PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, MINAT MEMBACA, DAN BUDAYA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI DIY)
THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, INTEREST IN READING, AND CULTURE TO THE LEVEL OF UNDERSTANDING
OF ACCOUNTING WITH CONFIDENCE AS MODERATED VARIABLE
(Empirical Study On Higher Education in Accounting Students DIY )
Oleh
Hagni Heksa Pratiwi 20120420355
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
(2)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2015. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk mempunyai pemahaman akuntansi yang tinggi agar dapat bersaing dengan pekerja-pekerja dari luar negeri. Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan pemahaman akuntansi yang tinggi adalah sikap dan mental serta kemampuan membaca diri sendiri dalam kaitannya aspek psikologi personal mahasiswa dalam mengembangkan pribadinya dan pengertian tersebut sering diistilahkan dengan Emotional Quotient (EQ).
Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya terhambat
(3)
atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka (Aziza, 2006).
Goleman (2003) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja,selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja.
Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya dan memotivasi dirinya. Motivasi diri sangat diperlukan untuk meningkatkan rasa percaya diri, karena berkat motivasi kita yakin mampu memahami akuntansi. Kepercayaan diri merupakan faktor yang sangat penting bagi mahasiswa, karena sikap percaya diri akan membuat mahasiswa lebih punya kesiapan mental untuk belajar, lebih punya dorongan yang kuat untuk belajar dan lebih mampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi, kemampuan ini mendukung mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Selain kecerdasan emosional (EQ), perilaku belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Kebiasaan atau perilaku belajar seperti minat membaca. Roestiah (dalam Hanifah dan Syukriy, 2001) bependapat bahwa, belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan waktu yang baik
(4)
dalam mengikuti perkuliahan, membaca hasil perkuliahan, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar belajar.
Membaca merupakan sebuah kewajiban pada kegiatan belajar terutama diperguruan tinggi. Minat membaca bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman akan suatu disiplin ilmu, dan menjadi sarana untuk meningkatkan rasa percaya diri, karena dengan membaca mahasiswa akan dapat mengerti banyak hal. Dengan mengerti berbagai hal, maka mahasiswa jauh lebih mudah untuk memiliki rasa percaya diri. Selain itu membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri mahasiswa terhadap kemampuan akademik yang dimilikinya kurangnya minat membaca akan menimbulkan rasa kurang percaya diri pada mahasiswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan (Aditya, 2010).
Dalam Framework of Development of Accounting Education Research
yang dikeluarakan oleh the American Accountin Association (AAA) yang menyatakan adanya kebutuhan riset khusus dalam pendidikan akuntansi mengenai pengaruh demografi terhadap prestasi akademik mahasiswa. Oleh karena itu, lingkup demografi pun diempiriskan sesuai dasar penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa ternyata faktor budaya merupakan salah satu dimensi dari demografi mampu mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi yang menyatakan bahwa ada banyak perbedaan mengenai budaya
(5)
dalam berperilaku, kebiasaan-kebiasaan berlaku, cara berpikir, memahami, dan berperilaku budaya.
Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dapat dilihat dari seberapa mengerti mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari atau di dapat dikampus dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah akuntansi. dipilihnya pemahaman akuntansi adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang dasar akuntansi. Pengetahuan tentang dasar akuntansi merupakan suatu kunci utama untuk menghasilkan laporan keuangan (Mawardi, 2011).
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang sudah dilakukan Kmang Nova Ariantini, dkk (2014) yang meneliti pengaruh kecerdasan emosional dan minat membaca terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan kepercayaan diri sebagai variabel pemoderasi. Alasan peneliti mereplikasi penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penelitian yang pernah dilakukan dahulu dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menambahkan variabel independen yaitu budaya. Budaya yang didalamnya mengandung cara hidup yang meliputi cara berpikir, bertindak setiap individu dalam suatu komunitas tertentu sehingga membedakan komunitas yang satu dengan yang lainnya (Septian dan Edy, 2011).
Mengacu pada penjelasan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini pun dimaksudkan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional, minat membaca, dan budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi serta pengaruh
(6)
kepercayaan diri sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan kecerdasan emosional, minat membaca dan budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah Kecerdasan Emosional berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi?
2. Apakah Minat Baca berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi?
3. Apakah Budaya berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi?
4. Apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang menguatkan hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
5. Apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan Minat Membaca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
6. Apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
(7)
C. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh positif signifikan antara kecerdasan emosionalsecara signifikan dengan tingkat pemahaman akuntansi.
2. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh positif signifikan antara minat membaca secara signifikan dengan tingkat pemahaman akuntansi.
3. Ingin mengetahui apakah ada pengaruh positif signifikan antara budaya secara signifikan dengan tingkat pemahaman akuntansi.
4. Ingin mengetahui apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang menguatkan hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
5. Ingin mengetahui apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan Minat Membaca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
6. Ingin mengetahui apakah Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
(8)
D. Manfaat penelitian 1. Bidang Praktik
Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi seperti: kecerdasan emosional, perilaku pelajar, budaya, minat baca, kepercayaan diri.Untuk meningkatkan bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa bisa diubah ke arah yang lebih baik.
2. Bidang Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk menyusun dan menyempurnakan sistem yang diterapkan dalam jurusan atau program studi akuntansi tersebut dalam rangka menciptakan seorang akuntan yang berkualitas. Bagi Mahasiswa penelitian ini memberikan masukan dalam rangka mengembangkan kecerdasan emosional dan kepercayaan diri untuk memperoleh pemahaman akuntansi yang baik dan sempurna.
(9)
8
A. Landasan Teori
1. Theory of Reasoned Action (Teori Niat untuk Berperilaku)
Theory of Reasoned Action (Teori Niat untuk Berperilaku) dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) yang menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu mempunyai niat untuk melakukannya dan terkait pada kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri (volitional). Perilaku volitional didasarkan asumsi, pertama, manusia melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal. Kedua, manusia mempertimbangkan semua informasi. Ketiga, secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Teori niat untuk berperilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975) hanya mendasarkan dan menyatakan niat berperilaku dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sikap berperilaku dan norma subyektif. Sehingga masih terbuka luas untuk konstruksi pengembangan perilaku khusus. Perilaku individu secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh variabel eksternal yang kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan saat menentukan perilaku. Variabel eksternal tersebut adalah demografi, karakteristik personalitas, keyakinan mengenai obyek, sikap terhadap obyek, karakteristik tugas, dan situasional. Sehingga niat untuk berperilaku seorang individu akan direspon ketika faktor-faktor dikeadaan sekitarnya terefleksi untuk mengambil tindakan individu.
(10)
TRA dikembangkan untuk menguji hubungan antara sikap dan perilaku. Ada dua konsep utama dalam TRA : “prinsip-prinsip kompatibilitas” dan konsep “niat perilaku”. Prinsip-prinsip kompatibilitas menentukan bahwa untuk memprediksi perilaku tertentu diarahkan ketarget tertentu dalam konteks tertentu dan waktu, sikap tertentu yang sesuai dengan target tertentu, waktu dan konteks harus dinilai. Konsep niat perilaku menyatakan bahwa motivasi individu untuk terlibat dalam perilaku yang didefinisikan oleh sikap-sikap yang mempengaruhi perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Niat perilaku menunjukkan berapa banyak usaha seorang individu ingin berkomitmen untuk melakukan perilaku tersebut. Komitmen yang lebih tinggi lebih berarti memungkinkan perilaku yang akan dilakukan.
2. Teori Motivasi
Teori motivasi yang banyak dikemukakan oleh para ahli terbentuk dari definisi motivasi yaitu “kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)”. Unsur intrinsik dan ekstrinsik yang mendasari motivasi inilah, melahirkan teori-teori motivasi menurut para ahli berikut ini :
(11)
1. Teori Motivasi Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham H. Maslow mengemukan pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan yaitu meliputi :
a. Kebutuhan fisiologika (physiological needs). Contohnya rasa lapar, haus, dan istirahat.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Meliputi keamanan fisik, mental, psikologikal dan intelektual.
c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs). Meningkatkan kasih sayang keluarga.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Menggambarkan status sosial seseorang.
e. Aktualisasi diri (selft actualization). Memiliki kesempatan bagi seseorang, untuk dapat mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya untuk mengubahnya menjadi kemampuan nyata. 2. Teori Motivasi Vroom (Teori Harapan)
Dalam buku karangannya yang berjudul “Work And Motivation” membahas motivasi dari “Teori Harapan” adalah sebagai akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya tidak akan mengarah kepada hasil yang diinginkan itu.
Bisa dijelaskan mengenai teori harapan, berarti berkata jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka akan membuatnya sangat terdorong
(12)
untuk memperoleh hal yang diinginkannya tersebut. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
3. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke memberikan pendapat bahwa pada penetapan tujuan mempunyai empat jenis mekanisme motivasional yang meliputi : a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
b. Tujuan-tujuan mengatur upaya
c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
3. Kecerdasan Emosional
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan emosi sebagai luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologi dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan. Goleman (2003) dalam menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkain kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi.
Menurut Peter Salovey dan Jack Mayer dalam Anggun (2010) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk
(13)
mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Menurut Wibowo (2002) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif.Kecerdasan emosional dapat membantumembangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.Sedangkan menurut Goleman (2000) kecerdasanemosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumberenergi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Kecerdasan emosi merupakan dasar untuk mengembangkan kecakapan emosi yang dipelajari berdasarkan kecerdasan emosi tersebut. Kecerdasan emosional menunjang potensi individu guna mengkaji ketrampilan-ketrampilan praktis dengan berdasar pada lima unsur, sedangkan kecakapan emosi mencerminkan banyaknya potensi yang dimiliki oleh individu dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Tingginya kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang, bukan merupakan suatu jaminan seseorang tersebut memiliki kecakapan emosi yang tinggi (Goleman, 2000).
Pengertian lain dari kecerdasan emosional juga Trisniwati dan Suryaningsum (2003) yang mendefinisikan bawa “Kecerdasan emosional
(14)
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi”. Kecerdasan emosi membutuhkan kepekaan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain serta meresponnya dengan tepat, untuk kemudian diaplikasikan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
4. Minat Baca
Slameto (2001) menyatakan bahwa “Minat adalah suatu rasa dan suatu ketertarikan pada sesuatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh dan timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengetahuan dan kebiasaan”. Minat juga diartikan sebagai “Kondisi yang terjadi disertai perasaan senang dihubungkan dengan kebutuhan atau keinginannya sendiri”. Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku (Mahmud, 2008).
Menurut Sandjaja (2009) minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendala seseorang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkannya untuk membaca dengan kemampuannya sendiri.
(15)
5. Budaya
Budaya dapat didefinisikan sebagai "pemrograman kolektif dari pikiran yang membedakan anggota satu kelompok manusia dari yang lain (Hofstede, 1980). Setiap kelompok manusia memiliki norma-normanya sendiri, yang terdiri dari karakteristik umum, seperti sistem nilai yang diadopsi oleh mayoritas konstituen. Nilai ditentukan oleh Hofstede (1980) sebagai kecenderungan yang luas untuk memilih negara tertentu urusan atas orang lain. Budaya diartikan sebagai pengetahuan yang didapat yang digunakan oleh mahasiswa untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan perilaku sosial.
6. Kepercayaan diri
Goleman (2003) bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri atau kemampuan yang dapat memperkuat atau melemahkan seorang mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman akuntansinya dan mencapai tujuan dan cita-citanya. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.
Menurut Lauster (2003), kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif. Ini umumnya dapat
(16)
menjurus pada usaha tak kenal lelah. Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan dari pada teman.
Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya diri, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka.
Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai keterampilan sosial. Orang yang memiliki rasa percaya diri umumnya memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau keterampilan baru.
7. Tingkat Pemahaman Akuntansi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “paham” memiliki arti pandai atau mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang
(17)
memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi.
Tingkat pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana kemampuan untuk memahami akuntansi baik sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai proses atau praktik. Pengusaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru/dosen. Nilai yang diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda, sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam mempelajari mata kuliah dan sekaligus alat evaluasi keberhasilan mata kuliah dan sekaligus sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri (Muliono dalam Mawardi 2011).
Menurut Budhiyanto dan paskah (2004), tingkat pemahaman akuntansi merupakan “Seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah-mata kuliah akuntansi”. Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditunjukkan dari nilai-nilai yang di dapatkannya dalam mata kuliah, tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait. Mahasiswa dapat dikatakan menguasai atau memahami akuntansi apabila ilmu akuntansi yang sudah di perolehnya selama ini dapat diterapkan dalam kehidupannya bermasyarakat atau dengan kata lain dapat dipraktekkan didunia kerja. Pendidikan akuntansi setidaknya harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk memulai dan mengembangkan keanekaragaman karir profesional dalam bidang Akuntansi.
(18)
B. Penelitian terdahulu
Dwijayanti (2009) mencoba meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosionl, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi.Metode yang digunakan dalam pegambilan data adalah metode convenience sampling, dengan kriteria mahasiswa program strata satu (S1) yang sedang menyusun skripsi karena dianggap telah menerima manfaat dari pengajaran akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sedangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahamanakuntansi.
Napitupulu (2009) menguji pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalterhadap tingkat pemahaman pelajaran akuntansi.Data diperoleh dengan metode survei dengan menyebarkan kuisioner kepada siswa-siswa kelas tiga Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen untuk jurusan Akuntansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa data sudah terdistribusi dengan normal, tidak terjadi multikolinearitas, bebas dari heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi.Dari hasil analisis diketahui bahwa secara simultan kecerdasan intelektual dankecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi, sedangkan secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Suryaningrum, dkk (2004) meneliti pengaruh pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional. Penelitian tersebut menemukan
(19)
bahwa perbedaan usia, perbedaan pengalaman berorganisasi, perbedaan pengalaman kerja serta perbedaan pengalaman dalam menjalani hidup amat menentukan perbedaan perkembangan kecerdasan emosional seseorang.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kecerdasaan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi
Menurut Paton (2000), dasar kecerdasan emosional adalah memiliki kesadaran untuk mempertahankan harga diri dan citra diri. Dua hal ini mempengaruhi bagaimana kita merasa dan bertindak, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam karir. Mereka yang tidak sadar akan kemampuan-kemampuannya atau yang mempunyai pikiran sesat terhadap dirinya sendiri, biasanya hidap dalam kehampaan atau kekosongan.
Harga diri yang positif adalah suatu kualitas yang menggaris bawahi pengembangan batiniah yang dapat menghantarkan kita menuju penghargaan diri dan kesuksesan pribadi. Harga diri adalah penghargaan terhadap keunikan penampilan fisik, kemampuan-kemampuan intelektual , kecakapan-kecakapan pribadi, dan kepribadian. Sedangkan citra diri adalah refleksi apa yang kita lihat dalam diri sendiri.
Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah penggunaan emosi secara cerdas, dengan maksud membuat emosi tersebut bermanfaat dengan menggunakannya sebagai pemandu perilaku dan pemikiran kita sedemikian rupa sehingga hasil kita meningkat.
(20)
Kecerdasan emosional digunakan untuk kepentingan interpersonal (membantu diri kita sendiri) dan juga interpersonal (membantu orang lain). Menurut Goleman (2000) bahwa Kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami secara efektif dalam penerapan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.Dengan kemampuan tersebut maka mahasiswa akan mampu mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan bersosialisasi dengan didasarkan kemampuan mahasiswa itu sendiri untuk meningkatkan kualitas pemahaman mereka tentang akuntansi. Kemampuan ini mendukung mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional memiliki peran lebih dari 80% dalam mencapai kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan professional. Menurut Suwardjono (1999), Untuk menjadi seorang lulusan akuntansi yang berkualitas diperlukan waktu yang panjang dan usaha yang keras serta dukungan dari pihak lain yang akan mempengaruhi pengalaman hidup lulusan tersebut tentunya kita juga jangan melupakan bahwa pengukuran prestasi akademik juga sama pentingnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai mahasiswa dalam belajar.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisniwati dan Suryaningsum (2003), telah melakukan penelitian tentang pengaruh
(21)
kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di STIE YKPN, Universitas Pembangunan Nasional, dan Universitas Islam Indonesia. Hasil pengujian Trisniwati dan Suryaningsum (2003) menunjukkan Kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Sedangkan dalam penelitian Dwijayanti (2009), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan sampel mahasiswa akuntansi pada beberapa Universitas di Wilayah Jakarta Selatan dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian Dwijayanti (2009) menunjukkan Kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Hasil penelitian Hariyoga dan Suprianto (2011) juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Mahasiswa yang memiliki ketrampilan emosi yang baik akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk terus belajar. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki ketrampilan emosi yang kurang baik, akan kurang memiliki motivasi untuk belajar sehingga dapat merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas individu tersebut sebagai mahasiswa. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
(22)
H1:Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
2. Pengaruh Minat Baca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Menurut Suwardjono (2004) menyatakan terdapat aspek dalam belajar diperguruan tinggi, yakni : makna kuliah, pengalaman belajar atau nilai, konsepsi dosen, kemandirian dalam belajar, konsep memiliki buku, dan kemampuan berbahasa. Dalam semua aspek ini, pengukuran prestasi akademik merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai mahasiswa dalam belajar. Ini sesuai dengan pendapat Septian dan Edy (2011) yang mengartikan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang tercapai.
Minat menurut Winkel (1996) adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untukmerasa tertarik pada bidang atauhal tertentu atau merasa senangberkecimpung dalam bidang itu. Minat ini eratkaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakanminat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang kepada sesuatuitu. Minat akan hilang apabila tidakdisalurkan. Minat dipengaruhi oleh perkembangan fisik, mental, kesiapan belajar, pengalaman budaya serta bobot emosi. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukansaja dapat mewarnai perilaku seseorang, tetapi dapat mendorong orang
(23)
untukmelakukan sesuatu, sehingga ia merelakan dirinya untuk terikat pada suatukegiatan.
Menurut Sandjaja (2009) minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendala seseorang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkannya untuk membaca dengan kemampuannya sendiri. Mahasiswa yang senang akan membacabuku-buku teks kuliah maka ia akan mudah mendapatkan gambaran materi kuliah. Membaca buku merupakan salah satu aktivitas belajar yang efektif untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan membaca mahasiswa ataupun dosen dapat memperoleh pengetahuan dengan cepat danmudah karena tinggal memilih buku yang akan dibaca, membukanya dan mulai membaca kata - perkata.
Kenyataannya saat ini muncul permasalahan dimana minat mahasiswa dalam membaca sangat rendah. Dalam sebuah situs internet, dinyatakan bahwa tingkat baca mahasiswa di Indonesia sangatlah rendah, hal ini di tunjukan dengan jumlah penganguran sarjana (S1) yang cukup tinggi. Menurut Benny Setiawan (2008) kemungkinan pengangguran tersebut dikarenakan sewaktu mahasiswa meraka malas membaca.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Komang dan Edy, 2014), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Membaca terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi pada mahasiswa akuntansi universitas di Bali. Hasil pengujian (Komang dan Edy, 2014)
(24)
menunjukkan Minat Membaca berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Hasil Penelitian Prenichawati Ishak (2010) juga menunjukkan bahwa Minat Belajar berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Berbeda dengan hasil penelitian Fauziah Iin (2010), telah melakukan penelitian tentang pengaruh minat membaca terhadap prestasi akademik pada mahasiswa STAIN Ponorogo. Hasil penelitian Fauziah Iin (2010) menunjukkan minat membaca tidak berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa. Jadi, jika mahasiswa senang akan membaca materi kuliah, mahasiswa akan lebih cepat paham mengenai akuntansi. Dan sebaliknya jika mahasiswa kurang begitu suka membaca, mahasiswa kesulitan dalam memahami akuntansi. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H2: Minat baca berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
3. Pengaruh Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
Berbicara budaya adalah berbicara pada ranah sosial sekaligus ranah individual. Dari kehidupan bersama selanjutnya diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai pada kepercayaan-kepercayaan transedental yang kesemuanya berpengaruh sekaligus menjadi rerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan bersama (Tri dan Salis, 2003).
(25)
Setiap kelompok manusia memiliki norma-normanya sendiri, yang terdiri dari karakteristik umum, seperti sistem nilai yang diadopsi oleh mayoritas konstituen. Nilai ditentukan oleh Hofstede (1980) sebagai kecenderungan yang luas untuk memilih negara tertentu urusan atas orang lain.
Universitas dengan predikat unggulan menjadi pilihan mahasiswa perantauan yang tidak hanya berasal dari luar kota atau daerah, bahkan sampai tingkat antar-pulau
.
Latar belakang budaya yang berbeda jelas menjadikan mahasiswa sebagai kaum minoritas di dalam kandang budaya lokal yang berkembang di lingkungan kampus, terutama budaya lokal Jawa. Gray berpendapat bahwa berbagi nilai-nilai budaya dalam nilai-nilai akuntansi bersama, yang pada gilirannya mempengaruhi sifat bangsa akuntansi yang sistem (Doupnik & Tsakumis, 2004).Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Widyawati Putri dkk, 2014), telah melakukan penelitian tentang pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi pada mahasiswa akuntansi diperguruan tinggi Unika Widya Mandala Madiun dan Universitas Merdeka Madiun. Hasil pengujian (Widyawati Putri dkk, 2014) menunjukkan Budaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Sedangkan dalam penelitian Wardhani Inda (2012), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan
(26)
Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi dengan sampel mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammdyah Surakarta dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian Wardhani Inda (2012) menunjukkan. Budaya berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Semakin tinggi budaya mahasiswa seperti : kebiasaan belajar kelompok bersama, disiplin dalam mengerjakan sesuatu maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman akuntansinya. Dan sebaliknya jika mahasiswa memiliki budaya yang jelek, seperti malas maka tingkat pemahaman akuntansinya rendah. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H3 :Budaya berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
4. Pengaruh Kecerdasaan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional dalam penelitian ini dan untuk memastikan seberapa penuh kah rasa percaya diri seorang mahasiswa terhadap kemampuannya mengenai pemahaman akuntansi. Dalam penelitian ini pun, peneliti memilih kepercayaan diri sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional karena merujuk pada penelitian sebelumnya, menurut Goleman (2003) bahwa kepercayaan diri adalah kesadaran yang
(27)
kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri atau kemampuan yang dapat memperkuat atau melemahkan seorang mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman akuntansinya dan mencapai tujuan dan cita-citanya.
Menurut Gea, dkk (2002) menyatakan ada beberapa cara untuk mengembangkan kekuatan dan kelemahan dalam pengenalan diri yaitu intropeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayan diri, mengenal dan mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh teladan, dan berfikir positif dan optimis tentang diri sendiri. Dari beberapa cara untuk mengembangkan pengenalan diri diatas dapat diketahui bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi bagaimana mahasiswa mengenal dirinya. Kepercayaan diri mahasiswa akan mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan dirinya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri kuat maka akan lebih percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri, dan mampu mengendalikan segala emosinya sehingga dalam memahami suatu pelajaran akan lebih terfokus dan mampu mengendalikan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang membawa manfaat baginya dan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk lebih memahami suatu pelajaran.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hariyoga dan Suprianto (2011), telah melakukan penelitian tentang pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel
(28)
moderasi pada mahasiswa akuntansi diperguruan tinggi swasta di Semarang yaitu Unndip, Unnes, dan Unissula. Hasil Hariyoga dan Suprianto (2011), menunjukkan Kepercayaan Diri tidak memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
Sedangkan dalam penelitian (Nida Khofian, 2012), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelektual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi dengan sampel mahasiswa akuntansi di Universitas Muria Kudus. Hasil pengujian (Nida Khofian, 2012), menunjukkan. Kepercayaan Diri memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Semakin tinggi kecerdasan emosional dan kepercayaan diri mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman akuntansi. Dimana kepercayaan diri mahasiswa mempengaruhi lima dimensi kecerdasan emosional seseorang, yaitu motivasi, empati, kesadaran diri, pengaturan diri dan keterampilan sosial dalam peningkatan kualitas tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H4: Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
(29)
5. Pengaruh Minat Membaca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi
Menurut Sandjaja (2009) minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendala seseorang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkannya untuk membaca dengan kemampuannya sendiri. Minat membaca juga besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca, apalagi dalam kaitanya dengan mata kuliah akuntansi.
Menurut Slameto (2010) mengatakan bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah minat. Sementara itu menurut Listariono (2009) mengatakan bahwa, semakin tinggi minat baca pada diri seseorang semakin tinggi pula hasil belajar yang diterimanya, sehingga diharapkan mencapai tujuan yang optimal.
Minat membaca juga besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca, apalagi dalam kaitanya dengan mata kuliah akuntansi. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikir positif dan dapat menerimanya.
(30)
Hasil penelitian (Komang dan Edy, 2012), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Membaca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi dengan sampel mahasiswa akuntansi di Universitas di Bali. Hasil pengujian (Komang dan Edy, 2012) menunjukkan Kepercayaan Diri memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Sifat lain yang dapat mendukung mahasiswa dalam memahami akuntansi lebih mudah yaitu dengan dimilikinya sikap kepercayaan diri, dengan kepercayaan diri yang tinggi mahasiswa akan mampu mengungkapkan pendapatnya, serta tidak akan malu untuk bertanya bila ada pelajaran yang tidak dimengerti. Mahasiswa yang mempunyai minat membaca yang tinggi dan kepercayaan diri tinggi dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan meraih prestasi. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H5 : Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Minat Membaca terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
(31)
6. Pengaruh Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi
Individu membawa budaya asal untuk bekerja yang mencerminkan berlangsung tertentu sejarah mereka dalam variabel- konteks budaya, seperti budaya nasional (Brannen, 1994). Penelitian menyebutkan bahwa budaya nasional menjelaskan 25 dan 50 persen antara variasi dalam sikap (Gannon dkk, 1994) dan juga terkait dengan perilaku sosial seperti agresi, resolusi konflik, jarak sosial, membantu, dominasi, kesesuaian, dan ketaatan (Triandis, 1994) serta mengambil suatu keputusan, memahami suatu tingkatan dan kepemimpinan perilaku (Hofstede, 1980)
Menurut Belkaouli (2002) kebudayaan pada hakikatnya menentukkan proses dalam pertimbangan/keputusan dalam akuntansi. Ia juga menyebutkan bahwa kebudayaan, dikaitkan dengan akuntansi karena dapat dipandang sebagai perantara/median.
Dalam istilah kognitif, mental budaya internasional dipandang sebagai satu set makna bersama ditularkan oleh seperangkat program mental yang kontrol tanggapan dalam konteks tertentu (Hofstede, 2001). Dasar dari pendekatan kognitif budaya adalah bahwa kerangka proses diakuisisi pada satu budaya bertahan dan mempengaruhi perilaku bahkan mengubah keadaan kontekstual pribadi seseorang seperti keyakinan atau kepercayaan diri individu yang mampu memperkuat atau melemahkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau memahami suatu konsep.
(32)
Menurut Yeni (2008) kepercayaan diri adalah perasaaan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga individu dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan tindakak-tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan begitu maka individupun yakin akan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya sendiri, misalnya kebiasaan belajar yang dibawa dari asal tempat tinggalnya adalah suatu kebiasaan yang baik karena pola pikir yang tertanam didalam dirinya dan sudah merasa nyaman dengan kebiasaanya sendiri dapat mempermudahnya dalam memahamami suatu pelajaran.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Hariyoga dan Suprianto, 2011), telah melakukan penelitian tentang pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi pada mahasiswa akuntansi tinggi swasta di Semarang yaitu Unndip, Unnes, dan Unissula. Hasil pengujian (Septian dan Hariyoga, 2011) menunjukkan Budaya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Sedangkan dalam penelitian Wardhani Inda (2012), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi dengan Kepercayaan Diri sebagai variabel moderasi dengan sampel mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammdyah Surakarta dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil pengujin Wardhani Inda (2012)
(33)
menunjukkan. Budaya berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya sendiri, misalnya kebiasaan belajar yang dibawa dari asal tempat tinggalnya adalah suatu kebiasaan yang baik karena pola pikir yang tertanam didalam dirinya dan sudah merasa nyaman dengan Kepercayaan Diri dapat mempermudahnya dalam memahamami suatu pelajaran. Dengan demikian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H6: Kepercayaan Diri Mahasiswa Akuntansi memiliki pengaruh positif signifikan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan Budaya terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi.
D. Model Penelitian
Gambar 2.1
Kepercayaan Diri
Kepercayaan Diri
Kepercayaan Diri Kecerdasan Emosional (X1)
Budaya (X3)
Minat Baca (X2) Variabel Dependen:Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y)
Variabel
Dependen:Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y)
Variabel
Dependen:Tingkat Pemahaman
(34)
33 A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah suatu objek yang diteliti dan dianalisis.Objeknya adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dan dimoderasi tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di DIY (UMY, UGM, UII, AA YKPN dan STIE YKPN).
B. Jenis Data
Jenis data menggunakan data primer dengan menggunakan kuisioner berupa pertanyaan tentang keterkaitan dengan tingkat pemahaman akuntansi. C. Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2002) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh mahasiswa akuntansi di DIY (UMY, UGM, UII, AA YKPN, dan STIE YKPN).
D. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah 250 responden aktif jurusan akuntansi di DIY (UMY, UGM, UII, AA YKPN, dan STIE YKPN). Dengan kuisioner yang kembali 210, yang tidak kembali 40, yang tidak dapat dianalisis 10, dan yang dapat dianalisis 200 kuisioner.
(35)
E. Teknik Sampling
Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel purposive sampling.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dari penelitian ini adalah data primer.Untuk teknik pengumpulan data menggunakan jawaban dari kuisioner yang diberikan kepada setiap responden berdasarkan sampel yang ditentukan. Dalam hal ini, kriteria bagi mahasiswa adalah mahasiswa jurusan akuntansi semester 5-7. G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen.
Variabel independen (variabel X1) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional, Minat Membaca, dan Budaya.
a. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pikiran dan perasaan untuk mengendalikan, memahami, dan menerapkan emosi sesuai dengan keinginan yang menjadikan seseorang pintar dalam mengelola emosi sehingga dapat berpengaruh terhadap diri sendiri maupun orang lain. Item pertanyaan ini merupakan replika dari Widyawati Putri (2014). Terdapat beberapa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat kepentingan dengan kriteria 1
(36)
= sangat tidak setuju (STS) yang berarti kecerdasan emosional kurang penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti kecerdasan emosional penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa.
b. Minat Membaca
Minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam seseorang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkannya untuk membaca dengan kemampuan sendiri. Item pertanyaan ini merupakan replika dari Widyawati Putri (2014). Terdapat beberapa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur minat membaca terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat kepentingan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti Minat Membaca kurang penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti minat membaca penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa.
c. Budaya
Berbicara budaya dalah berbicara pada ranah sosial sekaligus ranah individual. Dari kehidupan bersama selanjutnya diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, hingga kadang sampai kepercayaan-kepercayaan transedental yang kesemuanya berpengaruh sekaligus menjadi rerangka perilaku dari
(37)
individu-individu yang masuk dalam kehidupan bersama (Tri dan Salis, 2003). Item pertanyaan ini merupakan replika dari Widyawati Putri (2014). Terdapat beberapa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan menggunakan skala dummy, yaitu 1 untuk budaya jawa, dan 0 untuk budaya luar jawa.
2. Variabel Moderasi
Variabel moderasi adalah variabel yang mempengaruhi (baik memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel independen ke dependen). Variabel dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Melady dan Aziza, 2006). Item pertanyaan ini merupakan replika dari Widyawati putri (2014). Terdapat beberapa item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kepercayaan diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat kepentingan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti kepercayaan diri kurang penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti kepercayaan diri penting untuk tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa.
(38)
3. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel Y) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dalampenelitian ini adalah tingkat pemahaman akuntansi. Pemahaman akuntansi yaitu merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Untuk mengukur tingkat pemahaman akuntansi menggunakan rata-rata nilai mata kuliah yang berkaitan dengan akuntansi yaitu pengantar akuntansi 1, pengantar akuntansi 2, akuntansi keuangan menengah 1, akuntansi keuangan menengah 2, akuntansi keuangan lanjutan 1, akuntansi keuangan lanjutan 2 auditing 1, auditing 2, dan teori akuntansi. Dengan menggunakan skala likert 1/E sampai 5/A. Skala likert 1 = E menyatakan nilai mata kuliah dengan kriteria = sangat tidak baik (STB) dan 5 = A = sangat baik (SB) yang berarti rata-rata nilai kuliah yang berkaitan dengan akuntansi yang diperoleh mahasiswa baik.
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum, dan standar deviasi. Gambaran data tersebut menghasilkan informasi yang jelas sehingga data mudah dipahami.
(39)
2. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuisioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang tentang variabel yang dimaksud.
3. Uji Reabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal: 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal: 0-20, 0-50). Uji signifikasi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis item total corelasi, atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekaran (1992), realibilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. 4. Uji Asumsi Klasik
Menggunakan metode Original Least Square (OLS) dalam menghitung persamaan regresi, maka dalam analisis regresi tersebut ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar persmaan regresi tersebut valid
(40)
untuk digunakan dalam penelitian. Asumsi-asumsi tersebut disebut asumsi klasik.
5. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non- parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data terdistribusi normal apabila hasil kolmogorov- Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05.
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan melihat Tolerance dan Variance Inflution Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Data dianggap tidak memiliki gejala multikolonieritas
(41)
karena menunjukkan nilai Tolerance>0,10 atau sama dengan nilai VIF <10.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik apabila terjadi Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Glejser. Caranya dengan melihat nilai probabilitas > 0,05, sehingga tidak terkena heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).
I. Pengujian Hipotesis
Persamaan model regresi yang diajukan adalah sebagai berikut : TPA = + KE +
TPA = + β MB + ε TPA = + β BY + ε
TPA = α + β KE + β KD + β KEKD + ε TPA = α + β MM + β KD + β MMKD + ε TPA = α + β BY + β KD + β BYKD + ε
(42)
Keterangan :
Y = Tingkat Pemahaman Akuntansi KE = Kecerdasan emosional
MM = Minat membaca BY = Budaya
KD = Kepercayaan diri
KEKD = Interaksi antara kecerdasan emosional dan kepercayaan diri MMKD = Interaksi antara minat membaca dan kepercayaan diri BYKD = Interaksi antara budaya dan kepercayaan diri
a = kontanta
e = variabel pengganggu b1 = koefisien regresi KE b2 = koefisien regresi MM b3 = koefisien regresi BY b4 = koefisien regresi KD b5 = koefisien regresi KEKD b6 = koefisien regresi MMKD
(43)
J. Analisis Regresi
1. Pengujian Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk pengujian pengaruh variabel independen (bebas) dengan satu variabel dependen (terikat). Pengujian ini akan menganalisis mengenai pengaruh kecerdasan emosional, minat membaca dan budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi (dengan kepercayaan diri sebagai variabel pemoderat). Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis tersebut masing-masing akan dijelaskan dibawah ini.
2. Analisis Koefisien Determinasi (Adj R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam memevariasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3. Uji nilai F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (α) maka variabel
(44)
independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. Uji nilai t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan varasi variabel dependen. Hipotesis diterima apabila :
1. p-value <5%
(45)
44
A. Gambaran Umum Responden
1. Analisis Karakteristik Responden
Data penelitian yang digunakan adalah primer yang diperoleh dengan mengajukan beberapa pertanyaan (kuisioner) dan disebarkan melaui contact person kepada mahasiswa akuntansi universitas di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (UMY, UGM, UII, AA YKPN, dan STIE YKPN). Penyebaran kuisioner dilakukan mulai tanggal 1 November 2015, dan pengembalian secara keseluruhan pada tanggal 30 November 2015. Tingkat pengembalian kuisioner dapat digambarkan pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tingkat Pengembalian Kuisioner
Keterangan Jumlah
Kuisioner yang disebar 250
Kuisioner yang kembali 210
Kuisioner yang tidak kembali 40 Kuisioner yang tidak dapat dianalisis 10 Kuisioner yang dapat dianalisis 200 Sumber : Data primer yang diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat presentase kuisioner yang disebarkan sebesar 100%, sedangkan tingkat pengembalian kuisioner sebanyak 210 buah adalah sebesar 84%. Kuisioner yang tidak kembali adalah sebesar 16%. Kemudian, terdapat kuisioner yang tidak layak untuk dianalisis yaitu sebanyak 10 buah atau sebesar 4%.
(46)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 250 reponden, maka dapat diidentifikasikan mengenai karakteristik responden sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Kasifikasi Responden BerdasarkanJenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 47 23,5%
2 Perempuan 153 76,5%
Total 200 100,0% Sumber : Data Primer, Diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini adalah kebanyakan berjenis kelamin perempuan sebanyak 153 responden atau 76,5% dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 responden atau 23,5%. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi gender sebagian besar mahasiswa aktif jurusan akuntansi pada Universitas di DIY lebih banyak dari kaum perempuan.
b. Asal Daerah.
Berdasarkan asal daerah, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan pada tabel 4.3 sebagai berikut:
(47)
Tabel 4.3
Klasifikasi Responden Berdasarkan Asal Daerah
No Asal Daerah Jumlah Persentase
1 Jawa 137 68,5%
2 Luar Jawa 63 31,5%
Total 200 100,0% Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar asal daerahnya dari Jawa sebanyak 137 responden atau 68,5% dan sebagian kecil asal daerahnya dari sebanyak 5 responden atau 8,9%. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi asal daerah mahasiswa aktif jurusan akuntansi pada Universitas di DIY mayoritas dari Pulau Jawa.
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kecerdasan emosional, minat membaca, budaya dan kepercayaan diri yang akan diuji secara deskriptif seperti yang terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
(48)
TABEL 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel Min Kisaran Aktual Max Mean Min Teoritis Max Mean
Kecerdasan
emosional 42 125 91,43 25 125 75
Minat membaca 13 65 43,88 13 65 39
Budaya 0 1 0,7250 0 1 0,5
Kepercayaan Diri 8 40 28,64 8 40 24
Tingkat Pemahaman Akuntansi
14 45 42,39 9 45 27
Sumber data : Data primer yang diolah 2015
Dari hasi tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat informasi kisaran aktual maupun teoritis mengenai minimal, maksimum, rata-rata dari masing-masing variabel.
a. Kecerdasan Emosional
Variabel kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 25 pertanyaan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 responden menghasilkan rentang aktual 42-125, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minimum kecerdasan emosional adalah sebesar 42, sedangkan untuk tingkat maksimalnya adalah 125. Berdasarkan rentang teoritis yang mungkin terjadi adalah 25 yang menunjukkan tingkat kecerdasan emosional yang rendah, dan 125 yang menunjukkan tingkat kecerdasan emosional tinggi. Rata-rata aktual yang terjadi pada tingkat kecerdasan emosional secara keseluruhan adalah sebesar 91,43, sedangkan rata-rata secara teoritis sebesar 75. Kemudian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktual lebih tinggi dibandingkan dengan
(49)
nilai rata-rata teoritis, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung memiliki kecerdasan emosional yang cukup.
b. Minat Membaca
Variabel minat membaca diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 13 pertanyaan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 responden menghasilkan rentang aktual 13-65, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minimum minat membaca adalah sebesar 13, sedangkan untuk tingkat maksimalnya adalah 65. Berdasarkan rentang teoritis yang mungkin terjadi adalah 13 yang menunjukkan tingkat independensi yang rendah, dan 65 yang menunjukkan tingkat minat membaca tinggi. Rata-rata aktual yang terjadi pada tingkat minat membaca secara keseluruhan adalah sebesar 43,88, sedangkan rata-rata secara teoritis sebesar 39. Kemudian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung memiliki minat membaca emosional yang tinggi.
c. Budaya
Variabel budaya diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 1 pertanyaan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 responden menghasilkan rentang aktual 0-1, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minimum budaya adalah sebesar 0, sedangkan untuk tingkat maksimalnya adalah 1. Berdasarkan rentang
(50)
teoritis yang mungkin terjadi adalah 0 yang menunjukkan tingkat budaya yang rendah, dan 1 yang menunjukkan tingkat budaya tinggi. Rata-rata aktual yang terjadi pada tingkat budaya secara keseluruhan adalah sebesar 0,7250, sedangkan rata-rata secara teoritis sebesar 0,5. Kemudian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung memiliki budaya yang cukup.
d. Kepercayaan Diri
Variabel kepercayaan diri diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 8 pertanyaan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 responden menghasilkan rentang aktual 8-40, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minimum kepercayaan diri adalah sebesar 8, sedangkan untuk tingkat maksimalnya adalah 40. Berdasarkan rentang teoritis yang mungkin terjadi adalah 8 yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang rendah, dan 40 yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri tinggi. Rata-rata aktual yang terjadi pada tingkat kepercayaan diri secara keseluruhan adalah sebesar 28,64, sedangkan rata-rata secara teoritis sebesar 24. Kemudian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
(51)
e. Tingkat Pemahaman Akuntansi
Variabel tingkat pemahaman akuntansi diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 9 pertanyaan. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 200 responden menghasilkan rentang aktual 14-45, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minimum pemahaman akuntansi adalah sebesar 14, sedangkan untuk tingkat maksimalnya adalah 45. Berdasarkan rentang teoritis yang mungkin terjadi adalah 9 yang menunjukkan tingkat pemahaman akuntansi yang rendah, dan 45 yang menunjukkan tingkat pemahaman akuntansi tinggi. Rata-rata aktual yang terjadi pada tingkat pemahaman akuntansi secara keseluruhan adalah sebesar 42,39, sedangkan rata-rata secara teoritis sebesar 27. Kemudian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung memiliki tingkat pemahaman akuntansi yang tinggi.
2. Uji Kualitas Instrumen Data
1. Uji Validitas
a. Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (X1)
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji validitas untuk variabel X1yaitu kecerdasan emosional, menunjukkan bahwa nilai KMO sebesar 0,659 yang lebih besar dari 0,5 dan nilai setiap item pertanyaan variabel
(52)
kecerdasan emosional berada diatas 0,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan variabel kecerdasan emosional adalah valid.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional
Variabel Nilai KMO Pernyataan Item
Nilai loading
factor
Keterangan Kecerdasan
Emosional 0,659
KE1 0,503 Valid
KE2 0,510 Valid
KE3 0,552 Valid
KE4 0,508 Valid
KE5 0,576 Valid
KE6 0,598 Valid
KE7 0,529 Valid
KE8 0,574 Valid
KE9 0,644 Valid
KE10 0,598 Valid
KE11 0,563 Valid
KE12 0,570 Valid
KE13 0,575 Valid
KE14 0,557 Valid
KE15 0,534 Valid
KE16 0,513 Valid
KE17 0,552 Valid
KE18 0,514 Valid
KE19 0,519 Valid
KE20 0,532 Valid
KE21 0,712 Valid
KE22 0,602 Valid
KE23 0,601 Valid
KE24 0,667 Valid
KE25 0,569 Valid
(53)
b. Uji Validitas Variabel Minat Membaca (X2)
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji validitas untuk variabel X2yaitu minat membaca, menunjukkan bahwa nilai KMO sebesar 0,659 yang lebih besar dari 0,5 dan nilai setiap item pertanyaan variabel minat membaca berada diatas 0,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan variabel minat membaca adalah valid.
Berikut ini tabel uji validitas variabel minat minat membaca
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Minat Membaca
Variabel KMO Nilai Pernyataan Item
Nilai loading
factor
Keterangan
Minat Membaca0,659 MM1 0,731 Valid
MM2 0,840 Valid
MM3 0,608 Valid
MM4 0,716 Valid
MM5 0,799 Valid
MM6 0,672 Valid
MM7 0,560 Valid
MM8 0,613 Valid
MM9 0,766 Valid
MM10 0,839 Valid
MM11 0,777 Valid
MM12 0,786 Valid
MM13 0,582 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2015
c. Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri (Z)
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji validitas untuk variabel Zyaitu, kepercayaan dirimenunjukkan bahwa nilai KMO sebesar 0,693 yang lebih besar dari 0,5 dan nilai setiap item pertanyaan variabel kepercayaan diri berada diatas 0,5. Dengan demikian, dapat
(54)
disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan variabel kepercayaan diriadalah valid.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri
Variabel Nilai KMO Pernyataan Item
Nilai loading
factor
Keterangan Kepercaan
Diri
0,693 KD1 0,739 Valid
KD2 0,696 Valid
KD3 0,731 Valid
KD4 0,797 Valid
KD5 0,791 Valid
KD6 0,731 Valid
KD7 0,543 Valid
KD8 0,521 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2015
d. Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y)
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji validitas untuk variabel Yyaitu, tingkat pemahaman akuntansi menunjukkan bahwa nilai KMO sebesar 0,719 yang lebih besar dari 0,5 dan nilai setiap item pertanyaan variabel tingkat pemahaman akuntansi berada diatas 0,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap item pertanyaan variabel tingkat pemahaman akuntansi adalah valid.
Berikut ini tabel hasil uji validitas variabel tingkat pemahaman akuntansi :
(55)
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman Akuntansi
Variabel Nilai
KMO
Item Pernyataan
Nilai loading
factor
Keterangan Tingkat
Pemahaman Akuntansi
0,719 TPA1 0,672 Valid
TPA2 0,599 Valid
TPA3 0,840 Valid
TPA4 0,690 Valid
TPA5 0,615 Valid
TPA6 0,643 Valid
TPA7 0,803 Valid
TPA8 0,837 Valid
TPA9 0,774 Valid
Sumber : Data primer yang diolah 2015
2. Uji Reliabilitas
Berikutinihasilujireliabilitasinstrumenvariabel Kecerdasan Emosional, Minat Baca, Budaya, Kepercayaan Diri, dan Tingkat Pemahaman akuntansi.
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Kecerdasan
Emosional 0,876 Reliabel
Minat Baca 0,861 Reliabel
Kepercayaan Diri 0,780 Reliabel
Tingkat
Pemahaman 0,876 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah 2015
Dari Tabel 4.10 tersebut di atas dapat diketahui bahwa koefisien Cronbach's Alpha> 0,60 sehingga seluruh pertanyaan dalam kuesioner
(56)
pada item-item pertanyaan pada variable Kecerdasan Emosional, Minat Baca, Kepercayaan Diri, dan Tingkat Pemahaman adalah reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data primer yang diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa nilai uji normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.079 yang menerangkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji diatas berdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
200 ,0000000 ,22398125 ,118 ,098 -,118 1,295 ,079 N Mean Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(57)
b. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Seluruh pengujian dan analisis data menggunakan bantuan SPSS 15.0 sebagai berikut : Hasil uji multikolinearitas dengan metode VIF sbb:
TABEL4.11
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Kecerdasan
Emosional ,341 2,929
Minat Membaca ,349 2,868
Budaya ,851 1,175
Kepercayaan Diri ,440 2,275
Sumber : Data primer yang diolah 2015
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Variabel kecerdasan emosional memiliki nilai tolerance sebesar 0,341, variabel minat membaca sebesar 0,349, variabel budaya memiliki nilai tolerance sebesar 0,851 dan variabel kepercayaan diri sebesar 0,440. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil dari perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 1. Variabel kecerdasan emosional memiliki nilai VIF sebesar 2,929, variabel
(58)
minat membaca sebesar 2,868, variabel budaya sebesar 1,175, dan variabel kepercayaan dirisebesar 2,275. Dengann demikian, seluruh variabel independen tidak terjadi multikolinearitas antar variabel.
c. Uji Heteroskedastistas
Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik apabila terjadi Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas terdapat dalam gambar 4.12 berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser
Variabel Sig. Keterangan
Kecerdasan
Emosional 0,887 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Minat Membaca 0,885 Tidak Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Budaya 0,587 Tidak Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Kepercayaan Diri 0,00 Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Uji Heteroskedastisitas, 2015. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan rank spearman terlihat bahwa nilai probabilitas > 0,05. Hal ini berarti
(59)
model yang diestimasi bebas dari heteroskedastisitas, kecuali variabel kepercayaan diri terkena heteroskedastisitas.
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Setelah melakukan uji asumsi klasik dan secara keseluruhan hasilnya menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi klasik, tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 15,0 dalam bentuk model summary, ANOVA (uji F), serta coefficient (uji t) yang akan diuraikan seperti dibawah ini :
a. Uji Parsial (t Test)
Pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Hasil dari pengujian ini akan disajikan pada tabel 4.13 berikut ini
1) Pengujian hipotesis 1
Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis 1
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 20,198 2,100 9,616 ,000
Kecerdasan Emosional
,243 ,023 ,602 10,615 ,000
Sumber : Data primer yang diolah 2015 Persamaan H1 :
TPA = + KE +
(60)
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,243 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap variabel tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima.
2) Pengujian Hipotesis 2
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis 2
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 33,255 1,781 18,675 ,000
Minat Membaca
,208 ,040 ,345 5,177 ,000
Sumber : Data primer yang diolah 2015
Persamaan H2 :
TPA = + β MB + ε TPA = 33,255 + 0,208MB +
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa variabel minat membaca memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,208 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa minat membaca berpengaruh positif signifikan terhadap variabel tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima.
(61)
3) Pengujian Hipotesis 3
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis 3
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 42,527 ,484 87,813 ,000
Budaya -,189 ,569 -,024 -,333 ,740
Sumber : Data primer yang diolah 2015 Persamaan H3 :
TPA = + β BY + ε
TPA = 42,527 + (−,189)BY +
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa variabel budaya memiliki nilai koefisien regresi sebesar -,189 dengan nilai signifikansi sebesar 0,740 lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa budaya tidak berpengaruh positif signifikan terhadap variabel tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
4) Pengujian Hipotesis 4
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis 4
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) -3,671 ,347 -10,566 ,000
Kecerdasan Emosional
2,363 108 2,110 21,832 ,000
Kepercayaan Diri 2,039 ,114 2,372 17,861 ,000
KEKD ,573 ,031 3,627 18,575 ,000
(62)
Persamaan H4 :
TPA = α + β KE + β KD + β KEKD + ε
TPA = (−3,671) + (2,363)KE + (2,039)KD + 0,573 KEKD + ε
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa variabel moderasi kepercayan diri terhadap kecerdasan emosional memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,573 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepercayaan diri terbukti dapat memperkuat pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
5) Pengujian Hipotesis 5
Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis 5
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) -1,617 ,390 -4151 ,000
Minat Membaca 1,709 ,135 1,964 12,704 ,000 Kepercayaan
Diri
1,791 ,118 2,083 15,139 ,000
MMKD ,479 ,035 3,342 13,551 ,000
Sumber : Data primer yang diolah 2015 Persamaan H5 :
TPA = α + β MM + β KD + β MMKD + ε
TPA = (−1,617) + 1,709MM + 1,791KD + 0,479MMKD + ε
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa variabel moderasi kepercayaan diri terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,479 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
(63)
lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepercayaan diri terbukti dapat memoderasi pengaruh minat membaca terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
6) Pengujian Hipotesis 6
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis 6
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 2,237 ,294 7,609 ,000
Budaya 1,744 ,380 1,960 4,529 ,000
Kepercayaan Diri
,706 ,082 ,821 8,567 ,000
BYKD ,504 ,106 2,093 4,773 ,000
Sumber : Data primer yang diolah 2015 Persamaan H4 :
TPA = α + β BY + β KD + β BYKD + ε
TPA = 2,237 + 1,744BY + ,706KD + ,504BYKD + ε
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa variabel moderasi kepercayaan diri terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,504 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepercayaan diri terbukti dapat memoderasi pengaruh budaya terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
(1)
Lampiran 4 : Statisitik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Deviation Std. TOTAL_KE 200 42,00 125,00 91,4350 8,89219 TOTAL_MM 200 13,00 65,00 43,8800 5,94325 TOTAL_KD 200 8,00 40,00 28,6450 3,70237 TOTAL_TPA 200 14,00 45,00 42,3900 3,58359 Valid N
(listwise) 200
Lampiran 5 : Regresi Linier Berganda Regression (Uji t)
a. Kecerdasan Emosional (X1) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y)
Coefficients(a) Mode
l Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Error Std. Beta 1 (Constant
) 20,198 2,100 9,616 ,000
TOTAL_
KE ,243 ,023 ,602 10,615 ,000
(2)
b. Minat Membaca (X2) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y) Coefficients(a)
Mode
l Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Error Std. Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 33,255 1,781 18,675 ,000
TOTAL_
MM ,208 ,040 ,345 5,177 ,000
a Dependent Variable: TOTAL_TPA
c. Budaya (X3) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y) Coefficients(a)
Mode
l Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Error Std. Beta Tolerance VIF 1 (Constant
) 42,527 ,484 87,813 ,000
X3 -,189 ,569 -,024 -,333 ,740
(3)
d. Kecerdasan Emosional (X1) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y) dengan Kepercayaan Diri (Z) sebagai variabel moderasi
e. Minat Membaca (X2) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y) dengan Kepercayaan Diri (Z) sebagai variabel moderasi
Coefficientsa
-3,671 ,347 -10,566 ,000
2,363 ,108 2,110 21,832 ,000
2,039 ,114 2,372 17,861 ,000
,573 ,031 3,627 18,575 ,000
(Constant) X1 Z X1*Z Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Y a.
Coefficientsa
-1,617 ,390 -4,151 ,000
1,709 ,135 1,964 12,704 ,000
1,791 ,118 2,083 15,139 ,000
,479 ,035 3,342 13,551 ,000
(Constant) X2 Z X2*Z Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Y a.
(4)
f. Budaya (X3) terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y) dengan Kepercayaan Diri (Z) sebagai variabel moderasi.
Lampiran 6 : Uji Asumsi Klasik NPar Tests
a. Normalitas
Coefficientsa
2,237 ,294 7,609 ,000
1,744 ,380 1,960 4,592 ,000
,706 ,082 ,821 8,567 ,000
,504 ,106 2,093 4,773 ,000
(Constant) X3
Z X3*Z Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: Y a.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
200 ,0000000 ,22398125 ,118 ,098 -,118 1,295 ,079 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
(5)
b. Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Mode l
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Error Std. Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 18,884 2,124 8,890 ,000
TOTAL_
KE ,298 ,038 ,739 7,811 ,000 ,341 2,929
TOTAL_
MM -,200 ,056 -,332 -3,548 ,000 ,349 2,868
X3 ,692 ,480 ,086 1,444 ,150 ,851 1,175
TOTAL_
KD ,159 ,081 ,165 1,974 ,050 ,440 2,275
a Dependent Variable: TOTAL_TPA c. Uji Heteroskedastistas
Coefficients(a)
Mode l
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Error Std. Beta B Error Std.
1 (Constant) 8,446 1,356 6,231 ,000
TOTAL_
KE ,003 ,024 ,016 ,142 ,887
TOTAL_
MM ,005 ,036 ,016 ,145 ,885
X3 ,166 ,306 ,038 ,544 ,587
TOTAL_
KD -,251 ,052 -,470 -4,866 ,000
(6)
Lampiran 7 : Output SPSS Uji Regresi (Uji F dan Uji t) a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b) Mode
l R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 ,636(a) ,404 ,392 2,79460
a Predictors: (Constant), TOTAL_KD, X3, TOTAL_MM, TOTAL_KE b Dependent Variable: TOTAL_TPA
b. Hasil Uji F
ANOVA(b) Mode
l Squares Sum of Df Square Mean F Sig. 1 Regressio
n 1032,674 4 258,168 33,057 ,000(a)
Residual 1522,906 195 7,810 Total 2555,580 199
a Predictors: (Constant), TOTAL_KD, X3, TOTAL_MM, TOTAL_KE b Dependent Variable: TOTAL_TPA