Kelaikudaraan dan Pengoperasian serta Keselamatan dan Keamanan

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PILOT KAPTEN TERBANG

DALAM KECELAKAAN PESAWAT UDARA DITINJAU DARI UU NO.1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

A. Kelaikudaraan dan Pengoperasian serta Keselamatan dan Keamanan

Pesawat Udara selama Penerbangan A.1. Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kelaikudaraan adalah terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawat udara dan dalam kondisi aman untuk beroperasi. Kelaikudaraan diatur dalam UU No.1 Tahun 2009 mulai dari Pasal 34 sampai dengan Pasal 40. Sebagai bukti terpenuhinya syarat tersebut maka harus didukung dengan adanya sertifikat kelaikudaraan sebagaimana ketentuan pada Pasal 31 Konvensi Chicago 1944 35 dan Pasal 34 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009. Setiap pesawat udara yang dioperasikan wajib memenuhi standar kelaikudaraan. Bagi setiap pesawat yang telah memenuhi standar kelaikudaraan akan diberikan sertifikat kelaikudaraan setelah lulus pemeriksaan dan pengujian kelaikudaraan. Pengertian sertifikat kalaikudaraan adalah tanda bukti terpenuhinya persyaratan kelaikudaraan sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan sipil. Seperti yang tertulis dalam Pasal 40 UU No.1 Tahun 2009 mengenai tata cara dan prosedur untuk memperoleh sertifikat kelaikudaraan dan pemberian sanksi 35 Pasal 31 konvensi Chicago “Every aircraft engaged in international navigation shall be provided with a certificate of airworthiness issued or rendered valid by the State in which it is registered”. Universitas Sumatera Utara administratif diatur dengan Peraturan Menteri, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 26 Tahun 2009. Sertifikat kelaikudaraan sendiri terbagi atas dua bagian : a. Sertifikat kelaikudaraan standar 36 Sertifikat kelaikudaraan standar diberikan untuk pesawat terbang kategori transport, normal, kegunaan utility, aerobic, komuter, helikopter kategori normal dan transport, serta kapal udara dan balon berpenumpang. Sertifikat kelaikudaraan standar dibagi lagi atas dua bagian, yaitu sertifikat kelaikudaraan standar pertama initial airworthiness certificate yang diberikan untuk penumpang pesawat udara pertama kali dioperasikan oleh setiap orang dan sertifikat kelaikudaraan standar lanjutan cintinous airworthiness certificate yang diberikan untuk pesawat udara setelah sertifikat kelaikudaraan standar pertama dan akan dioperasikan secara terus menerus. b. Sertifikat kelaikudaraan khusus 37 Sertifikat kelaikudaraan khusus diberikan untuk pesawat udara yang penggunaannya khusus secara terbatas restricted, percobaan experimental, dan kegiatan penerbangan yang bersifat khusus 38 . 36 Berdasarkan pasal 36-37 UU no.1 tahun 2009 tentang Penerbangan. 37 Berdasarkan pasal 38 UU no.1 tahun 2009 tentang Penerbangan Universitas Sumatera Utara Dalam penerbangan tidak hanya menyangkut pesawat udaranya saja. Tapi juga awak pesawat. Tidak semua orang mampu dan bias dengan baik mengoperasikan pesawat udara dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan penerbangan. Maka dari itu setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara untuk kegiatan angkutan udara wajib memiliki sertifikat. Sertifikat yang diberikan terdiri dari dua bagian yaitu : a. Sertifikat operator pesawat udara air operator certificate yang diberikan kepada badan hukum Indonesia yang mengoperasikan pesawat udara sipil untuk angkutan udara niaga. b. Sertifikat pengoperasian pesawat udara operating certificate yang diberikan kepada orang atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan pesawat udara sipil untuk angkutan udara bukan niaga. Sertifikat diberikan setelah orang tersebut lulus pemeriksaan dan pengujian serta mendemonstrasikan kemampuan mengoperasikan pesawat udara. Untuk mendapatkan sertifikat operator pesawat udara air operator certificate dan 38 Penggunaan pesawat udara secara terbatas adalah penggunaan dan pengoperasian pesawat udara secara terbatas untuk tujuan khusus antara lain pertanian, konservasi hutan, pemetaan patroli, pemantauan cuaca, hujan buatan, dan periklanan. Penggunaan pesawat udara untuk percobaan adalah penggunaan dan pengoperasian pesawat udara untuk tujuan: 1 penelitian dan pengembangan research development; 2 pembuktian kesesuaian dengan peraturan- peraturan showing compliance with regulations; 3 pelatihan awak pesawat crew training; 4 pameran exhibition; 5 perlombaan balap udara air racing; 6 survei pasar market surveys; dan 7 kegemaranhobi kedirgantaraan. Penggunaan pesawat udara untuk kegiatan penerbangan yang bersifat khusus adalah izin terbang khusus yang diterbitkan untuk pengoperasian pesawat udara untuk keperluan: 1 perbaikan atau perawatan; 2 pengiriman atau ekspor pesawat udara; 3 uji terbang produksi production flight test; 4 evakuasi pesawat dari daerah berbahaya; atau 5 demonstrasi terbang Universitas Sumatera Utara sertifikat pengoperasian pesawat udara operating certificate ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi terlebih dahullu oleh pemohon, hal tersebut tercantum dalam Pasal 42 dan 43 UU No.1 Tahun 2009. A.2. Keselamatan dan Keamanan Pesawat Udara Keamanan dan keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah tergantung pula pada keamanan dari bandar udara yang memberangkatkan pesawat tersebut. Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hukum baik saat pesawat di darat maupun di udara. Juga instalasi - instalasi pendukung lainnya di sebuah bandar udara. Dengan menimbang berbagai alasan tersebut,maka organisasi penerbangan dunia yang termasuk di dalam PBB yang di sebut ICAO mengeluarkan beberapa aturan untuk menjaga keamanan serta keselamatan sebuah penerbangan juga bandar udara sipil dari tindakan melawan hukum. Pada pembentukan dari ICAO tersebut pada tahun 1944 di Chicago lahir beberapa lampiran Annex dari Annex 1 sd Annex 18. Dimana keamanan sendiri diatur dalam Annex 17 dan Annex 18. Annex 17 mengatur tentang tata cara pengamanan penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum. Dan Annex 18 sendiri mengatur tata cara pengangkutan bahan danatau barang berbahaya yang diangkut menggunakan pesawat udara sipil. Di Indonesia sendiri diatur dalam UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Pasal 1 ayat 48 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 mengartikan keselamatan penerbangan aviation safety sebagai “suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat Universitas Sumatera Utara udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi, penerbangan serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya”. Pasal 1 angka 49 mengatur pengertian keselamatan penerbangan aviation security. Menurut pasal tersebut keamanan penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melaui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas dan prosedur. Keselamatan dan keamanan dalam pesawat udara selama penerbangan diatur dalam Pasal 52 sampai 57 UU No.1 Tahun 2009, yang memuat mengenai larangan bagi setiap orang yang tidak memiliki sertifikat untuk mengoperasikan pesawat udara dan hal-hal lain yang dilarang untuk dilakukan selama penerbangan yang akan membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.

B. Perbuatan Pilot Kapten Terbang yang termasuk Tindak Pidana

Dokumen yang terkait

Pertanggung Jawaban Penghasut Untuk Melakukan Unjuk Rasa Yang Berakibat Anarkhis

1 44 88

Analisis Yuridis Atas Pertanggung Jawaban Notaris Terhadap Akta Fidusia Yang Dibuat Setelah Terbit PERMENKUMHAM Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Fidusia Elektronik

9 172 181

Pertanggung Jawaban atas Pemblokiran Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013)

4 75 94

Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

1 66 78

Pertanggungjawaban Pidana Pengatur Lalu Lintas Udara Sipil Atas Kecelakaan Pesawat Terbang Dalam Perspektif Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbanga

1 51 81

Pertanggung jawaban Pidana Oleh Pengurus Yayasan Terhadap Penyalahgunaan Dana/Kekayaan Yayasan

0 35 5

ASURANSI AWAK PESAWAT UDARA ATAS TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT.

0 3 12

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KAPTEN PENERBANG (PILOT) DALAM KECELAKAAN PESAWAT UDARA AKIBAT KELALAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN JASA PERAWATAN PESAWAT TERBANG DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 1 1

PERTANGGUNG JAWABAN TERBATAS PERUSAHAAN ANGKUTAN BERMOTOR UMUM TERHADAP PENGEMUDI YANG MENGALAMI KECELAKAAN LALU LBVTAS JALAN PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTA.

0 0 7