2.3 Mekanisme Kerja
Menurut Pinem 2009 cara kerja kontrasepsi suntik secara umum yaitu : a.
Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone LH secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
follicle-stimulating hormone FSH dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH LH Surge. Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.
Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan FSH dan LH. b.
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang
normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari
ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk
memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi. d.
Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap
kecepatan transportasi ovum telur melalui tuba fallopi
2.4 Penggunaan
Menurut Pinem 2009, Cara penggunaan Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam
didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Pemberian kontrasepsi suntik progestin Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap
8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil isopropil alcohol
60-90. Sedangkan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskular. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dan jadwal yang telah ditentukan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
2.5 Keuntungan
Menurut Pinem 2009 keuntungan kontrasepsi suntik sangat efektif dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang. Penggunaan kontrasepsi
ini tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri. Kontrasepsi suntik ini memiliki sedikit kemungkinan untuk menimbulkan penyakit bagi akseptor kb
suntik seperti penyakit jinak payudara, radang panggul, krisis anemia bulan sabit, kanker endometrium dan kehamilan ektopik. Kontrasepsi ini tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Kontrasepsi ini juga tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI dan perempuan yang berusia di atas 35 tahun sampai perimenopause dapat menggunakannya.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerugian
Menurut Pinem 2009 kerugian kontrasepsi suntik yaitu, antara lain : sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi
amenorea tidak datang bulan, perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar, atau tidak
haid sama sekali; Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga; Pada waktu tertentu harus
kembali untuk mendapatkan suntikan; Penambahan berat badan, karena dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun
pertama; Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV; Kemungkinan terlambatnya
pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian; Pada penggunaan jangka panjang terjadi perubahan pada lipid serum, sedikit menurunkan densitas
kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, dan menurunkan libido.
2.7 Efektivitas