Serangan Hama dan Penyakit

15426 7346 6132 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 1997 2011 2013 Lua s w Ha x Sumber : Dirjen RRL 1997, Dephut, 2013 dan BLH, 2012 Gambar 52. Perkembangan Hutan Mangrove di kabupaten Subang Konsekuensi dari pelembagaan nilai-nilai tersebut dalam institusi-institusi lokal dan masyarakat pesisir adalah pembabatan mangrove yang selama ini telah menjadi penyangga ekologis utama bagi kehidupan masyarakat pesisir dari bencana abrasi dan banjir rob. Argumentasinya adalah intensiikasi dan maksimalisasi produksi udang windu mengharuskan tambak steril dari berbagai tanaman bakau. Di Ulujami, Mojo, Kecamatan Pemalang, program pemerintah ini telah berhasil menarik investasi dari Korea. Rusaknya hutan mangrove tersebut berpengaruh pada perubahan asset modal alamiah atau ‘Natural Asset Capital’ sebagaimana yang terjadi di desa Patimban Lampiran 10. Hasil penelitian Turner 1977 menunjukkan bahwa pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove alam akan menghasilkan ikanudang sebayak 287 kgtahun, namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya. Pengurangan hutan mangrove terutama di areal green belt sudah barang tentu akan menurunkan produktivitas tangkapan ikan. Selain tambak, pertanian masyarakat desa pesisir juga terganggu. Iklim ekstrem menjadikan petani tebu di Kabupaten Pemalang berkurang penghasilannya karena kadar gula tanaman tebu turun. Petani bunga melati juga mengalami kerugian karena bunga melati banyak yang busuk. Namun iklim ekstrem pada tahun 2010, memberikan keuntungan pada petani cabe di desa Sumber Klampok, Kabupatenn Jembrana, dan di desa Mojo, Kabupaten Pemalang. 70 • Kerentanan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan Akibat Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem Di daerah kering, Sakuntaladewi dan Arifanti 2010 menyebutkan adanya, perbedaan nyata terlihat di desa-desa di DAS Noelmina bagian hulu Desa Nenas dan desa Benu di hilir. Badai dan air yang melimpah di desa Nenas hulu DAS menjadikan sawah di sekitar sungai terkikis banjir, tanaman jagung gagal, longsor di daerah perbukitan, ternak dan tanaman sayur banyak yang mati. Desa yang berada di DAS bagian hilir desa Bena mengalami kekeringan yang luar biasa. Tanaman dan semak belukar menjadi kering dan rawan kebakaran. Di desa Benu DAS bagian tengah, dua dusun tidak mengalami kesulitan air di musim hujan maupun kemarau karena dikelilingi oleh hutan alam Sisemeni Sanam milik Balai Diklat Kehutanan Kupang dan dijaga keberadaannya oleh masyarakat setempat. Terdapat sekitar 12 sumber air besar dan masih terlindungi dengan debit air sebesar 125 literdetik. Sumber air tersebut dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PMLTH-dalam proses pembangunan dengan daya 20 Kilo Watt listrik untuk 87 KK dan 5 fasilitas umum. Selain itu, terdapat pula bangunan irigasi non permanen tradisional di hampir setiap hamparan sawah di Desa Benu yang luasnya mencapai 60 dari total luas Desa. Tiga dusun lainnya di desa Benu mengalami kekeringan luar biasa pada musim kemarau. Di DAS Palu, banjir yang terjadi di desa Toro hulu DAS Palu berubah menjadi banjir bandang di desa Omu dan desa Bobo yang ada di bagian tengah DAS Palu. Dibagian hulu, sawah diserang hama tikus dan dibagian tengah DAS terjadi kebakaran hutan. Perubahan musim yang tidak menentu sebagai dampak dari perubahan iklim, menjadikan produksi tanaman coklat masyarakat turun 50 hingga gagal panen pada tahun 2010, dan sawah diserang tikus. Dampak perubahan iklim pada daerah kering disajikan di lampiran 7 dan 8. Di daerah pegunungan , DAS Kampar, Kabupaten Solok Rochmayanto, 2010 maupun di Kabupaten Manokwari Salosa, 2010, perubahan iklim mengancam mata pencaharian masyarakat. Ancaman dimaksud berupa gagal panen, terbatasnya kesempatan masyarakat untuk melakukan usaha ekonomi, atau banjir yang menjadikan akses masyarakat ke kotake desa terputus, serta longsor yang membahayakan keselamatan jiwa. Di DAS Kampar banjir di bagian hulu diakibatkan oleh debit air sungai yang meningkat akibat curah hujan tinggi dan diperparah kondisinya dengan banyak lahan gundul di perbukitan karena pembukaan lahan untuk tanaman gambir. Masyarakat desa Salayo Tanang Bukit Sileh, Air Dingin, dan Air Batumbuk mengamati adanya perbedaan pola banjir berupa peningkatan frekuensi banjir dan sulit untuk diprediksi kapan banjir akan datang Tabel 14. Sintesis Penelitian Integratif Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya terhadap Perubahan Iklim • 71