Bentuk dan Isi Izin

45 berisi izin, dimasukkan pembaasan-pembatasan. Pembatasan-pembatasan dalam izin memberi kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan. Pembatasan-pembatasan dibentuk dengan menunjuk batas-batas dalam waktu, tempat atau dengan cara lain. Sebagai contoh, pada izin lingkungan dapat dimuat pembatasan izin untuk periode tertentu, misalnya 5 tahun. Disamping itu, dalam keputusan dimuat syarat- syarat. Dengan menetapkan syarat-syarat, akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yang belum pasti. Dalam keputusan yang berisi izin dapat dimuat syarat penghapusan dan syarat penangguhan. 5. Pemberian Alasan Pemberian Alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan undang-undang, pertimbangan-pertimbangan hukum, dan penetapan fakta. Penyebutan ketentuan undang-undang memberikan pegangan kepada semua yang bersangkutan, organ penguasa dan yang berkepentingan, dalam menilai keputusan itu. Ketentuan undang-undang berperan pula dalam penilaian oleh yang berkepentingan tentang apa yang harus dilakukan dalam hal menyetujui keputusan yang bersangkutan. Pertimbangan hukum merupakan hal penting bagi organ pemerinahan untuk memberikan atau menolak permohonan izin. Pertimbangan hukum ini biasanya lahir dari interpretasi organ pemerintahan terhadap ketentuan undang-undang. Adapun penetapan fakta, berkenaan dengan hal-hal di atas. Artinya interpretasi yang dilakukan oleh organ pemerintahan terhadap aturan-aturan yang relevan, turut didasarkan pada fakta-fakta sebagaimana ditetapkannya. Dalam keadaan tertentu, organ pemerintahan 46 dapat menggunakan data yang diberikan oleh pemohon izin, disamping data dari para ahli atau biro konsultan. 6. Pemberitahuan-pemberitahuan Tambahan Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan dalam izin, sperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan. Pemberitahuan-pemberitahuan ini mungkin saja petunjuk-petunjuk bagaimana sebaiknya bertindak dalam mengajukan permohonan- permohonan berikutnya atau informasi umum dari organ pemerintahan yang berhubungan dengan kebijaksanaannya sekaarang atau di kemudian hari. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan ini sejenis pertimbangan yang berlebihan, yang pada dasarnya terlepas dari diktum selaku inti keputusan. Sebab itu, mengenai pemberitahuan-pemberitahuan ini, karena tidak termasuk dalam hakikat keputusan, secara formal seseorang tidak dapat menggugat melalui hakim administrasi. Sebagai suatu bentuk keputusan, izin tidak berbeda dengan keputusan beschikking pada umumnya. Dalam hal pembuatan, isi, dan penerbitan izin harus memenuhi syarat-syarat yang berlaku pada pembuatan dan penerbitan keputusan, yaknsi harus memenuhi yarat formal dan syarat materiil, serta harus memerhatikan asas contrarius actus dalam pencabutan. 2.4. Pertimbangan Teknis Pertanahan Pertimbangan Teknis Pertanahan Diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman 47 Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam penerbitan Izin Lokasi, Penetapan lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi , Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah harus terselenggara dengan ketentuan : 1. Penggunaan dan Pemanfaatan tanah tidak boleh mengorbankan kepentingan umum; 2. Penggunaan dan Pemanfaatan tanah tidak boleh saling mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah sekitarnya; 3. Penggunaan dan Pemanfaatan tanah harus memenuhi azas keberlanjutan; 4. Penggunaan dan Pemanfaatan tanah harus memperhatikan azas keadilan; 5. Memenuhi ketentuan perundangan,RTRW. Pelaksanaan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan KabupatenKota. Pertimbangan Teknis Tersebut menjadi rujukan Pemerintah Daerah dalam Menerbitkan Izin Perubahan Penggunaan Tanah 40 . Ada beberapa pertimbangan yang dipakai dalam memberikan izin perubahan penggunaan tanah yaitu pertimbangan mengenai : 1. Aspek rencana tata ruang; 2. Letak tanah dalam wilayah ibukota kecamatan yang bersangkutan; 3. Letak tanah berbatasan langsung dengan permukiman yang telah ada dan termasuk daerah pertumbuhan pemukiman; 40 Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi, dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. 48 4. Letak tanah mempunyai aksebilitas umum jalan dan fasilitas umum lainnya antara lain fasilitas listrik, PAM, dan telepon; 5. Luas Tanah yang diberi izin sebanyak – banyaknya 2 kali luas rencana bangunan yang akan dibangun ditambah luas untuk sempadan jalan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6. Tanah sudah bersertipikat; 7. Tanah yang dimohon tidak termasuk tanah pertanian yang subursawah irigasi teknis; 8. Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemindahan hak dan penggunaan tanah; 9. Setiap perubahan peruntukan tanah harus selalu memperhatikan fungsi tanah dan daya dukung lingkungan sekitarnya.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif normative legal research, dan pendekatan yuridis empiris empirical legal research. Disebut demikian karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain. 41 . Dalam definisi yang singkat, Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga penelitiuan hukum kepustakaan adalah : “Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka”. 42 Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah ketentuan normatif yang diterapkan dalam praktek dan sebagai studi kasus atau penelitian hukum yang nondoktrinal, yang bekerja untuk menemukan jawaban-jawaban yang benar dengan pembuktian kebenaran yang dicari di atau dari fakta-fakta sosial yang bermakna hukum sebagaimana yang tersimak dalam kehidupan sehari-hari, atau pula fakta-fakta tersebut sebagaimana yang telah derinterprestasi dan menjadi bagian dari dunia makna yang hidup di lingkungan suatu masyarakat tertentu. 43 . Penelitian hukum empiris merupakan salah satu jenis penelitian yang menganalisis dan mengkaji bekerjanya hukum di dalam masyarakat. 44 41 Bambang Waluyo, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 13 42 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif”. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2002, Hlm. 13-14 , dan Salim HS., Erlies Septiana Nurbani, “Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Diserftasi ”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 12. 43 Sulistyowati Irianto dan Shidarta, Ibid, hlm. 121 44 Salim HS., Erlies Septiana Nurbani, Op Cit, hlm. 20 50

3.2. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan Jenis data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

3.2.1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Untuk memperoleh data secara langsung. 45 Peneliti mengambil data primer dari obyek penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara yaitu dengan mengumpulkan data secara langsung. Mengadakan tanya jawab dengan informan yaitu pejabat di bagian Pemerintahan di Kota Bandar Lampung dan Pejabat di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung.

3.2.2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 46 1. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang mengikat 47 . Untuk penelitian ini yang digunakan adalah : a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria; 48 b. Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang; c. Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; d. Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 45 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta, 1986, hlm. 51 46 Soerjono Soekanto, Ibid. hlm. 51 47 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op Cit. hlm. 13. 51 e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota; f. Keputusan Presiden Keppres Nomor 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; g. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah; h. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 118 tahun 2011 tentang Pemberian Izin Lokasi. 2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer. 49 Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, buku-buku, makalah-makalah, dan artikel-artikel, tulisan-tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan dengan penelitian Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah; 3. Bahan Hukum Tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk meupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yaitu terdiri dari kamus-kamus, bibliografi, ensiklopedia dan sebagainya. 49 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Ibid. Hlm. 13. 52

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian tentang Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

3.3.1. Studi Kepustakaan Library Research

Studi kepustakaan dimaksud adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari, membuat catatan-catatan, dan kutipan- kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah.

3.3.2. Studi Lapangan Field Research

Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer. Usaha untuk memperoleh data primer tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian tentang Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah. Metode yang dipergunakan adalah wawancara terbuka, di mana peneliti berhadapan langsung dengan pihak pemberi informasi selaku responden.

3.4. Metode Pengolahan Data

Setelah data sekunder dan data primer tentang Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah terkumpul dan diolah, maka untuk menentukan hal yang baik dalam melakukan pengolahan data, maka penulis melakukan kegiatan : Editing, Tabulating, dan Sistematisasi.