Konsep Dasar Terwujudnya Buku Laa Tahzan For Hijabers Karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, dkk

37 dapat dijadikan pesan yang dapat dijadikan perantara komunikasi sehingga pembaca tidak merasa digurui. 4

B. Sinopsis Buku Laa Tahzan For Hijabers

Pada judul ke-1 dalam buku ini di buka dengan karya Mecca Medina yang membagi pengalaman jilbab pertamanya“Jatuh Bangun Jilbabku”yang dengan alasan mencari kerja di bank yang harus memakai rok pendek. Namun Mecca merasa hidup di kedua sisi, bisa di bilang abu-abu, dan merasa munafik. Pada akhirnya ada isu selentingan apabila tidak berjilbab di daerah tersebut maka perempuan-perempuan yang belum menutupi kepala akan beresiko digunting rambutnya oleh kelompok di daerah tersebut. Situasi ini tidak disia- siakan dan akhirnya Mecca berjilbab dengan persetujuan atasannya dan Alhamdulillah semua pegawai perempuan berjilbab semua. Pada judul ke-2 pengalaman dari Novia Syahidah “Sedap Dipandang, Jangan Coba Dipegang” berawal ketika ada teman yang meninggal karena kecelakaan sejak itu terlintas dalam benak bahwa meninggal tidak mengenal usia, Novia mulai memikirkan keinginannya untuk berjilbab karena Novia tidak ingin mati sebelum menutup aurat. Setelah memakai jilbab sedikit demi sedikit ketika liburan sekolah banyak yang tidak setuju dengan keputusannya memakai jilbab dan paling banyak komentar datang dari laki-laki, hampir setiap hari Novia harus berhadapan dengan komentar-komentar yang bernada miring mungkin karena para lelaki tersebut enggan menggoda karena perubahan penampilannya. Lambat laun Novia mulai menyadari betapa 4 Wawancara Pribadi dengan Asma Nadia, Pada Rabu 09-07-2014, Jam 17.00 WIB 38 nyamannya jauh dari pusat perhatian para lelaki yang hanya ingin melihat penampilan wanita yang sexy. Judul ke-3 ditulis oleh Nadhira Khalid ”Boleh Pinjam Jempolnya?” Nadhira Khalid pada saat itu tinggal di Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Nadhira tinggal di Karanglangko permukiman muslim, penduduknya keturunan suku sasak Lombok dan masih keturunan Arab namun di keluarganya tersebut tumbuh pemahaman bahwa berjilbab itu hanya untuk perempuan yang sudah menikah. Meskipun dikampung myoritas Islam, tapi tetap saja Nadhira menjadi siswa minoritas. Buku mengenai tentang jilbab mulai dibacanya dan sejak itulah ia mulai mengerti tentang jilbab. Dan awal Nadhira berjilbab pada saat SMA banyak yang heran melihat dirinya berjilbab dan seiring berjalannya waktu sampai hari terakhir sekolah, siswa kelas tiga dinyatakan lulus dan diminta membubuhkan cap jempol untuk ijazah, entah mengapa Nadhira merasa wali kelasnya tidak menyukainya suka mengkritik jilbab yang dikenakannya dan pada saat Nadhira dipanggil perasaan muncul perasaan takut dan ternyata wali kelasnya hanya ingin meminjam jempolnya dan meminta izin menyentuh ibu jarinya untuk ditempelkan diatas tinta. Selanjutnya judul ke-4 tulisan dari Femmy Syahrani “Moments in Jilbab” Femmy tumbuh dilingkungan yang tak berjilbab, meskipun begitu pendangannya tentang jilbab perlu dipakai oleh karena itu Femmy satu-satunya didalam keluarga yang memakai jilbab. Banyak orang yang menganggapnya bukan muslimah karena tampangnya karena Femmy merupakan keturunan Tionghoa dan Pakistan. Awal keinginan berjilbab ketika Femmy mengikuti 39 pertukaran pelajar ke Amerika, tinggal setahun di negeri orang membuat Femmy ingin menegaskan identitasnya sebagai muslimah dan Femmy pun mengirim surat ke tanah air untu meminta izin kepada ibu dan keluarganya. Ibunya menyarankan untuk berjibab menunggu sampai mendapatkan pekerjaan karena menurut ibunya mencari pekerjaan dengan memakai jilbab sangat sulit. Dan akhirnya Femmy pun mendapat pekerjaan dan mulai mengenakan jilbab dibantu dengan sobatnya. Judul ke-5 merupakan tulisan Evatya Luna yang merupakan pengalaman dari saudaranya Nurhayati Zubaidi yang berjudul “Kesadarannya Baru, Jilbabnya Lusuh” Nur merupakan anak seorang guru ngaji dikampung dan marupakan keluarga yang sederhana. Nur masuk SMA favorit karena kecerdasannya ia mendapat beasiswa di sekolah tersebut. saat sang kakak memutuskan untuk berjilbab, Nur pun merasa iri dan kewajiban untuk menutup aurat pun mulai disadarinya. Ketika Nur mulai bersekolah di SMA ia pun ingin tetap memakai jilbab seperti sewaktu Nur di Tsanawiyah, karena tidak memiliki biaya ia pun memakai seragam lamanya, Gadis kecil dengan atasan lusuh yang sudah kekecilan, rok menggantung dibawah lutut. Pada judul ke-6 merupakan pengalaman cerita Inet “Jilbab and My Nightmare” sejak SD,SMP,SMA Inet sudah mengenakan jilbab, suatu ia sedang dikamar kosan temannya ia membuka jilbabnya yang Inet mengira tidak ada orang, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk kamar itu dan menutup pintunya. Takut ada kejadian yang tidak diinginkan Inet meminta tolong dan