21
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir,bersikap,bertindak manusia pada
tataran kenyataan individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertantu.
15
Dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan
agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik
dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk
mencapai kebahagiaan
manusia, dengan
menggunakan media dan cara-cara tertentu.
16
Dakwah dapat diartikan dalam 2 pandangan, menurut Prof.Toha Yahya Umar, M.A :
1. Pengertian dakwah secara umum : Ilmu yang berisikan ilmu pengetahuan cara-cara dan
tuntunan kepada jalan yang benar. 2. Pengertian secara agama :
Mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
15
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: PLP2M, 1985 h.3
16
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008 Cet-1, h.7-8
22
Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
17
Dari pengertian diatas, terdapat banyak pendapat yang berbeda dalam menyatakan definisi
dakwah. Jika ditarik dalam pandangan yang sama dakwah merupakan suatu proses mengajak umat
manusia agar mengikuti ajaran-ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits sehingga dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan muslim karena dakwah adalah salah satu cara untuk memberikan dorongan kepada orang lain
untuk bisa
menerima ajaran
Islam sesuai
kesadarannya sendiri dengan pesan-pesan agama yang disampaikan.
2. Metode Dakwah
Seorang da’i
sebagai subjek
dakwah memerlukan pengetahuan dan kecakapan dalam
bidang metode. Dengan mengetahui metode dakwah, maka penyampaian pesan-pesan dakwah yang
disampaikan seorang da’i dapat mengena pada
17
H. Hasanudin, Retorika Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986 cet.2, h.8
23
sasaran dan dakwah dapat diterima oleh mad’u sebagai objek dakwah.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” melalui dan “hodos” jalan,cara.
18
Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Selain itu metode juga berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang
metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab
thariq.
19
Dalam metode dakwah para pakar mengambil rujukan utama kepada firman Allah Ta’ala QS. An-
Nahl : 125 :
18
M.Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: BumI Aksara, 1991, cet 1, h.61
19
Hasanuddin, Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet 1, h.35
24
Artinya : ”Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahlah mereka
dengan cara
yang baik.
Sesungguhnya tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah
yang mengetahui
orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
20
Di dalam ayat tersebut terdapat makna da’i harus memerhatikan mad’u, sehingga mereka merasa tidak dipaksa.
Pada prinsipnya dakwah itu harus memanusiakan manusia, sesuai dengan fitrahnya yang suci. Hal tersebut wajib menjadi pedoman
dalam merumuskan pesan dan menetapkan metode dakwah. Pada prinsipnya metodologis dakwah itu ada empat cakupan :
21
1 Al-Hikmah Hikmah ditafsirkan sebagai integrasi antar ucapan dan
perbuatan, ilmu yang bermanfaat dan amal saleh, takut kepada agama dan bersikap hati-hati dalam agama.
Singkatnya, dari tinjauan terminologis hikmah merujuk kepada
ketepatan berkata
dan bertindak
dan memperlakukan sesuatu secara bijaksana.
2 Mau’izhah Hasanah Metode dakwah melalui mau’izah hasanah dilakukan
dengan perintah dan larangan disertai dengan unsur motivasi dan ancaman yang diutarakan melalui perkataan
20
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011 Cet.1, h.247
21
A.Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah :Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam Jakarta : Kencana, 2011, Cet ke-1, h.201-209