31
Menurut penelitian yang dilakukan NHK untuk acara Fukushi Network, penduduk hikikomori di Jepang pada tahun 2005 mencapai lebih dari 1,6 juta
orang. Bila penduduk semi-hikikomori orang jarang keluar rumah ikut dihitung, maka semuanya berjumlah lebih dari 3 juta orang. Total perhitungan NHK hampir
sama dengan perkiraan Zenkoku Hikikomori KHJ Oya no Kai sebanyak 1.636.000 orang.
Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 1,2 penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori: 2,4 di antara penduduk
berusia 20 tahunan pernah sekali mengalamihikikomori 1 di antara 40. Dibandingkan perempuan, laki-laki hikikomori jumlahnya empat kali lipat.Satu di
antara 20 anggota keluarga yang orang tuanya berpendidikan perguruan tinggi pernah mengalami hikikomori. Tidak ada hubungannya antara keluarga
berkecukupan atau tidak berkecukupan secara ekonomi
.
2.3.3 Tachisukumu Kata Tipe Ragu-ragu
Jenis ini merupakan orang-orang yang disebut NEET yang kehidupannya tidak mengalami kemajuan karena ia tidak dapat menentukan pekerjaan dan jalur
karir yang cocok bagi dirinya. Pada awalnya mereka berusaha mengejar cita-cita mereka, namun akhirnya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. NEET dengan tipikal Tachisukumu merupakan tipe anak muda yang sudah lulus perguruan tinggi, tapi masih bingung memutuskan masa depannya.
Mereka ragu-ragu memilih bekerja atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. NEET dengan personaliti yang sering ragu-ragu akan keputusannya dan tidak
Universitas Sumatera Utara
32
tahu memutuskan apa yang akan dia lakukan dengan masa depannya serta termasuk bagi seseorang yang
pernah gagal dalam hidup seperti bisnis bangkrut atau membuat usaha tapi gagal,sehingga mereka takut mencoba lagi.
2.3.4 Tsumazuki Kata Tipe Gagal
Jenis ini ditujukan kepada NEET yang sudah pernah mengalami kegagalan dalam hidup yang sudah pernah bekerja sebelumya, dalam hal ini seperti bisnis
yang bangkrut atau usaha-usaha lainnya yang pada akhirnya gagal dan sejak saat itu trauma sehingga tidak memiliki keinginan untuk bekerja kembali dan takut
untuk mencoba bangkit kembali dari keterpurukan mendapat pekerjaan karena tidak punya rasa kepercayaan diri lagi. Tipe yang setiap mencari pekerjaan
mendapat kegagalan dan tidak bisa bersaing. Kegagalan yang pernah dialami orang tersebut mulai dari diberhentikan dari pekerjaan, ditolak orang yang
dicintai, tidak naik kelas, dan hal-hal lain yang menyangkut sebuah kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak biasadipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan
yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Menurut Ienaga Saburo dalam Situmorang 2009 : 2-3 kebudayaan dalam
arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas adalah seluruh cara hidup manusia ningen no seikatsu no itonami kata.Kebudayaan ialah keseluruhan hal yang
bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Oleh karena itu kebudayaan dalam
arti luas ialah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhannya.Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit ialah sama
dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara atau bersifat semiotik. Dari kebudayaan yang mamadukan ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan
dan seni lahirlah kejadian-kejadian baru di kalangan masyarakat yang disebut dengan fenomena.
Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan
Universitas Sumatera Utara