pengertian tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, 1973, hlm. 20
80
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987, hlm. 72
81
Miriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, hlm.56-63
82
Majda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia dari UUD 1945 Sampai dengan Perubahan UUD 1945 Tahun 2002,
Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 20
83
Sejalan dengan hal itu, Hitchner dan Levine mengatakan, political power is exercised through a series of relationships between the holders of power and the governed. In totalitarian
states that power is limited only by the decision of the ruling group and can in principle reach into every area of an individual’s life. The power of democratic governments, however, is limited and
can be applied only in certain domains and according to known procedures. The framework that defines and limits political power is a constitution.
Lihat Dell Gillete Hitchner dam Carol Levine, Comparative Governments and Politics,
New York: Harper Row publisher, 1981, hlm. 69
Pada tahap ini kemudian konstitusi menjadi penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi dijadikan sebagai perwujudan
Universitas Sumatera Utara
hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun, sesuai dengan dalil, government by laws, not by men pemerintahan
berdasarkan hukum bukan berdasarkan mnusia.
84
Carl. J. Friedrich memperkenalkan sebuah istilah negara hukum dengan nama rechtstaat. Sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo dalam buku
Constitutional Government and Democracy; Theory and Practice in Europe and America
oleh Friedrich J. Stahl,
85
a. hak-hak manusia;
setidaknya terdapat empat unsur berdirinya rechtstaat
, yaitu:
b. pemisahan atau pembagian kekuasaan;
c. pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan;
d. peradilan administrasi dalam perselisihan.
Kemudian Albert Venn Dicey dalam magnum opus-nya, Introduction to the Law of the Constitution
memperkenalkan istilah Rule of Law yang secara sedehana diartikan sebagai keteraturan hukum. Menurut Dicey, ada 3 usnur
fundamental dalam Rule of Law, yaitu a.
supremasi aturan-aturan hukum; tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum;
b. kedudukan yang sama dalam emnghadapi hukum. Petunjuk ini berlaku bagi
masyarakat biasa, maupun terhadap para pejabat
84
Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 57
85
ibid
Universitas Sumatera Utara
c. terjaminnya hak asasi manusia oleh Undang-undang maupun keputusan
pengadilan.
86
Berdasarkan pandangan diatas, keliatan bahwa negara tidak bersifat proaktif, melainkan bersifat pasif. Sikap negara tersebut dikarenakan pada
posisinya negara hanya menjalankan apa yang termaktub dalam konstitusi semata. Sehingga negara tidak lebih hanya sebatas nachtwachterstaat negara penjaga
malam.
87
2. Signifikasi dan Muatan Konstitusi
Lord Acton dalam “aksioma politik” mengatalam, “power tends to corrupt and absolute power tends to corrupt absolutely”
88
Pembatasan kekuasaan yang terbaik adalah melalui konstitusi, sebagaimana ungkapan Carl J. Friedrich yang mengatakan, “constitutionalism by
dividing power provides a system of effective restrains upon governmental kekuasaan cenderung untuk
korupsi dan kekuasaan yang mutlak cenderung untuk korupsi pula. Kekuasaan mengandung dua sisi sekaligus, yakni sisi positif dan negatif. Dari sisi positif
karena kekuasaan yang baik sebenarnya sangat efektif menegakkan hukum dan keadilan secara bermatabat. Namun dari sisi negatif, yakni manakala kekuasaan
diarahkan kepada bentuk kesewang-wenangan dan kezaliman.
86
A.V.Dicey, An Introduction to the Study of the Law of the Constitution, London: Mac:Millan, 1973, hlm. 202-3
87
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaanya di Indonesia; Pergeseran Keseimbangan antara Individualisme dan Kloektivisme dalam
Kebijakan Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi selama Tiga Masa Demokrasi, 1945-1980- an,
Jakarta: Disertasi Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993, hlm. 230
88
M. Amien Rais, “Pengantar” dalam Peter Calvert, the Process of Political Succession, edisi Indonesia oleh Musbah Zulfa Elisabeth. et.al. Proses Suksesi Politik, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1995, hlm. ix,
Universitas Sumatera Utara
action”.
89
Sehingga berbicara tentang negara tidak dapat dilepaskan dengan konstitusi.
90
Konstitusi mengadung dua pengertian Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Kehadiran konstitusi merupakan condition sine quo non syarat mutlak
bagi sebuah negara. Konstitusi tidak saja memberikan gambaran dan penjelasan tentang mekanisme lembaga-lembaga negara, lebih dari itu di dalamnya
ditemukan letak relasional dan keudukan hak dan kewajiban warga negara. Konstitusi merupakan ‘social contract” antara yang diperintah rakyat dengan
yang memerintah penguasa,pemerintah.
91
Undang-Undang Dasar UUD merupakan konstitusi tertulis. Adapun batasan-batasanya dapat dirumuskan kedalam pengertian sebagai berikut:
, pertama dalam pengertian luas, yakni mencakup sistem pemerintahan dari suatu negara dan merupakan himpunan
peraturan yang mendasari serta mengatur pemerintahan dalam mengatur tugas- tugasnya. Sebagai sistem pemerintahan, didalamnya terdapat campuran tata
peraturan, baik yang bersifat hukum legal maupun bukan hukum non legal. Kedua,
dalam pengertian sempit, yaotu sekumpulan peraturan yang legal dalam lapangan ketatanegaraan suatu negara yang dimuat dalam “suatu dokumen” yang
terkait satu sama lain.
92
a. suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaan
kepada para penguasa;
89
Carl J. Friedrich, Constitutional Government and Democracy; Theory and Practice in Europe and America,
Masscahusets: Blaisdell Publishing Company, 1967, hlm. 38
90
Samidjo, Ilmu Negara. Bandung: Armico, 1986, hlm. 297
91
Majda El Muhtaj, Op.Cit, hlm. 29
92
E.C.S. Wade, Constitutional Law, New York: Longman, Green and Co, 1968, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
b. suatu dokumen tentang pembagian tugas sekaligus petugasnya dari suatu
sistem politik; c.
suatu deskripsi dari lembaga-lembaga negara; d.
suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia. Sehingga UUD merupakan dasar bagi terselenggaranya sistem
pemerintahan. Sejalan dengan itu, Miriam Budiardjo menegaskan bahwa UUD menentukan cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan bekerja sam dan
menyesuaikan diri satu sama lain. Selengkapnya Miriam Budiardjo mengatakan: “Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan
menggangapnya sebagai organisasi kekuasaan maka Undang-Undang Dasar UUD dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas
yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, badan eksekutif dan badan
yudikatif. Undang-Undang Dasar UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri
satu sama lain; UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara”.
93
Konstitusi sebagai bagian yang krusial bagi sebuah negara memang tak terbantahkan. Dalam konteks pentingnya konstitusi bagi sebuah negara, Struyken
dalam bukunya Het Staatrecht van Het Koninkrif der Bederlander menyatakan bahwa UUD sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang
berisikan:
94
a. Hasil perjuangan poltik bangsa dimasa lampau
b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
c. Pandangan tokok-tokoh bangsa hendak diwujudkan, baik untuk waktu
sekarang maupun untuk waktu yang akan datang
93
Miriam Budiardjo, Op. cit, hlm. 96
94
Sri Soemantri, Op.cit hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
d. Suatu keinginan, domana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin. Berdaarkan 4 hal diatas, maka sangat pentinglah suatu konstitusi yang
menjadi barometer kehidupan negara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan fungsi negara.
Untuk menguatkan hal tersebut, ada baiknya juga melihat pendapat Bryce seputar motf politik dalam pemyusunan sebuah konstitusi, sebagaiaman dikutip
oleh Joeniarto, yakni:
95
a. Keinginan untuk menjamin hak-hak rakyat dan untuk mengendalikan tingkah
laku penguasa b.
Keinginan untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang ada dalam rumusan yang jelas guna mencegah kemungkinan perbuatan sewenang-
wenang dari pemnguasa dimasa depan. c.
Hasrat dari pencipta kehidupan politik baru untuk menjamin atau mengamankan berlakunya cara pemerintahan dalam bentuk yang permanen
dan yang dapat dipahami oleh warga negara d.
Hasrat dan keinginan untuk menjamin adanya kerja sama yang efektif dari beberapa negara yang pada mulanya berdiri sendiri
3. Muatan Hak Asasi Manusi di dalam UUD NRI 1945
Dalam sejarah ketatanegaraan Negara Indonesia, Indonesia sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan konstitusi negara, diawali dengan UUD 1945,
Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950, kembali kepada UUD 1945, dan kemudian sampai pada perubahan kedua UUD NRI 1945. Salah satu poin penting
95
Joeniarto, Selayang Pandang tentang Sumber-Sumber Hukum Tata Negara di Indonesia,
Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1964, hlm. 36
Universitas Sumatera Utara
perubahan kedua UUD NRI 1945 adalah penjaminan hak-hak asasi manusia HAM. Perubahan Kedua UUD NRI 1945 memasukkan perihal HAM menjadi
satu bab tersendiri, yakni BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia dengan 10 Pasal , yakni Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G,
Pasal 28H, Pasal 28I, dan Pasal 28J. Menurut Ni’matul Huda, penambahan perumusan HAM serta jaminan
penghormatan, perlindungan, pelaksanaan, dan pemajuannya kedalam UUD NRI 1945 bukan karena semata-mata kehendak isu global, melainkan karena itu
merupakan salah satu syarat negara hukum. HAM merupakan salah satu indicator untuk mengukur tingkat peradaban, demokrasi, dan kemajuan suatu bangsa.
96
a. Hak atas hidup dan kehidupan.
Muatan HAM dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dapat dikatakan sebagai bentuk komitmen jaminan konstitusi atas penegakan hukum dan HAM di
Indonesia. Jika dicermati lagi di dalam UUD NRI 1945 beberapa materi muatan
HAM tersebut antara lain
Hak tersebut diatur di dalam Pasal 28A, yang menyatakan “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”. b.
Hak membentuk keluarga. Hak ini diatur di dalam Pasal 28B, yang menyatakan
1 Setip orang untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah
96
Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia; Kajian Terhadap Dinamika Perubahan UUD 1945,
Yogyakarta: FH UII Press, 2003, hlm. 32
Universitas Sumatera Utara
2 Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi c.
Hak untuk mengembangkan diri dengan meningkatkan kualitas diri Hak ini diatur di dalam Pasal 28C, yang menyatakan
1 Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan umat manusia 2
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya. d.
Hak untuk perlakuan hukum yang adil. Hak ini diatur di dalam Pasal 28D, yang menyatakan
1 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum. 2
Setiap orang berhak bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan adil dan layak dalam hubungan kerja
3 Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan 4
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan e.
Hak untuk beragama dan berserikat Hak ini dia atur di dalam Pasal 28E, yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
1 Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
2 Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. 3
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
f. Hak untuk berkomunikasi
Hak ini diatur di dalam Pasal 28F, yang menyatakan: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribdi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki segala jenis saluran yang tersedia”.
g. Hak untuk perlindungan privasi
Hak ini diatur di dalam Pasal 28G, yang menyatakan 1
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaanya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
2 Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
h. Hak untuk kehidupan yang layak, persamaan di hadapan hukum, dan jaminan
sosial Hak ini diatur di dalam Pasal 28H, yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
1 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2 Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3 Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermatabat. 4
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
i. Hak untuk bebas dari penyiksaan dan diskriminasi
Hak ini diatur di dalam Pasal 28I, yang menyatakan 1
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
secara pribadi di hadapan hukum. Dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapt
dikurangi dalam keadaan apapun. 2
Setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu 3
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
4 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
5 Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan. j.
Kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain Hal ini diatur di dalam Pasal 28J, yang menyatakan
1 Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang dttetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatam atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntuttan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
k. Hak untuk upaya pertahanan dan keamanan negara
Hal ini diatur di dalam Pasal 30 ayat 1, yang menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”. Dari beberapa pasal diatas, perlindungan Hak Asasi Manusia khsususnya
dalam hak privasi untuk mendapatkankan informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Perlindungan terhadap Hak privasi tersebut diatur di dalam Pasal 28G
ayat 1 UUD NRI 1945.
Universitas Sumatera Utara
B. Asas-Asas Hukum Acara Pidana dalam Melindungi Hak Asasi Manusia