Tinjauan Kepustakaan Kajian Yuridis Terhadap Alat Bukti Penyadapan Di Tinjau Dari Hak Asasi Manusia

elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Alat bukti Terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan terkadang orang sering sulit untuk memberikan perbedaaannya yakni istilah barang bukti dan alat bukti. Barang bukti adalah barang-barang baik yang berwujud, bergerak atau tidak bergerak yang dapat dijadikan alat bukti dan fungsinya untuk diperlihatkan kepada terdakwa ataupun saksi dipersidangan guna mempertebal keyakinan hakim dalam menentukan kesalahan terdakwa. 28 Definis lain menurut Nicolas Simanjuntak barang bukti adalah benda-benda, kertas, uang, alat, y1ang dipakai, materi, zat, warna, dan sebagainya, baik sebagai data maupun sebagai benda itu sendiri apa adanya untuk menjadi bahan terhadap data dan keterangan yang telah dibuat dalam berita acara. Barang dan atau benda itu sendiri bukan alat bukti, tetapi segala surat dan keterangan menjelaskan tentang apa dan bagaimana barang itulah yang menjadi alat-alat bukti hukum. Oleh sebab itu, barang-barang bukti harus diamankan, dijaga, dan dirawat agar tetap berada seperti apa adanya pada saat peristiwa pidana terjadi. 29 Sementara itu alat bukti, adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya 28 Hari Sasangka dan lilly Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 11 29 Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 262 Universitas Sumatera Utara suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa. 30 a. Keterangan saksi; Jadi barang bukti bukanlah alat bukti, melainkan barang yang digunakan saat melakukan suatu tindak pidana dapat berubah menjadi alat bukti apabila termasuk di dalam kualifikasi sebgaimana pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Berdasarkan Pasal 184 ayat 1 KUHAP bahwa yang termsuk alat bukti yang sah adalah: b. Keterangan ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan terdakwa. Sementara alat butki di dalam hukum acara perdata diatur didalam Pasal 284RBg164 HIR yang terdiri atas: a. Bukti tulisan atau surat; b. Bukti dengan saksi-saksi; c. Persangkaan-persangkaan; d. Pengakuan; e. sumpah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti yang dipaparkan sebelumnya berdampak terhadap adanya perkembangan tindak pidana baru. Namun, adanya tindak pidana baru tersebut ternyata sangat sulit untuk dibuktikan, sehingga diperlukan alat bukti yang dapat membuktikan tindak pidana 30 Darwan Prints, Hukum Acara suatu pengantar, Jakarta: Yayasan LBH, 1989, hlm. 106 Universitas Sumatera Utara tersebut. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE, telah menjadikan alat bukti elektronik diakui dan diterima sebagai alat bukti yang sah. Sehinnga alat bukti elektronik ini dipandang sebagai perluasan dari alat bukti yang telah ada dalam hukum acara di Indonesia. Dalam Pasal 5 ayat 1 UU ITE disebutkan bahwa informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. 2. Pengertian Penyadapan Terdapat berbagai istilah penyebutan penyadapan, yakni Wiretapping, Intersepsi , dan Electronic Surveillance. Penyadapan merupakan terjemahan dari wiretapping yang menurut Black’s Law Dictionary sebagai: “electronic or mechanical eavesdropping usually done by law enforcement officers under court order, to listen to private conversation”. 31 Berdasarkan pengertian diatas, maka wiretapping di sebut juga sebagai electronic atau mechanical eavesdropping. Sementara itu, eavesdropping dipahami sebagai tindakan mencuri dengar listening dari para pihak yang berbicara secara verbal, secara manual maupun dengan menggunakan alat tertentu. 32 Sehubungan dengan pengertian wiretapping diatas, pemahaman yang sama juga ditemukan dalam kamus online the free dictionary yaitu :”a form electronic eavesdropping accomplished by seizing or overhearing comunnicatio by means of a concealed recording or listening device connected to the transmission line. Wiretapping is a particular form electronic surveillance that monitors telephonic 31 Terjemahan bebas “menguping secara mekanik dan elektronik yang biasanya dilakukan oleh aparat penegeak hukum berdasarkan perintah pengadilan untuk mendengarkan percakapan secara pribadi”. Garner. Bryan A. Black’s Law Dcotopnary, editor in Chief. ST Paul: West Group, Eight Edition, 2004, hlm. 1631 32 Reda Manthovani, Op. Cit, hlm. 13 Universitas Sumatera Utara and telegraphiv communication, 33 yang terbagi atas 3 tiga jenis tindakan electronic surveillance yaitu: wiretapping, bugging dan videotaping. Surveillance yaitu : “close observation or listening of a person or place in the hope of gathering evidence” atau bagian dari electronic surveillance. Surveillance yaitu : “close observation or listening of a person or place in the hope of gathering evidence” atau observing or listening to person activities usually in a secretive or unobtrusive manner with the aid of electronic devices such as cameras, microphones, tape recorder or wiretaps. 34 Sedangkan pengertian electronic surveillance dalam Blacks Law Dictionary diartikan sama dengan eavesdropping yaitu “The act of secretly listening to private conversation of others without their consent” 35 dan metode tindakan mendengarkan percakapan rahasia dalam Blacks law Dictionary dikatakan juga sebagai wiretapping “to covertly receive or listen to a communication. The term usually refers to covert reception by a law enforcement agency see wiretapping”. 36 Definisi wiretapping dan electronic surveillance di atas, adanya suatu titik temu yang sama yaitu kegiatan mendengarkan suatu percakapan secara rahasia dilakukan oleh aparat penegak hukum. 37 33 Terjemahan bebas sebuah bentuk mendengarkan percakapan secara elektronik melalui pembekuan atau mendengarkan percakapan dengan cara merekam secara tersembunyi atau mendengar melalui peralatan yang terhubung kepada jalur transmisi. Wiretapping adalah sebuah bentuk khusus dari electronic surveillance yang memonitor komunikasi telephonic dan telegrap. Lihat http:www.thefreedictionary.comwiretapping Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu “penyadapan”, adapun pengertian “penyadapan” adalah 34 Terjmehan bebas: mengobservasi atau mendengarkan terhadap orang-orang atau aktivitas yang biasa dilakukan dengan cara rahasia atau tidak diketahui dengan bantuan peralatan lektronik seperti kamera, microphone, tape recorder atau wiretapping. Lihat http:www.thefreedictionary.comelectronic surveillance 35 Ibid, hlm. 551 36 Terjemahan bebas: “menerima atau mendengarkan secara rahasia atas suatu percakapan. Terminologi yang biasanya mengacu pada penerimaan tertutuprahasia oleh instansi aparat penegak hukum:. Hlm. 827 37 Reda Manthovani, Op. Cit, hlm 15 Universitas Sumatera Utara mendengarkan merekam informasi rahsia, pembicaraan orang lain dengan sengaja tanpa sepengetahuan orangnya. 38 3. Perlindungan Hak Asasi Manusia Walaupun memiliki pengertian yang sama namun electronic surveillance dianggap sebagai tindakan yang lebih luas cakupannya dan wiretapping malah dianggap sebagai salah satu bentuk atau bagian dari electronic surveillance disamping bugging dan videotaping. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang bersifat mendasar dan melekat dengan jati diri manusia secara universal. 39 Oleh karena itu, menelaah Hak Asasi Manusia, menurut Todung Mulya Lubis sesungguhnya adalah menelaah totalitas kehidupan sejauh mana kehidupan kita memberi tempat yang wajar kepada kemanusiaan. 40 Siapapun manusia berhak memiliki hak tersebut. Artinya, disamping keabsahan terjaga dalam eksistensi kemanusiaan manusia, juga terdapat kewajiban yang sungguh-sungguh dimengerti, dipahami dan bertanggungjawab untuk memeliharanya. Adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia mempunyai suatu “keistemewaan” yang membuka kemungkinan baginya untuk diperlakukan sesuai dengan “keistemewaan” yang dimilikinya. Juga, adanya suatu kewajiban pada seseorang berarti bahwa diminta daripadanya suatu sikap yang sesuai dengan “keistemewaan” yang ada pada orang lain. 41 Dalam sejarah perlindungan Hak Asasi Manusia HAM di Indoensia, memasukkan norma HAM kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik 38 Ibid, hlm 15 39 Campbell menyatakan …. Human right are based on the affirmation of human equality. Lihat Tom Campbell, “Human Right and the Partial Eclipse of Justice”, dalam Arenf Soeteman, “Pluralisme and Law, London: Luwer Academi Publishers, 2001. Hlm. 63 40 Todung Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, Jakarta: LP3ES, 1984, hlm. 14 41 Lihat William Chang, “HAM dan KAM di Indoensia”, dalam Kompas, edisi 9 Desember 2004 Universitas Sumatera Utara Indonesia UUD NRI merupakan sebuah perjuangan yang panjang. Pada awal negara ini dibentuk, telah terjadi pertentangan antara para pendiri negara dan perancang konstitusi tentang perlutidaknya HAM dimasukkan kedalam UUD NRI. Pertentangan tersebut ditimbulkan antara kubu M. Yamin disatu pihak, dengan kubu Soepomo dan Soekarno di pihak lain. Dalam pandangan Soepoo HAM sangat identik dengan idiologi liberal-individual, dengan demikian sangat tidak cocok dengan karakter masyarakat Indonesia. Soepomo tidak pernah membayangkan kalau negara yang berasaskan kekeluargaan akan terjadi konflik atau penindasan negara kepada rakyatnya karena negara atau pemerintahan merupakan satu kesatuan, antara pemerintah dengan rakyat adalah tubuh yang sama. 42 M. Yamin menolak pandangan demikian, menurutnya tidak ada dasar apapun yang dapat dijadikan alasan untuk menolak memasukkan HAM dalam UUD yang mereka rancang. 43 Seiring dengan perkembangan perjalanan sejarah di dunia internasional instrument-instrumen semakin berkembang dalam berbagai konvensi dan konvenannya. Perlindungan HAM kemudian dijadikan salah satu norma standar untuk berhubungan dengan negara luar khususnya dengan negara-negara barat. Dengan kekuatan ekonomi yang besar dan ketergantungan negara-negara dunia ketiga yang non komunis kepada bantuan ekonomi barat, menimbulkan dominasi Hasilnya dari pertengan tersebut dicapai kompromi untuk memasukkan beberapa prinsip HAM ke dalam UUD NRI. 42 Lihat perdebatan seputar sidang-sidang BPUPKI dalam “Risalah Sidang BPUPKI” terbitan Sekneg tahun 1997 43 Ibid Universitas Sumatera Utara negara barat dan standar barat dalam penilaian terhadap pelaksanaan HAM dunia terutama negara dunia ketiga. 44 Isu HAM kemudian dijadikan isu internasional atau isu global. Hal ini tak jarang menimbulkan konflik antara negara Barat dengan negara-negara dunia ketiga. Dengan mengetengahkan konsep keanekaragaman budaya, negara-negara non barat mencoba membendung dominasi standar Barat dalam menilai perlindungan HAM di dunia. Dominasi standar barat dalam penilaian terhadap HAM membawa impilkasi besar terhadap Indonesia pasca rezim Soeharto yang selama berkuasa dianggap refresif dalam mempertahankan kekuasaaanya. Hal ini telah menimbulkan berbagai pelanggaran HAM sepanjang perjalanan orde baru. 45

F. Metode Penelitian