Instrumen Penelitian Sumber dan Jenis Data Teknik Pengumpulan Data

3. Bapak Aditya Purnomo, S.IP, M.Sc., Staff Seksi kedaruratan dan Operasional Penanganan Bencana BPBD Kabupaten Sleman 4. Bapak Dwi Harjanto, SE, Kepala Seksi Penanganan Pengungsi dan Logistik Bencana BPBD Kabupaten Sleman 5. Bapak Y. Dwi Ari Hariyanto, ST, M.Eng, Kepala Seksi Rekonstruksi BPBD Kabupaten Sleman 6. Bapak Saiful Bachri, ST, M.Eng, kepala Seksi Rehabilitasi BPBD Kabupaten Sleman 7. Bapak Wiyono Suhadi, Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman yang merupakan salah satu Desa Tanggap Bencana Destana 8. Bapak Pairin, Penghuni Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Cangkringan. 9. Bapak Suhadi, Kepala Sekolah SDN Umbulharjo 1, Cangkringan, Sleman yang merupakan salah satu Sekolah Siaga Bencana yang memiliki Sister School

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data tentang manajemen bencana erupsi Gunung Merapi. Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan instrumen tambahan yaitu berupa buku catatan lapangan, perekam suara, pedoman observasi dan pedoman wawancara.

E. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata- kata dan tindakan yang diperoleh melalui wawancara. Peneliti akan menggunakan data primer untuk memperoleh informasi terkait manajemen bencana erupsi Gunung Merapi yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Sleman. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh instansi pemerintah, akademisi, dan pihak lain misalnya dalam bentuk laporan program atau kegiatan, laporan penelitian, dan lainnya seperti dokumentasi yang berupa arsip-arsip. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi data primer yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan kegiatan dan arsip yang dimiliki oleh BPBD Kabupaten Sleman dan Pemerintah Desa Kepuharjo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian, oleh karena itu seorang peneliti dituntut terampil dalam mengumpulkan data yang valid dan benar-benar menjadi data yang jenuh. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti telah berhasil melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya: 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Patton dalam Moleong 2011:187 membagi wawancara ke dalam tiga jenis, yaitu wawancara pembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan wawancara baku terbuka. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap informan. Keluwesan mengadakan pertanyaan mendalam probing terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit tentang manajemen bencana erupsi Gunung Merapi oleh BPBD Kabupaten Sleman. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data langsung dari lapangan sengan mengandalkan pengamatan peneliti. Peneliti akan menggunakan teknik observasi untuk melengkapi data-data yang belum terjaring melalui penggunaan metode wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pemeranserta sebagai pengamat.Peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranana demikian masih membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia. Moleong, 2011:177. Observasi dilakukan dengan mengamati rambu-rambu jalur evakuasi, Early Warning System, kondisi barak pengungsian, hunian tetap korban erupsi Merapi 2010 dan kendaraan operasional penanggulangan bencana yang dimiliki oleh BPBD Kabupaten Sleman. 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini dokumentasi akan digunakan untuk melengkapi data pendukung yang telah diolah. Menurut Moleong 2011:219 dokumen internal dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk didalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Untuk menggali secara lebih mendalam tentang manajemen bencana erupsi Gunung Merapi, maka peneliti menggunakan kedua jenis dokumentasi tersebut. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen rencana kontijensi erupsi Gunung Merapi, Resume Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Laporan Penanganan Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010, Laporan Pengurangan Resiko Bencana, Rencana Kontijensi Penanganan Ternak Untuk Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi, Data Huntap Korban Erupsi Merapi, SOP Barak dan Logistik, Peta Lokasi EWS, Alur Skema Evakuasi, dan Peta Zonasi Ancaman Lahar Dingin, Undang-undang No. 24 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Bencana serta Perda Sleman No. 7 Tahun 2013

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data