Setara Bentuk Relasi Gender dalam Kumpulan Cerita Pendek Penembak Misterius.
Dalam hal penamaan tokoh, pengarang hanya menyebut nama tokoh perempuan dalam “Sarman” dengan Istri Sarman, dari sini juga dapat dilihat
bahwa perempuan didominasi oleh laki-laki. Sistem kebapakan atau patriakat lebih mendominasi karena tokoh perempuan tersebut tidak memiliki nama dan
justru dipanggil dengan nama suaminya. Istri Sarman sendiri juga tidak diceritakan bahwa ia keberatan dengan panggilan tersebut.
Cerita pendek berikutnya berjudul “Tragedi Asih Istri Sukab”. Tokoh perempuan yang ada pada cerita pendek ini adalah tokoh yang bernama Asih.
Subordinasi digambarkan ketika Asih menceritakan bagaimana dirinya ditinggalkan Sukab, suaminya. Sukab pergi ke Jakarta lalu menghilang tanpa
kabar. Asih yang membesarkan anaknya sendirian sebagai buruh tani diombang- ambingkan perasaan. Perasaan rindu dan juga perasaan kecewa pada suaminya
bercampur menjadi satu. Seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini. Oalah Sukab, Sukab, kenapa tidak mau pulang Sukab? Tidak
berkabar tidak berberita. Kenapa harus malu jadi buruh harian Sukab? Aku tidak malu kami jadi buruh bangunan. Ajidarma, 2007: 89
Aku tidak malu jadi buruh bangunan, apa yang lebih terhormat dari kerja keras Sukab? Apa? Kalau kamu bisa setia pada hidup, kenapa
kamu tidak bisa setia padaku? Aku tidak akan memaksa kamu pulang. Kamu boleh ke mana saja kamu mau, kamu boleh jadi diri kamu sendiri,
tapi beri kami kabar. Aku cemas, Si Gothak bertanya-tanya, mana Bapak? Mana Bapak? Sudah dua lebaran kamu tidak bersama kami. Di manakah
kamu Sukab, di mana? Ajidarma, 2007: 89 Kutipan di atas bagaimana Sukab, suami Asih yang dengan begitu saja
pergi ke Jakarta dengan alasan mencari kerja pada akhirnya justru menghilang tanpa kabar. Tidak ada kiriman uang hasil kerja Sukab yang dikirim untuk Asih.
Sehingga Asih harus membanting tulang sendirian. Pada cerita ini lah terlihat Sukab memperlakukan Asih dengan semena-semena. Asih sendiri juga hanya
bisa pasrah dan terus bekerja agar dapat bertahan hidup.
Kuasa laki-laki terhadap Asih tidak hanya dilakukan oleh Sukab, suaminya. Bentuk subordinasi laki-laki lainnya adalah ketika Asih yang ditipu laki-
laki yang tidak dikenalnya dan kemudian diperkosan beramai-ramai. Penipuan terjadi ketika Asih bertekat mencari Sukab sendirian ke Jakarta. Sesampainya di
Jakarta Asih yang anak kampung didekati laki-laki yang memberikan janji bahwa ia akan mencarikan Sukab untuk Asih. Seperti kutipan di bawah ini.
Ia bertanya dengan ramah. Ia membelikan aku makan. Ia mengantarkan aku ke mari. Katanya ia kenal Sukab. Katanya ia mau mencari Sukab.
Aku disuruh menunggu. Disuruh tidur dulu. Ia tahu aku capai sekali. Katanya, kalau aku bangun nanti, mungkin Sukab sudah ada di
sampingku. Ajidarma, 2007: 90 Asih bahkan belum menduga apa-apa ketika secepat kilat sebuah tangan
yang kuat membekap mulutnya, menjengkangkannya ke tanah, dan sesuatu yang sangat berat tiba-tiba menindihi tubuhnya. Ia masih
berusaha memukul-mukul dan menendang-nendang, namun empat pasang tangan segera mengunci kedua tangan dan kakinya. Lantas
kemaluannya terasa sakit sekali. Perih sekali. Ajidarma, 2007: 81 Tanpa berpikir panjang Asih ikut dengan laki-laki itu dan disuatu tempat
Asih pun diperkosa beramai-ramai. Asih yang dengan mudah dapat dikuasai laki- laki yang baru pertama dikenalnya menggambarkan bagaimana polosnya Asih.
Kedua cerita di atas memiliki kesamaan yaitu tokoh perempuannya dikuasai laki-laki dengan alasan cinta. Cinta yang dimaksud adalah di mana
kaum perempuan ketika menyinggung masalah cinta tidak akan bisa berbuat apa-apa. Asih yang mencintai Sukab walaupun ditinggal pergi oleh Sukab, ia
tetap menunggu dan mencarinya. Begitu juga istri Sarman yang mencintai Sarman rela bersabar walaupun sudah diteriaki dan dibentak oleh Sarman.