196 Kelas XII
Semester 1
C. Sebab Terjadinya Korupsi
Buddha menjelaskan bahwa suatu peristiwa apa pun tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu itu terjadi karena adanya suatu sebab.
Namun demikian Buddha tidak mengajarkan tentang “sebab tunggal” atau causa prima dari timbulnya sesuatu. Segala sesuatu itu terjadi karena sebab
akibat yang saling bergantungan. Terkait dengan terjadinya korupsi, secara prinsip dapat dijelaskan bahwa sebab korupsi adalah berakar pada keserakahan
lobha, kebencian dosa, dan kebodohan moha.
a. Keserakahan Keserakahan merupakan akar atau sumber tindakan korupsi. Hal ini
dikarenakan bahwa keserakahan adalah salah satu bentuk pikiran jahat yang menimbulkan berbagai perbuatan tidak terpuji. Dengan serakah, seseorang
bisa menjadi pembunuh, pemerkosa, pembohong, dan koruptor serta tindakan kejahatan lainnya.
Keserakahan akan menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam Kitab Anguttara Nikaya, I, 189 Sang Buddha
menerangkan : “Barang siapa yang serakah, dicengkeram oleh keserakahan, tidak dapat mengendalikan dirinya, maka orang ini akan tega memaksa dengan
kekerasan, membunuh, mengambil sesuatu yang bukan haknya, melanggar kesusilaan, dan memutarbalikkan kebenaran. Inilah bahaya rantai sebab-
akibat dari adanya keserakahan yang menyebabkan timbulnya beberapa sikap batin yang buruk”.
Sumber: https:www.google.comsearch?q=gambar+kasus+korupsiespv= Gambar 8.5 Penyuap dan Penerima Suap
Pendidikan Agama Buddha 197
Seseorang yang serakah akan sulit mengendalikan dirinya dengan baik. Ia akan selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya. Hal ini
diibaratkan seperti orang haus yang minum air asin, tentu tidak pernah dapat menghilangkan hausnya, sebab dengan minum air asin itu ia akan menjadi
haus. Haus terhadap uang, merasa bahagia apabila berhadapan dengan uang, apalagi dapat menyimpan bahkan memiliki uang yang bukan miliknya sendiri.
Kehausan terhadap uang itulah yang menyebabkan ketidakbaikan meskipun telah memperoleh uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
wajarnya, tetapi tetap saja ia belum merasa cukup untuk memenuhi hidupnya yang begitu boros dan bangga dengan borosnya itu. Mahatma Ghandi,
“Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi tidak cukup untuk memuaskan orang serakah”. Oleh karena itu, sifat serakah ini
merupakan sifat buruk yang sangat membahayakan baik bagi dirinya maupun pihak lainnya.
b. Kebencian Kebencian juga akar ketidakbaikan atau akar kejahatan di dunia ini.
Dengan kebencian, seseorang bisa berbuat hal-hal yang buruk, misalnya karena dicengkeram kebencian selain ia akan melakukan pembunuhan,
perbuatan asusila, pembohongan, dan juga tindakan pencuriankorupsi demi kepentingan dirinya sendiri.
Dorongan keinginan yang diliputi kebencian akan membuat sifat ketidaksenangan atau dendam. Sifat ini akan menyebabkan seseorang tidak
menyukai kesuksesan atau kebahagiaan orang lain, ia memiliki sifat iri hati dan tidak suka terhadap kekayaan orang lain, sehingga ia menginginkan
harta orang lain untuk keperluan hidupnya sendiri, tanpa harus susah payah bekerja mencari nafkah. Kerja keras merupakan beban yang sama sekali tidak
diharapkan. Jadi yang diharapkan adalah hidup seperti orang kaya, tanpa mau bekerja keras.
c. Kebodohan batin Dasar seseorang melakukan korupsi adalah berakar pada kebodohan
batin moha. Ia tidak dapat melihat dengan sebagaimana mestinya. Ia diliputi oleh pandangan keliru, sehingga ia tidak akan menyadari bahwa segala
sesuatu, baik itu materi maupun non-materi adalah tidak kekal atau selalu berubah-ubah anicca.
198 Kelas XII
Semester 1
Jika seseorang memiliki kebodohan batinpandangan keliru, misalnya dalam hal ini ia akan menganggap penyalahgunaan uang bukan miliknya
sebagai suatu perbuatan yang lumrah, umum terjadi di mana-mana, bahkan kalau tidak ikut melakukan penyalahgunaan itu akan dianggap tidak umum,
tidak solider dengan teman, dan akan disingkirkan oleh lingkungan di mana ia berada. Ada yang berpendapat bahwa uang bukan miliknya itu juga merupakan
uang miliknya, sehingga orang menggunakan uang itu seperti miliknya sendiri dengan tanpa perhitungan dan tanpa tanggung jawab pengembaliannya. Sering
kali berpikiran mumpung sedang memegang uang, kapan lagi bisa memegang uang banyak.
Pinjam uang begitu mudah dilakukan tanpa berpikir panjang bagaimana mengembalikannya, apalagi kalau uang pinjaman itu dipergunakan untuk
berfofa-foya. Bukannya bersakit-sakit kerja keras dahulu, bersenang-senang kemudian, tetapi dibalik bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kalau
membayar atau ditagih utang, akhirnya korupsi menjadi jalan pilihan buat bersenang-senang.
Selain bersumber pada diri sendiri, lingkungan juga mempunyai andil yang sangat besar dalam pembentukan karakteristik seorang manusia.
Lingkungan yang buruk banyak yang korupsi akan menarik jatuh seseorang ke jurang kejahatan. Lingkungan buruk yang dimaksudkan di sini terutama
ditekankan pada pergaulan dengan teman-teman yang kurang baik, mungkin saja bisa mempengaruhi seseorang menjadi buruk juga, walaupun pada
akhirnya kembali kepada dirinya sendiri. Biasanya banyak yang terpengaruh oleh lingkungan, jadi berhati-hatilah dan selalu bijaksana.
Dalam kitab Cakkavati Sihanada Sutta di kothbahkan tentang tahapan kemerosotan moral yang berawal dari tidak memberikan dana kepada orang
yang membutuhkan sehingga timbul pencurian yang disertai dengan kekerasan.
Selain itu, hal-hal lain yang dapat menyebabkan timbulnya korupsi. Hal-hal tersebut adalah lemahnya sistem moral pelakunya, tuntutan hidup yang
tidak realistis, adanya peluangkesempatan, lemahnya penegakan hukum, dan lain-lain.
Pendidikan Agama Buddha 199
D. Melawan Perkembangan Korupsi