IMPLEMENTASI PROGRAM HIBAH AIR MINUM BANTUAN LUAR NEGERI TAHAP KEDUA TAHUN 2014 DI BANDARLAMPUNG (STUDI KASUS DI KELURAHAN BAKUNG, TELUKBETUNG BARAT)

(1)

IMPLEMENTATION OF WATER HIBAH PROGRAM OF FOREIGN AID FOR THE SECOND PHASE IN 2014 AT BANDARLAMPUNG (CASE STUDY IN THE BAKUNG VILLAGE, TELUKBETUNG BARAT)

By

LELI JUWIYAH

This research done to know about the implementation process of water hibah program of foreign aid in 2014 for the second phase of low-income communities (MBR) in the Bakung Village, Telukbetung Barat. To know the process of implementing this program, the researchers used Van Metter and Van Horn’s implementation’s model with six variables that affect the policy implementation: the size and policy objectives, resources, characteristics of the executing agency, the attitude/tendency implementing agencies, communication between organizations and activities implementing, and social, economic, and political, as well as several other supporting theories. This research is a descriptive study with a qualitative approach. This research was conducted by PDAM Way Rilau Bandarlampung and Bakung Village, Telukbetung Barat, Bandarlampung.

Based on the research that has been done, it can be concluded that the water hibah program of foreign aid in the second phase of the Bakung Village, Telukbetung Barat has been completed but not be implementing well . This was due to several factors: 1) not all implementers understand this program as a whole. 2) inadequate resources, 3) socialization and coordination do not go well. For that reasons the program implementers need to improve the quality and quantity of human resources improvement, expanding socialization, and improve the system of coordination. In addition, water hibah program had a positive impact on health and convenience MBR meet their water needs .


(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM HIBAH AIR MINUM BANTUAN LUAR NEGERI TAHAP KEDUA TAHUN 2014 DI BANDARLAMPUNG (STUDI KASUS DI KELURAHAN BAKUNG, TELUKBETUNG BARAT)

Oleh

LELI JUWIYAH

Penelitian dilakukan untuk mengetahui proses implementasi program hibah air minum bantuan luar negeri tahap kedua tahun 2014 bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat. Untuk mengetahui proses implementasi program ini, peneliti menggunakan model implementasi milik Van Metter dan Van Horn dengan enam variable yang mempengaruhi implementasi kebijakan: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakterisrik agen pelaksana, sikap/kecenderungan agen pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas-aktivitas pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik, serta beberapa teori penunjang lainnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung dan Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung.

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa program hibah air minum bantuan luar negeri tahap kedua di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat telah diselesaikan tetapi belum diimpelementasikan dengan baik. Hal itu disebabkan beberapa faktor: 1) tidak semua pelaksana memahami program hibah ini secara menyeluruh. 2) sumber daya yang tidak memadai, 3) sosialisasi dan koordinasi yang dilakukan tidak berjalan dengan baik. Untuk itu para pelaksana program harus meningkatkan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, memperluas sosialisasi, dan memperbaiki sistem koordinasi. Selain itu, program hibah air minum ini berdampak positif bagi kesehatan dan kemudahan masyarakat memenuhi kebutuhan air bersihnya.


(3)

Oleh Leli Juwiyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(SKRIPSI)

Oleh Leli Juwiyah

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman 1.1. Proses Kebijakan Publik ... 14 1.2.Struktur PIU Kota Bandarlampung 2014 ... 32 1.3.Kerangka Pikir ... 35


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.1. Rumah Ibu Sumiyati Penerima Hibah di Kelurahan Bakung ... 75

5.2. Rumah Ibu Sumiyati Penerima Hibah di Kelurahan Bakung ... 76

5.3. Loket Resmi Pembayaran Tagihan di Jalan Kamboja, Kelurahan Bakung ... 73

5.4. Pekerja Lapangan yang Sedang Memasang SR di Kelurahan Bakung ... 83


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BAGAN ... ...v

DAFTAR GAMBAR ... .... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kebijakan Publik ... 11

1. Pengertian Kebijakan Publik... 11

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 13

B. Tinjauan tentang Implementasi Kebijakan ... 16

1. Definisi Implementasi Kebijakan ... 16

2. Model-Model Implementasi Kebijakan ... 19

3. Pendekatan Implementasi Kebijakan ... 27

C. Tinjauan tentang Program Hibah Air Bersih ... 29

1. Gambaran Singkat Kegiatan ... 29

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan ... 31

3. Organisasi Pengelola ... 32


(8)

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 36

B. Fokus Penelitian ... 37

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Jenis dan Sumber Data ... 41

1. Jenis Data ... 41

2. Sumber Data... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Teknik Analisis Data... 46

H. Teknik Keabsahan Data ... 48

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung ... 51

1. Sejarah Singkat Kota Bandarlampung ... 51

2. Wilayah Administratif Kota Bandarlampung ... 52

3. Indeks Kesejahteraan Rakyat (Insekra) Kota bandarlampung Tahun 2014 58

B. Gambaran Umum Kecamatan Telukbetung Barat ... 61

1. Sejarah Singkat Kecamatan Telukbetung Barat ... 61

2. Letak Geografis Kecamatan Telukbetung Barat ... 63

3. Data Kependudukan Kecamatan Telukbetung Barat ... 64

C. Gambaran Umum Kelurahan Telukbetung Barat ... 64

1. Sejarah Singkat Kelurahan Bakung ... 64

2. Visi dan Misi Kelurahan Bakung ... 65

3. Data Pendidikan Kelurahan Bakung ... 65

4. Data Perekonomian Kelurahan Bakung ... 66

D. Gambaran Umum PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung ... 67

1. Sejarah Singkat PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung ... 67

2. Visi dan Misi PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung ... 68

3. Tugas Pokok dan Fungsi PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung ... 69

4. Dewan Pengawas dan Direksi PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung 70

5. Jumlah Karyawan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung ... 71

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat ... 72


(9)

4. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ... 91 5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana ... 95 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, Politik ... 102

B. Dampak Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 bagi Masyarakat Kelurahan Bakung ... 105

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Penduduk yang Dilayani ... 2

1.1.Informan dalam Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua 2014 di Kelurahan Bakung ... 43

1.2.Dokumen Terkait Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua 2014 di Kelurahan Bakung ... 43

1.1.Wilayah Administratif Kota Bandarlampung ... 52

1.2.Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lama Sakit (hari) Menurut Daerah Tempat Tinggal (2011-2013) ... 58

1.3.Presentase Penduduk Menurut Jenis Keluhan Kesehatan (2011-2013) ... 59

1.4.Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (2013) ... 59

1.5.Hasil Tahapan Keluarga Sejahtera (2012) ... 60

1.6.Presentase Penduduk Usia Produktif menurut Kegiatan Utamanya (2014) ... 61

1.7.Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin (2010-2013) ... 61

1.8.Data Kependudukan Kecamatan Telukbetung Barat Tahun 2014 ... 65

1.9.Tingkat Perkembangan Pendidikan di Kelurahan Bakung Tahun 2010 ... 66

4.10Perekonomian Masyarakat Kelurahan Bakung Tahun 2010 ... 67

4.11Jumlah dan Tingkat Pendidikan Karyawan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung 71

5.1. Daftar Nama Masyarakat Penerima Hibah di Kelurahan Bakung ... 77

5.2. Sumber Daya dalam Pelaksanaan Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat ... 82

5.3. Karakteristik Agen Pelaksana Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 ... 89


(11)

(12)

(13)

(14)

Moto

Seseorang tidak akan mengetahui kebenaran tanpa

melakukan kesalahan

Seseorang tidak akan mendapatkan kemudahan tanpa

melalui kesukaran

Untuk itu, lakukan semua upaya yang terbaik dan ambil

pelajaran yang baik dari semuanya. Lalu, biarkan Allah

memberikan sentuhan terakhir untuk hasil akhirnya.

(Leli Juwiyah)

Ridho Allah tergantung ridhonya Orang Tua, murka

Allah tergantung pada murkanya Orang Tua.


(15)

Dengan mengucap rasa syukur kepada ALLAH SWT

Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada:

Ibuku,

Ibuku,

Ibuku

dan Ayahku

Tercinta

Yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

Terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran,

kekikhlasan, dan do a yang tiada henti dalam menanti

keberhasilanku.

Keluarga besar, Teman, dan Sahabat yang selalu memberikan

dukungan, semangat dan do a kepadaku


(16)

Penulis bernama lengkap Leli Juwiyah, lahir di Bandarlampung pada 13 Januari 1993, merupakan anak terakhir dari enam bersaudara pasangan Bapak Jafar dan Ibu Leginem. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Labuhan Ratu pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Bandarlampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandarlampung tahun 2011.

Kemudian pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan dan beasiswa BIDIKMISI. Penulis tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA) FISIP Unila sebagai anggota. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Agung Timur, Kecamatan Kalirejo, Lampung Tengah.


(17)

Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, tauladan terbaik bagi penulis untuk selalu ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung (Studi Kasus di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalamnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden RI yang sangat berjasa bagi penulis. Terimakasih karena telah menciptakan program beasiswa


(18)

diimpikan. Melalui program beasiswa tersebut pula, penulis memiliki kesempatan memperbaiki derajat kehidupannya di masa depan.

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembahas penulis. Terimakasih untuk bimbingan dan masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si., selaku dosen pembimbing utama penulis. Terimakasih untuk ilmu, saran, waktu, nasehat dan bimbingannya yang telah banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis dan dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

6. Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini bagi penulis.

7. Keluargaku tercinta, Ayah yang selalu memberi semangat melalui gelak canda, memberi nasihat, dan kasih sayang. Ibu yang tak henti memberikan kasih sayangnya, mendoakan, memberikan nasehat, mendukungku dan menjadi motivator terbesar bagiku. Terimakasih telah menjadi ibuku, aku percaya bahwa semua kebaikan yang aku dapatkan selama ini adalah jawaban


(19)

untuk segala pengalaman dan pelajaran berharga yang telah diberikan. Terimakasih karena telah menjadi alasanku untuk berjuang di tengah keputus asaan, bertahan diantara segala rintangan, dan bersabar menghadapi semua ujian.

8. Kakakku Lastari, Sugito, Marsum, Sumarni, dan Dewi yang aku hormati, terimakasih atas segala bantuan moril maupun materil, semangat, do’a, dan dukungan yang sangat besar kepada Penulis selama menjalani perkuliahan hingga saat ini.

9. Keponakan-keponakanku tercinta: Lesti Gustanti, Friska Novia Fitri, Irgi Oka Pratama, Dita Rizky, Yuda Heru Ditya, Meilinda Putri, Chaila Oktapia, Denny Ramaditya Sanjaya, Irsyal Dwi Cahya, Aprilia, Irham Tirta Aufar, Andini Dwi Larasati, Ory Dianis Suwandana, terimakasih karena telah menjadi penyemangat termanis bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Pihak BPKAD Kota Bandarlampung, Bapak Muh Nur Ram’dhan (Kabid Akuntansi dan Pelaporan) yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Pihak Bappeda Kota Bandarlampung, Ibu Fitri Yanti, St (Kasi Sarana dan Prasarana), terimakasih untuk bantuan, izin penelitian, dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Pihak PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung, Ibu Roisatul Husna, Sp (Kabag Perencanaan Teknis) dan Bapak Sigit Hernanto (Pejabat Jasa


(20)

13. Pihak Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bapak Hamidi Bahrien, S.E (Lurah Bakung, Telukbetung Barat), terimakasih untuk bantuan, izin penelitian, dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiini.

14. Kemudian terimakasih untuk Keluarga MBR penerima hibah di Kelurahan Bakung yang telah bersedia memberikan informasi terkait penelitian ini. 15. Terima kasih untuk Juzna Septia, Miftayuni Rahmawati, dan Kiki Yoa Gunevi

atas segala bantuan yang begitu besar bagi penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih atas tebengansetiap hari, pintu kost-an yang selalu terbuka bagi penulis, sumbangan pemikiran selama masa perkuliahan.

16. Terimakasih untuk Mut Mulyani dan Octavia Ratna Sari atas bantuan, kritik, saran, dan dukungan dari awal penyusunan skripsi ini. Terimakasih karena selalu menemani dan bersedia ditemani dalam proses pengerjaan skripsi, juga terimakasih untuk kebersamaan diakhir perkuliahan ini.

17. Terimakasih untuk teman-teman sebimbingan, Ria, Hesti, Lily atas semangat, dukungan, dan informasi yang diberikan selama masa bimbingan.

18. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan Administrasi Negara 2011 (ANTI MAPIA), Lisa, Fatma, Eka, Riza, Fitri, Esa, Amel, Andi, Rano, Intan, Jenni, Putri, Yana, Novilia, Popo, Danisa, Renita, Rendi, Okta, Rinanda, Ade, Deo, Frendy, Ibnu, Ahmed, Faizal, Rio, Novi, Rosyid, Deni, Iksan, Toto, Farah, Silvya, Cindy, Silvia, David, Sigit, Ciko, Ahmed, Panggo, Tria, Laras, Raras, Farrah, Kartika, Watik, Astri, Leni, Vike, Ekky, Ratu, Lutfiana, Novia


(21)

19. Terimakasih untuk Ibu Mariyah, S.Pdi. karena telah menjadi Ibu kedua bagi penulis yang juga selalu menyayangi, dan mendo’akan penyelesaian skripsi ini.

20. Terimakasih untuk Rizki Ariyadi Pratama atas segala dukungan moril dan materil, atas segala waktu, semangat, pengertian, kesabaran, dan do’a selama proses penyelesaian skripsi ini.

21. Terima kasih untuk teman-teman KKN Desa Agung Timur, Kecamatan Kalirejo, Lampung Tengah: Azatu Zahirah Sayoeti, Ira Anggini, Indah Puspita Devi, Indah Permata Sari, Irma, Khoirul Hafifah, Khoirul Umam, Helmi, Arjuna, Achmad Rifani atas kebersamaan dan pengalaman yang sangat berharga.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis

Leli Juwiyah NPM. 1116041047


(22)

A. Latar Belakang Masalah

Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan individu sehari-hari, perekonomian, pertanian, transportasi, industri, tetapi penggunaan yang utama adalah sebagai air minum. Dalam hal ini, perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa dikonsumsi maupun digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Terdapat bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum air dapat dikatakan bersih dan layak konsumsi. Hal ini diperjelas oleh Suripin (2002:6) yang mengatakan:

“Air dapat dikatakan bersih jika memenuhi beberapa syarat, diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bahan padat terapung maupun terlarut, derajat kekeruhan, bau, warna dan rasa, serta temperatur. Kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan dan alkalinitas, serta kualitas biologi dimana air

terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.”

Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa air dapat dikonsumsi jika kondisinya jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung bahan kimia


(23)

berbahaya. Selama ini, pemenuhan kebutuhan akan air tersebut salah satunya diambil dari air tanah yang berupa sumur gali maupun sumur bor, dan membeli dari pedagang air keliling.

Kebutuhan terhadap air bersih tersebut tidak berbanding lurus dengan pemerataan pelayanan air bersih yang diberikan oleh pemerintah. Hal tersebut juga terjadi di Bandarlampung, dimana pemerintah menargetkan seluruh masyarakatnya mendapat pelayanan air bersih yang memadai, tetapi masyarakat yang telah mendapat pelayanan air bersih dari pemerintah hingga saat ini belum mencapai 30% dari total penduduk yang ada di Bandarlampung. Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 : Pertumbuhan Penduduk dan Penduduk yang Dilayani (dalam jiwa)

Uraian Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Penduduk administrasi

(target) 844,608 812,133 822,880 833,517 881,801

895,82 2 Penduduk yang

dilayani PDAM

(realisasi) 184,040 182,100 183,300 184,045 220,794

235,13 2 Ratio Penduduk yang

dilayani (%) 21.79% 22.42% 22.28% 22.08% 25.04% 26.25%

Sumber: PDAM Way Rilau 2006 - 2011 dan BPS Kota Bandarlampung 2010

Belum meratanya pelayanan air bersih yang dilakukan pemerintah mengakibatkan masyarakat memanfaatkan sumber air seadanya untuk melakukan aktivitas sehari-harinya, seperti mandi, mencuci, dan lainnya. Belum maksimalnya penyediaan air bersih ini akan berdampak pada semua lapisan masyarakat akan tetapi, yang paling rentan adalah masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah. Dampak atau konsekuensi bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap air bersih, antara lain: (1) meningkatnya biaya, karena mereka


(24)

harus mencari alternatif lain yang lebih mahal seperti air minum dalam botol; (2) berkurangnya konsumsi air bersih karena semakin besarnya biaya, waktu, dan upaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan air bersih; (3) bertambahnya biaya kesehatan dan berkurangnya penghasilan karena hilangnya produktivitas yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan akibat pencemaran air (sumber: Jurnal Prakarsa IndII diakses pada 27 Februari 2015 dalam

http://www.indii.co.id:8080/ind/publications.php?id_cat=59).

Terlebih lagi masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi dan pesisir pantai yang memang sulit mendapat air bersih yang layak untuk konsumsi karena terbatasnya sumber air bersih yang disebabkan oleh kondisi fisik daerahnya. Selain itu, mengingat sebagian besar penduduk yang bermukim di daerah pantai memiliki tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah maka diperlukan teknologi penyediaan air bersih yang mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal (sumber: Prariset Kelurahan Bakung, 27 Februari 2015).

Menanggapi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat tersebut, Pemerintah Pusat memberikan suatu program hibah kepada daerah, yaitu Program Hibah Air Minum. Program hibah ini adalah bantuan dari Pemerintah Luar Negeri (Australian AID) untuk mendukung Pemerintah Indonesia mencapai Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) dalam akses terhadap air bersih perpipaan. Mekanisme Program hibah ini adalah pemberian hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dengan target 250.000 Sambungan Rumah (SR)


(25)

diseluruh Indonesia (sumber: Lokakarya Pengelolaan Hibah Air Minum Tahap Kedua Tahun 2014).

Hibah Air Minum ini juga dimaksudkan sebagai insentif kepada Pemerintah Daerah dalam hal pelayanan air bersih. Salah satunya Pemerintah Kota Bandarlampung agar dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan penyediaan pelayanan air bersih di daerahnya. Dikatakan Program Hibah Air Minum karena menggunakan sistem perpipaan yang langsung disalurkan ke rumah-rumah masyarakat penerimanya, bukan untuk umum seperti sumur bor atau sumur pompa. Program ini diberikan kepada daerah yang kesulitan mendapatkan air bersih dan masyarakatnya berpenghasilan rendah (MBR). Dengan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh MBR, antara lain: daya listrik rumah≤ 1300 VA dan 50% diantara target sasaran tersebut memiliki daya

listrik ≤ 900 VA (sumber: Bahan Lokakarya Pengelolaan Hibah Air Minum Tahap Kedua Tahun 2014).

Pelaksanaan Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 188/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah. Manajemen pengelolaan Program Hibah ini dilakukan bersama antara beberapa instansi pemerintahan, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau Kota Bandarlampung. Secara keseluruhan pelaksanaannya diserahkan kepada PDAM. Dalam pelaksanaan program ini, Pemerintah Kota Bandarlampung disyaratkankan memberikan


(26)

Penyertaan Modal Pemerintah (PMP).PMP tersebut didasari oleh Peraturan Wali

Kota (Perwali) Nomor 1, Tahun 2014 tentang “Penyertaan Modal Pemerintah kepada PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung”. PMP tersebut dilakukan sebagai bukti bahwa Pemerintah Kota Bandarlampung turut serta dalam upaya meningkatkan pelayanan air bersih di daerahnya. Selain itu, sebagai upaya mendukung kemampuan PDAM secara finansial untuk melaksanakan kegiatan pembangunan SR.

PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung merupakan satu-satunya perusahaan daerah yang bergerak dalam penyediaan air minum bagi masyarakat yang dalam operasionalnya melekat dua fungsi, yaitu sebagai unsur pelayanan masyarakat dan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung mempunyai tugas melaksanakan, mengelola prasarana dan sarana di bidang penyediaan air minum dengan tujuan memberikan pelayanan air bersih dalam bentuk sambungan perpipaan secara adil dan terus menerus kepada masyarakat. (sumber: Dokumen Profil PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung Tahun 2010)

Program Hibah Air Minum tersebut dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama tahun 2013-2014, tahap kedua tahun 2014-Juni 2015, dan dilanjutkan tahap ketiga pada Juli 2015. Program Hibah tahap pertama dan kedua dukungan dananya berasal dari Luar Negeri, sementara tahap ketiga dilaksanakan dengan dukungan murni dari dana APBN. Pada pelaksanaan tahap pertama program ini terdapat permasalahan yang terjadi, antara lain lain terjadinya perbedaan data masyarakat pada tahap survei, seperti:


(27)

1. Terjadi perubahan daya listrik

2. Data responden tidak sama dengan data technical survey ( nama dan alamat tidak ditemukan atau nama ganda)

3. Sosialisasi yang belum maksimal kepada masyarakat

(sumber : Bahan Lokakarya Penyiapan Hibah Air Bersih APBN 2015).

Selain itu, permasalahan yang terjadi adalah pihak PDAM yang tidak dianjurkan mengambil keuntungan dari pemasangan sambungan rumah (SR) pada program ini. PDAM diperbolehkan memungut biaya pemasangan SR dari masyarakat tetapi harus lebih murah dari pelanggan reguler (masyarakat yang menggunakan jasa PDAM dengan tarif normal, bukan MBR) sementara kualitas yang diberikan sama, sehingga hal ini sangat memungkinkan dapat menimbulkan ketidakstabilan pada pihak PDAM.

Bandarlampung mendapat tanggung jawab menyalurkan Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua ini kepada lima kecamatan yang kesulitan air bersih dan masyarakatnya berpenghasilan rendah dengan target 1.000 Sambungan Rumah (SR). Kecamatan yang dimaksud antara lain, Panjang, Telukbetung Selatan (TbS), Telukbetung Barat (TbT), Telukbetung Timur (TbT), dan Bumi Waras. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti pelaksanaan Program Hibah Air Minum pada Kecamatan Telukbetung Barat yang sasarannya adalah Kelurahan Bakung. Diantara kelima kecamatan sasaran Program Hibah tersebut, Kecamatan Telukbetung Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 29.793 jiwa (sumber: proyeksi jumlah penduduk Bandarlampung


(28)

2014-2035 PDAM Way Rilau). Dari keseluruhan jumlah penduduk tersebut, jumlah masyarakat miskin di Kecamatan Telukbetung Barat mencapai 4.367 Kepala Keluarga (KK) (sumber: Data jumlah penduduk miskin per kecamatan tahun 2012- BKKBN).

Kelurahan Bakung merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Telukbetung Barat yang diprioritaskan mendapat bantuan air bersih karena kondisi fisik daerahnya berbatu, sumber mata air sulit ditemukan, dan dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung. Tingkat perekonomian masyarakat yang masih rendah karena masih banyak masyarakat dalam keadaan keluarga pra sejahtera, tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah dan sarana transportasi yang kurang memadai karena tidak adanya kendaraan umum yang masuk ke daerah tersebut. Sebagian masyarakat hanya mencapai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), dan banyak masyarakat usia produktif (15-56 tahun) yang tidak bekerja atau bekerja sebagai asisten rumah tangga (sumber: Profil Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat 2010). Dengan kondisi daerah yang demikian, masyarakat menjadi kesulitan mendapat air bersih karena kualitas air tanah yang buruk, berbau, dan air tanah mudah kering karena bersifat tadah hujan. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari biasanya masyarakat mengandalkan sumur bor yang jaraknya mencapai 3 KM, sementara tidak ada kendaraan umum yang masuk ke daerahnya, atau membeli air dari tetangga yang memasang sambungan air perpipaan (sumber: Pra-Riset pada tanggal 27 Februari 2015).


(29)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan program hibah ini pada tahap sebelumnya masih belum dilaksanakan secara maksimal dimana masih banyak permasalahan yang ditemukan dalam prosesnya.Merujuk pada permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, pelaksanaan Program Hibah Air Minum ini perlu diteliti agar dapat diketahui apakah program tersebut diimplementasikan dengan baik dan berjalan sesuai dengan tujuannya. Selain itu, agar hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terutama MBR terhadap air bersih yang mudah dan murah. Apabila pelaksanaannya buruk, maka yang terjadi adalah sebaliknya dimana kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dan adanya indikasi implementasi yang buruk oleh pelaksana program, tentu masyarakat menjadi pihak yang dirugikan karena hal tersebut. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

program hibah ini dengan judul, “Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung (Studi Kasus di Kelurahan Bakung,Telukbetung Barat).”

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan permasalahan yang ingin diselesaikan melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung, khususnya Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat?


(30)

2. ApakahDampak Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat bagi Masyarakat Kelurahan Bakung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, pada dasarnya hasil yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan rumusan pengetahuan mengenai Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung, khususnya Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat.

2. Untuk mengetahui dampak yang diterima oleh masyarakat Kelurahan Bakung dengan adaya Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung, khususnya Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini kedepannya diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi dalam pengembangan konsep dalam Ilmu Administrasi Negara, khususnya studi Implementasi Kebijakan Publik; dan menjadi sumber referensi untuk melengkapi maupun memperbaiki bagi penelitian mengenai Implementasi


(31)

program hibah air minum kepada MBR ditahap selanjutnya, baik di Bandarlampung maupun di kota lainnya.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pengelola Program Hibah Air Minum, khususnya PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung dalam memberikan pelayanan penyediaan air bersih untuk masyarakat, khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), meminimalisir permasalahan yang terjadi dalam proses pelaksanaannya, dan juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan bagi penyempurnaan Program Hibah Air Minum tahap selanjutnya.


(32)

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kebijakan 1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan sering diartikan sebagai segala hal yang dipilih untuk dikerjakan oleh pemerintah, dan alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut, bukan sekedar apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Dye dalam Siswadi (2012:16) yang mengatakan bahwa “Kebijakan adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.” Secara lebih jelas, Jenkins yang dikutip oleh Wahab (2004:4)merumuskan kebijakan sebagai segala keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai kewenangannya, bersifat saling berhubungan berkenaan dengan tujuan yang ada, dan segala cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Berbeda dengan Nugroho (2012:123) yang secara sederhana mengatakan bahwa“Kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.” Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan adalah segala sesuatu yang diputuskan oleh aktor-aktor atau pemerintah dengan tujuan tertentu, dan dicapai dengan tata


(33)

cara yang terarah. Hal ini diperjelas oleh Lasswell dan Kaplan dalam Siswadi (2012:16) yang mengatakan“Kebijakan merupakan suatu program pencapaian tujuan dengan praktik-praktik yang terarah.”

Definisi-definisi tersebut juga memunculkan kesimpulan bahwa kebijakan publik memiliki ciri-ciri tersendiri. Pertama, kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh negara, yaitu berkenaan dengan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kedua, kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau kehidupan publik, dan bukan mengatur kehidupan orang seorang atau golongan. Kebijakan publik mengatur masalah bersama, atau masalah pribadi atau golongan, yang sudah menjadi masalah bersama dari seluruh masyarakat di daerah itu. Ketiga, dikatakan sebagai kebijakan publik jika terdapat tingkat eksternalitas yang tinggi, yaitu dimana pemanfaat atau yang terpengaruh bukan saja pengguna langsung kebijakan publik, tetapi juga yang tidak langsung.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk jajaran pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kebijakan memiliki daya ikat dan daya paksa yang kuat terhadap masyarakat sebagai subjek dari kebijakan itu sendiri.Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat dijalankan dan mencapai tujuannya. Sehingga apabila perilaku


(34)

atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidak dapat berjalan efektif.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Pada dasarnya, kebijakan publik merupakan suatu proses yang sangat kompleks dimana disetiap prosesnya terdapat variabel-variabel yang harus dikaji. Tahap-tahap dari setiap proses kebijakan publik yang dijelaskan Winarno(2011 : 36-37)adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyusunan Agenda

Beberapa permasalahan mungkin masuk dalam agenda kebijakan para paerumus kebijakan publik. Pada tahap penyusunan agenda ini, dari beberapa masalah tersebut akan ditetapkan masalah yang akan menjadi fokus pembahasan atau karena alasan-alasan tertentu harus ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Sebuah permasalahan yang yang telah diagendakan kemudian diidentifikasi oleh para pembuat kebijakan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut dapat bersumber dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut dipilih untuk dilaksanakan dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.


(35)

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus dilaksanakan oleh badan-badan administrasi mapun pejabat-pejabat pemerintah ditingkat bawah agar tidak hanya sekedar catatan tanpa hasil.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini setiap kebijakan yang telah diambil akan dinilai atau dievaluasi, sejauh mana kebijaka tersebut dapat memecahkan masalah karena pada dasarnya suatu kebijakan dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan.

Sejalan dengan tahap-tahap kebijakan yang dikemukakan oleh Winarno dalambukunya yang berjudul “Kebijakan Publik” tersebut, Nugroho (2012:185) juga menjelaskan tahap-tahap kebijakan sebagai berikut:

Bagan 2.1. Proses Kebijakan Publik

Sumber: Nugroho, 2012

Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

1. Isu kebijakan, disebut isu apabila bersifat strategis, yaitu bersifat mendasar dalam arti menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, dan biasanya berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang-seorang, dan IsuKebijakan

Perumusan kebijakan

Implementasi Kebijakan


(36)

memang harus diselesaikan. Isu ini diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan. Isu kebijakan terdiri atas dua jenis, yaitu problem dan goal. Artinya, kebijakan publik dapat berorientasi pada permasalahan yang muncul pada kehidupan publik, dan dapat pula berorientasi pada goal atau tujuan yang hendak dicapai pada kehidupan publik.

2. Isu kebijakan ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya termasuk pimpinan negara.

3. Setelah dirumuskan, kebijakan publik ini kemudian dilaksanakan baik oleh pemerintah atau masyarakat maupun pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.

4. Namun, dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan, diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru untuk dinilai apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

5. Implementasi kebijakan berpusat pada output atau hasil yang diberikan, dapat berupa kebijakan itu sendiri ataupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh pemanfaat.

6. Dalam jangka panjang, kebijakan tersebut menghasilkan outcome atau dampak dari kebijakan yang diharapkan akan semakin meningkatkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan kebijakan tersebut.


(37)

Kesimpulan yang dapat diambil dari tahapan-tahapan di atas menurut Nugroho (2012:185) adalah terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:

1. Perumusan kebijakan 2. Implementasi kebijakan

3. Evaluasi kebijakan (dengan penambahan-penambahan tertentu)

B. Tinjauan tentang Implementasi Kebijakan 1. Definisi Implementasi

Pengertian implementasi apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar dapat memberikan dampak atau mencapai tujuan yang diinginkan. Jenkins (Parsons, 463:2008) menjelaskan bahwa “Implementasi adalah studi perubahan yang membicarakan bagaimana suatu perubahan terjadi maupun bagaimana kemungkinan perubahan tersebut dapat dimunculkan.” Hal tersebut sesuai dengan pengertian implementasi menurut Grindle dalam Winarno (2011:149) yang menyatakan bahwa“Implementasi secara umum bertugas untuk membentuk suatu kaitan dimana suatu kegiatan pemerintah akan berdampak pada kemudahan bagi tercapainya tujuan-tujuan dari suatu kebijakan.” Van Metter dan Van Horn dalam Winarno (2011:149) membenarkan hal tersebut dengan teorinya yang menjelaskan bahwa “Implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu kelompok dalam pemerintahan maupun swasta untuk mencapai tujuan-tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan.”


(38)

Implementasi tidak dapat dilaksanakan sebelum suatu kebijakan menetapkan tujuan dan menentukan sasarannya. Dikatakan oleh Agustino (2008:142) bahwa “Implementasi akan efektif bila ukuran atau sasaran dan tujuannya relevan dengan kondisi sosial-ekonomi pada tempat suatu program dilaksanakan.”Relevansi ukuran dan sasaran suatu kebijakan berbanding lurus dengan pemahaman para pelaksana terhadap ukuran dan sasaran tersebut. Menurut Winarno (2012:168) “Jika pelaksana tidak memahami tujuan dan sasaran program, maka akan berpengaruh pada pelaksanaan program.” Selain tujuan dan sasaran, suatu kebijakan yang akan diimplementasikan harus didukung dengan sumber daya manusia dan sumber daya finansial yang sesuai dengan kebutuhan kebijakan. Hal tersebut diungkapkan oleh Agustino (2008:142), “Apabila suatu kebijakan memiliki sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel tetapi tidak diimbangi dengan dana yang tersedia, maka akan sulit mencapai tujuan suatu kebijakan.”

Mempunyai sumber daya yang memadai saja tidak cukup, agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal, pelaksanaan kebijakan harus mempunyai sistem kontrol dan pola komunikasi yang baik. Sesuai dengan pendapat Parson (2008:466) yang mengatakan bahwa “Selain membutuhkan sumber daya yang mampu menjalankan maksud kebijakan, implementasi juga membutuhkan sistem kontrol dan komunikasi top down.” Secara lebih jelas diungkapkan oleh Carter et al dalam (Parson, 2008:477) bahwa “Sistem implementasi yang sukses melibatkan empat tipe kontrol:

1. Koordinasi sepanjang waktu; 2. Koordinasi pada waktu tertentu;


(39)

3. Detail logistik dan penjadwalan;

4. Penjagaan dan pemeliharaan batasan struktural.

Implementasi merupakan tahap penting dari sebuah kebijakan karena dengan implementasi sebuah kebijakan akan memberikan dampak dan mudah mencapai tujuannya sementara tanpa implementasi kebijakan hanya akan menjadi sebuah rencana tanpa hasil yang jelas. Sejalan dengan hal tersebut, Udoji dalam Wahab (2004:59) menegaskan bahwa “Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari proses perumusan kebijakan. Kebijakan hanya sekedar impian yang tersimpan rapi dalam arsip bila tidak diimplementasikan.”

Dapat disimpulkan bahwa suatu kebijakan yang dirumuskan secara baik tetapi tidak diimplementasikan secara maksimal, maka hasil yang dicapai juga tidak akan maksimal. Sebaliknya, suatu kebijakan yang tahap perumusannya buruk tetapi diimplementasikan secara baik dan sempurna, maka kemungkinan hasilnya akan baik karena implementasi memberikan pilihan-pilihan alternatif bagi suatu permasalahan yang dihadapi. Selain itu, implementasi suatu kebijakan harus dilakukan dengan tujuan yang terukur dan sasaran yang jelas untuk menujang keberhasilannya. Tetapi ukuran dan sasara saja tidak cukup, melainkan harus diimbangin dengan sumber daya baik manusia maupun finansial yang memadai, dan sistem komunikasi yang mampu mengontrol pelaksanaan program.


(40)

2. Model-Model Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dalam Winarno (2011 : 147) bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, untuk lebih mudah memahami implementasi maka diciptakan model-model implementasi, sebagai berikut:

a. Model Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun

Suatu kebijakan dapat diimplementasikan secara sempurna dengan persyaratan tertentu,Wahab(2004:71-78) menjelaskan syarat-syarat tersebut sebagai berikut: 1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak

akan mengalami gangguan atau kendala yang serius.

Kendala-kendala yang dihadapi pada proses implementasi kebijakan seringkali berada diluar kendali atau jangkauan kewenangan kebijaksanaan dan pelaksanan. Hambatan-hambatan tersebut mungkin sifatnya fisik, politis dan sebagainya. Dengan demikian, hal yang dapat dilakukan para implementator kebijakan adalah mengingat bahwa kemungkinan-kemungkinan tersebut perlu dipikirkan secara matang saat merumuskan kebijakan.

2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.

Terdapat kemungkinan bahwa suatu kebijakan yang memiliki tingkat kelayakan fisik tertentu dapat gagal mencapai tujuan yang ditetapkan dengan


(41)

alasan waktu yang terlalu pendek, dan terlalu fokus pada pencapaian tujuan sehingga kurang memperdulikan penyediaan sarana pencapaian tujuan tersebut.

3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

Dalam proses implementasi, bukan hanya harus dijamin tidak terdapat kendala-kendala semua sumber yang diperlukan, juga harus dipastikan bahwa semua sumber tersebut benar-benar tersedia. Sehingga diharapkan bahwa setiap hambatan atau kendala yang mungkin terjadi dapat diantisipasi sebelumnya dengan tepat dan cepat.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal.

Suatu kebijakan terkadang tidak dapat diimplementasikan secara efektif karena tidak didasari oleh tingkat pemahaman yang memadai tentang persoalan yang akan diselesaikan, penyebab timbulnya masalah dan cara yang tepat untuk pemecahannya. Lebih dari itu kebijakan tersebut tidak didasari oleh peluang-peluang yang tersedia untuk mengatasi masalahnya, sifat permasalahannya, dan apa yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya.

Semakin banyak hubungan kausalitas pada mata rantai suatu kebijakan, maka semakin besar pula resiko bahwa diantaranya terbukti lemah atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Atau kalaupun bisa diimplementasikan, maka proses implementasinya akan sangat panjang dan kompleks.


(42)

6. Hubungan saling ketergantungan kecil.

Keberhasilan misi yang diemban dari sebuah proses implementasi yang sempurna tergantung padainstansi atau para pelaksananya. Semakin sedikit yang ketergantungan instansi yang mengimplementasikan suatu kebijakan, maka kemungkinan atau peluang keberhasilan impelementasi tersebut akan semakin besar dan begitu sebaliknya.

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

Selama proses implementasi, para pelaksana harus memahami dan menyepakati secara menyeluruh mengenai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran tersebut harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, dapat dipahami dan disepakati oleh semua pihak dalam organisasi, dan dapat menjadi arah bagi pelaksanaan kebijakan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

Kesulitan untuk mencapai kondisi implementasi yang sempurna tentu tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan masih perlu merinci dan menyusun seluruh tugas yang harus dilaksanakan ke dalam urutan-urutan yang tepat agar mempermudah pelaksanaannya.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

Komunikasi berperan penting bagi berlangsungnya koordinasi dan implementasi, hanya saja komunikasi yang sempurna masih sulit untuk diwujudkan. Koordinasi bukan sekedar membicarakan persoalan mengkomunikasi informasi atau membentuk struktur administrasi yang


(43)

cocok, melainkan menyangkut persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kekuasaan.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Pelaksanaan suatu kebijakan memerlukan kepatuhan penuh dari setiap pihak yang terlibat agar dapat berjalan dengan baik. Dalam menjamin hal tersebut, maka diperlukan mereka yang memiliki kekuasaan untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya sikap patuh tersebut.

b. Model Implementasi Van Meter dan Van Horn

Dijelaskan dalam Winarno (2011:158-175) teori proses implementasi kebijakan ini menerangkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu:

1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan.

Ukuran-ukuran dasar dan tujuan berguna untuk menguraikan tujuan-tujuan kebijakan secara menyeluruh. Dalam implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan.

2. Sumber-sumber kebijakan.

Sumber-sumber harus mendapat perhatian karena merupakan penunjang keberhasilan dari implementai kebijakan. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya


(44)

sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang ditentukan oleh kebijakan yang telah ditetapkan.Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya waktu yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif.

3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana. Hal ini dikarenakan komunikasi diantara maupun di dalam organisasi bersifat kompleks. Dalam menyampaikan informasi, para komunikator secara sengaja ataupun tidak sengaja mungkin dapat menyimpangkan informasi yang disampaikan. Selain itu, sumber-sumber informasi yang berbeda menyebabkan interpretasi yang tidak konsisten bahkan sering bertentangan terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan sehingga para pelaksana kebijakan dapat mengalami kesulitan.

4. Karakteristik badan-badan pelaksana

Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

5. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik.

Kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat mempengaruhi badan-badan pelaksana dalam pencapaian implementasi kebijakan.Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi cikal bakal dari


(45)

kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

6. Kecenderungan para pelaksana

Intensitas kecenderungan-kecenderungan dari para pelaksana kebijakan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian kebijakan.Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan tersebut bersifat dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang ingin diselesaikan oleh masyarakat.

c. Model Implementasi Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Menurut teori implementasi kebijakan yang dijelaskan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008:144), variabel-variabel yang mempengaruhitercapainya tujuan pada proses implementasi dapat dikategorikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi: a. Kesukaran-kesukaran teknis

b. Keberagaman perilaku yang diatur

c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki


(46)

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat dengan para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai

b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan c. Ketetapan alokasi sumber dana

d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam Undang-Undang

g. Akses formal pihak-pihak luar

3. Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi

b. Dukungan publik

c. Sikap dan sumber-sumber yang dimilikikelompok masyarakat d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana

d. Model Implementasi George Edward III

Menurut Teori Implementasi Kebijakan George Edward III yang dikutip oleh Winarno (2011:177-206), faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, adalah :


(47)

1. Komunikasi.

Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, kejelasan (clarity), dan konsistensi.

- Faktor pertama yang mendukung implementasi kebijakan adalahtransmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harusmenyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untukpelaksanaanya telah dikeluarkan.

- Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas.

- Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.

2. Sumber-sumber.

Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakanmeliputi : staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untukmelaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitasyang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.

3. Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku.

Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensipenting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jikapara pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini


(48)

berarti adanya dukungan, kemungkinan besar merekamelaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.

4. Struktur birokrasi.

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkansecara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu strukturpemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta.

Dari penjelasan beberapa teori diatas mengenai implementasi kebijakan publik maka pada penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik dari Van Metter dan Van Horn. Agustino (2008) menjelaskan bahwa pada model ini terdapat enam variabel yang saling berkaitan yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap atau kecenderungan para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi sosial politik. Model ini menegaskan bahwa pemahaman tentang tujuan, siapa pelaksana atau eksekutor kebijakan, kontrol dan kepatuhan bertindak, serta koordinasi yang baik antar pelaksana merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur-prosedur implementasi suatu kebijakan.

3. Pendekatan Implementasi Kebijakan

Umumnya, proses implementasi selalu bersifat terpusat (sentralistis) dimana sesuatu yang diimplementasikan adalah sesuatu yang telah diputuskan dari pihak pemerintah. Oleh karena itu, terkadang kebijakan yang dihasilkan tidak dapat menyentuh apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat tetapi, untuk


(49)

masyarakat yang demokratis, partisipasi masyarakat harus diperhitungkan. Berdasarkan kecenderungan implementasi yang bersifat sentralistis dan prinsip demokrasi, maka implementasi kebijakan dapat dilihat dari empat pendekatan (Abidin, 2012:155), sebagai berikut:

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini melihat instansi atau organisasi sebagai pusat dari sebuah kebijakan atau sesuatu yang sangat menentukan karena organisasi adalah tempat dan alat untuk melaksanakan fungsi pemerintah. Implementasi dikatkan dengan bidang tugas dari sebuah organisasi yang sudah ada, sehingga diharapkan suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik sesuai kompetensi organisasi yang mengelola.

2. Pendekatan Prosedural

Implementasi dalam pendekatan ini dipandang sebagai sesuatu yang bersifat teknis, dimana hal yang terpenting di dalamnya adalah prioritas dan tata urutan, baik prioritas berdasarkan signifikansi maupun prioritas berdasarkan waktu pencapaian tujuan suatu kebijakan

3. Pendekatan Behavior

Pendekatan ini berhubungan dengan sikap menerima atau menolak dari masyarakat terhadap suatu kebijakan. Masyarakat berperan penting bagi suatu kebijakan dimana berhasil atau tidaknya suatu kebijakan sering kali tergantung pada partisipasi dari masyarakat.


(50)

4. Pendekatan Politik

Implementasi dipandang berkaitan erat dengan politik, menyangkut kepentingan, kekuasaan, dan kecendrungan dari organisasi sebagai kekuatan dan pengaruh dalam organisasi atau antar instansi.

Berdasarkan keempat pendekatan di atas, Program Hibah Air Minum ini menggunakan pendekatan struktural karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan instansi yang benar-benar berkompeten dibidang penyaluran air minum perpipaan. Dalam hal ini, PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung dinilai cukup ahli dibidang penyediaan air minum perpipaan karena merupakan satu-satunya instansi pemerintah dalam bentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bertugas menyediakan pelayanan air minum perpipaan kepada masyarakat di Bandarlampung. Diharapkan, program hibah ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kualitas pelaksananya.

C. Tinjauan tentang Program Hibah Air Minum 1. Gambaran Singkat Kegiatan

Sektor air bersih merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pemberantasan kemiskinan yang menjadi tujuan nasional. Tidak memadainya prasarana dan sarana air bersih khususnya di perkotaan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian masyarakat. Minimnya akses terhadap air bersih menyebabkan masyarakat kerap menggunakan sumber air seadanya, seperti sungai dengan air keruh dan berbau tanpa memperhitungkan memungkinkan


(51)

terdapat kuman penyakit. Sementara itu, penyediaan prasarana dan sarana air bersih yang baik akan memberi dampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta waktu yang dapat dihemat dari usaha untuk mendapatkan air bersih yang baik.

Program Hibah Air Minum ini merupakan kegiatannya berupa pemberian hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk dapat memperluas cakupan pelayanan penyediaan air bersih khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Program juga merupakan suatu upaya percepatan penambahan jumlah sambungan rumah (SR) baru melalui penerapan output based

atau berdasarkan kinerja yang terukur dengan berorientasi pada hasil. Dana yang disediakan untuk Program Hibah Air Minum ini bersumber dari dukungan dana Pemerintah Luar Negeri, yaitu Australian AID dan difasilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum bersama tim interdepartemen (Kementerian Keuangan dan Bappenas).

Dalam mengikuti Program Hibah Air Bersih, Pemerintah Daerah diminta untuk menyiapkan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Syarat kesiapan daerah yang harus dipenuhi untuk mengikuti Program Hibah Air Bersih adalah:

1. Memiliki daftar calon penerima manfaat sesuai kriteria;

2. Memiliki Laporan Keuangan dan Laporan Hasil Kinerja PDAM yang sudah diaudit 3 Tahun terakhir;

3. Melampirkan Ikhtisar Rekening Menurut Jenis Pelayanan 3 Tahun terakhir;


(52)

4. Memiliki Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) berupa Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada PDAM paling sedikit sebesar dana hibah untuk jumlah sambungan rumah yang direncanakan pertahun;

5. Memiliki dokumen perencanaan teknis (DED) untuk SR yang akan dibangun;

6. Bersedia untuk dilakukan verifikasi dan audit;

7. Menyediakan dana operasional yang diperlukan di masing-masing Pemerintah Daerah penerima hibah, termasuk untuk operasional Project Implementation Unit (PIU).

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan dari Program Hibah Air Minum adalah meningkatkan akses bagi keberlanjutan pelayanan air bersih bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Indonesia, dalam upaya mencapai target MDGs (Millenium Development Goals). Selain itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum perpipaan yang diprioritaskan bagi MBR dalam rangka meningkatkan derajat kualitas kesehatan masyarakat. Program Hibah ini bermanfaat bagi Pemerintah Daerah untuk membiayai kegiatan pembangunan sambungan air minum perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan memenuhi kriteria. Program Hibah ini juga bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan dan kesehatan masyarakat melalui pemerataan penyediaan air bersih yang aman dikonsumsi.


(53)

3. Organisasi Pengelola

Program Hibah Air Minum ini dikelola secara berjenjang dari tingkat Pusat, Provinsi hingga Kabupaten/Kota. Pemerintah pusat merupakan pemilik program, pemerintah provinsi bertugas menjadi perantara antara pemerintah kota dan pemerintah pusat. Pada tingkat Kabupaten/Kota Program hibah ini dikelola oleh

Project Implementation Unit (PIU). PIU adalah pejabat yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandarlampung Nomor 608/PDAM/HK/2012 tentang Penunjukkan Pejabat Fugsional / PIU Program Hibah Air Minum Bantuan Australia-Pemerintah Kota Bandarlampung 2013-2015. Bertugas untuk membantu KepalaDaerah melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pelaksanaan Program Hibah Air Minum, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan 2.2. Struktur Organisasi PIU Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahun 2014 di Bandarlampung

(Sumber: Data diolah Peneliti, 2015)

Sekretaris Daerah Kota Bandarlampung Penanggung Jawab

BPKAD Kota Bandarlampung Ketua (Anggota)

Bappeda Kota Bandarlampung Sekretaris (Anggota)

CV. Dharmanita Mulya Abadi Kontraktor Lapangan Badan Perekonomian Daerah

Kota Bandarlampung Anggota

PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung


(54)

Meskipun dilaksanakan secara berjenjang, tetapi dalam manajemen pelaksanaan program hibah ini diserahkan kepada PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung yang bekerjasama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut adalah perusahaan kontraktor swasta yang dipilih melalui penunjukkan langsung, yaitu CV. Dharmanita Mulya Abadi dan CV. Putera Bintuhan. Pelaksana program hibah di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat adalah CV. Dharmanita Mulya Abadi.

D. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan sering dipandang hanya dari perspektif tingkat penghasilan, tetapi jika ditinjau secara lebih luas, kemiskinan juga dapat diartikan sebagaikondisi dimana belum tercukupinyakebutuhan atau ketidakmampuan untuk mengakses pelayanan umum lainnya termasuk pelayanan terhadap air bersih.Pemerintah mengakui bahwa pelayanan terhadap air bersih untuk masyarakat belum maksimal, dimana masih banyak masyarakat yang masih kesulitan air dan memanfaatkan sumber air sedanya. Sementara ketersediaan air bersih sangat penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah. Air bersih berkaitan erat dengan kesehatan dan perekomiomian masyarakat, sehingga belum tercukupinya kebutuhan terhadap air bersih tentu berakibat pada tingkat kesehatan, pendapatan atau produktivitas masyarakat. Untuk menjawab persoalan terkait kebutuhan akan air bersih tersebut, pemerintah bersama PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung memanfaatkan bantuan dana dari Pemerintah Luar Negeri untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat melalui Program Hibah Air Minum.


(55)

Tujuan dari Program Hibah ini adalah terciptanya peningkatan cakupan pelayanan air bersih yang diprioritaskan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Bandarlampung merupakan salah satu daerah yang melaksanakan Program Hibah Air Minum tersebut untuk lima kecamatan yang kesulitan mendapat air bersih dan masyarakatnya masih berpenghasilan rendah. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana kalau tidak diimplementasikan, dan tidak akan menimbulkan dampak yang positif bagi tujuan yang telah ditetapkan. Program hibah ini harus diimplementasikan karena menyangkut kebutuhan yang paling krusial bagi masyarakat, yaitu air bersih. Jika tidak diimplementasikaan, program ini tidak akan menimbulkan dampak yang positif terhadap kebutuhan masyarakat tersebut, dengan kata lain pemerintah belum maksimal menjawab kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Dalam proses pelaksanaan atau implementasinya, program hibah ini secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan.

Keberhasilan implementasi sebuah program dapat diukur dari setiap prosesnya dan seberapa besar tujuannya dapat dicapai. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Merrile Grindle dalam Agustino (2008:139) yang menyatakan bahwa “Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.” Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh variabel yang mempengaruhi kebijakan publik


(56)

itu sendiri. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model implementasi kebijakan publik Van Metter dan Van Horn yang melihat implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh enam variabel. Ke enam variabel yang dimaksud yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Secara jelas kerangka pikir bisa dilihat pada bagan berikut:

Bagan 2.3. Kerangka Pikir

(sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2015)

PP No. 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan dan PMK

188/2012 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah Kepada

Pemerintah Daerah.

Peraturan Wali Kota Bandarlampung Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyretaan Modal Pemerintah Daerah

kepada PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung

Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Bandarlampung

Permasalahan di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat Bandarlampung: 1. Kualitas air tanah buruk: berbau,

kadar garam sedikit lebih tinggi, sumber mata air sulit ditemukan karna tanah yang berbatu.

2. Masyarakatnya banyak yang berpendidikan rendah.

3. Banyak masyarakat di usia produktif (15-65 tahun) yang tidak bekerja.

4. Akses jalan yang sulit, tidak terjangkau oleh kendaraan umum.

Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter Van Horn (Winarno, 2011:158-175)

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber daya

3. Karakteristik agen pelaksana 4. Sikap/ kecenderungan para

pelaksana

5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial,


(57)

A. Tipe dan Pendekatan Penilitian

Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

David Williams dalam Moleong (2011:5) menyatakan bahwa “Penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.” Sejalan dengan definisi tersebut, Denzin dan Lincoln dikutip oleh Moleong (2011:5) menyatakan bahwa “Penelitian Kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode

yang ada.” Dari definisi-definisi tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkap keadaan yang sebenarnya terjadi dengan berbagai metode alami melalui peneliti yang mempunyai ketertarikan secara alami terhadap permasalahan yang diteliti. Secara lebih jelas, Moleong (2011:6) menyatakan bahwa:


(58)

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang alamiah.”

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan fenomena sosial yang terjadi dalam proses Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung.Menurut Moleong (2011:11) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah:

“Suatu penelitian yang bertujuan untuk membantu mendeskripsikan,

menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti baik berupa kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran dalam penyajian

laporan penelitian.”

Tujuan dilakukannya penelitian deskripsi ini adalah untuk mendeskripsikan tentang Pelaksanaan Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung.Termasuk juga menggambarkan dampak yang diterima masyarakat Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat dengan adanya program Hibah Air Minum tersebut secara jelas dan rinci agar dapat menjadi sumber pengetahuan bagi peneliti, instansi, dan masyarakat.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempertajam penelitian maka dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan suatu fokus penelitian. Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan bahwa “A focused refer to a single cultural domain or a few related domains”,


(59)

maksudnya adalah bahwa fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). Fokus masalah diturunkan dari rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung melalui enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, variabel tersebut yaitu:

a. Ukuran dan tujuan kebijakan

Apakah tujuan Program Hibah Air Minum sudah cukup realistis untuk dilaksanakan pada masyarakat terutama untuk MBR dan apakah para pelaksana sudah benar-benar memahami dan mengerti terhadap ukuran dan tujuan dari Program Hibah Air Minum tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dari penetapan tujuan dan sasaran dari program, dan dalam keadaan seperti apa tujuan yang telah ditetapkan dapat dikatakan berhasil: air mengalir selama 24 jam setiap hari; kebutuhan air bersih masyarakat tercukupi; tidak ada keluhan dari masyarakat mengenai progam hibah.

b. Sumber daya

Sumber daya dalam hal ini yaitu ketersediaan sumber daya manusia, sumber daya finansial, dan sumber daya waktu. Sumber daya manusia meliputi kesediaan Instansi pelaksana dalam hal ini PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung untuk melaksanakan Program Hibah Air Minum sebaik


(60)

mungkin sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sumber daya finansial meliputi ketersediaan dana untuk melaksanakan program dan menjamin keberlangsungan program. Ukuran dari sumber daya ini dapat dilihat dari siapa saja instansi yang terlibat dalam pelaksanaan program, berapa jumlah pekerjanya, bagaimana prosedur pelaksanaannya; dari mana sumber dana pendukung pelaksanaan program hibah tersebut: APBN, APBD, atau Hibah Luar Negeri.

c. Karakteristik badan pelaksana

Bagaimana para pelaksana Program Hibah Air Minum bisa mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan dan apakah badan yang dilibatkan sudah sesuai dengan cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan. Agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang dinilai mampu mengemban tanggung jawab program. Karakteristik badan pelaksana ini dapat diukur melalui pertanyaan, apakah instansi yang dipilih untuk melaksanakan program hibah sudah tepat dalam arti instansi tersebut benar-benar memiliki kompetensi untuk melaksanakan program hibah, memahami prosedur pelaksanaan program, memiliki pengalaman dan kualitas yang baik dalam melaksanakan Program Hibah Air Minum atau semacamnya, serta memiliki Standar Pelayanan Minimum tersendiri untuk Program Hibah Air Minum tersebut.

d. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana

Bagaimana sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana yang akan mempengaruhi keberhasilan kinerja implementasi Program Hibah Air Minum. Ukuran yang dapat ditentukan dari poin ini, yaitu Instansi pelaksana


(61)

sudah benar-benar siap untuk melaksanakan program hibah ini bukan hanya atas dasar keputusantop-downsaja.

e. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Sosialisasi dan koordinasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi Program Hibah Air Minum. Tolak ukur dari koordinasi tersebut dapat dilihat dari:

1. Kegiatan rapat atau pertemuan khusus antar instansi pelaksana yang rutin diadakan dalam jangka waktu tertentu untuk mengevaluasi jalannya proses Implementasi Program Hibah Air Minum tahap kedua ini.

2. Peran serta masyarakat dalam proses Implementasi Program Hibah Air Minum tahap kedua yang sedang berlangsung di daerahnya. f. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Lingkungan eksternal dari kebijakan ini, yaitu dengan memperhatikan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang akan turut mendorong keberhasilan proses Implementasi Program Hibah Air MinumBantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung.Tolak ukur yang dapat dijadikan acuan penilaian variabel ini antara lain karakteristik masyarakat sasaran dapat dikatakan MBR dan non-MBR (reguler); masyarakat sasaran memang benar-benar membutuhkan Program Hibah Air Minum tersebut; kondisi politik di daerah sasaran berada pada tingkat stabil.


(62)

2. Dampak Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat bagi Masyarakat Kelurahan Bakung.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat. Alasan peneliti memilih Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat karena letak geografisnya berada di dataran tinggi dan dekat pesisir, selain itu juga dekat dengan TPA Bakung menyebabkan kualitas air tanah buruk, sehingga sangat kesulitan terhadap akses air bersih.Selain itu masyarakatnya sebagian masih berpendidikan rendah dan sebagian besar bekerja sebagai buruh dan IRT yang penghasilannya juga rendah, sehingga masyarakatnya benar-benar membutuhkan kemudahan akses terhadap penyediaan air bersih yang mudah dan relatif murah seperti program hibah tersebut. Alasan lainnya yaitu Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat baru diikut sertakan dalam Program Hibah Air Minum pada pogram hibah tahap kedua tahun 2014.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data


(63)

a. Data Primer, yaitu berupa kata-kata dan tindakan yang bersumber dari informan serta peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data-data primer ini merupakan unit analisis utama yang digunakan dalam kegiatan analisis data. Data primer diperoleh peneliti sebagai hasil dari proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi terhadap implementasi Program Hibah Air Minum di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat.

b. Data Sekunder, yaitu data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan implementasi Program Hibah Air Minum di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat.

2. Sumber Data

Lofland dalam Moleong (2011:157) mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen-dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Informan

Informan adalah orang-orang atau pihak yang terkait dan dinilai memiliki informasi yang dibutuhkan mengenai Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandarlampung nnforman yang dimaksud, yaitu:


(1)

71

Dari Struktur Direksi ini diidentifikasi bahwa PDAM Way Rilau mempunyai beberapa bidang sebagai berikut:

a. Satuan Pengawas Intern (SPI), bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama;

b. Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan LAN, bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama;

c. Bagian Keuangan, Bagian Umum, Bagian Personalia dan Bagian Hubungan Pelanggan (Hublang), bertanggungjawab langsung kepada Direktur Umum; d. Bagian Keuangan, Bagian Perencanaan Teknik, Bagian Produksi, Bagian

Distribusi, Bagian Perawatan dan Bagian Peralatan, bertanggungjawab langsung kepada Direktur Teknik.

5. Jumlah Karyawan PDAM Way RilauKota Bandarlampung

Jumlah karyawan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung pada tahun 2010 sebagaimana disajikan pada diidentifikasi sebanyak 307 orang yang terdiri 3 orang Direktur, 276 pegawai tetap dan 28 orang pegawai kontrak atau honorer dengan berbagai latar belakang pendidikan.

Tabel 4.5. Jumlah dan Tingkat Pendidikan Karyawan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung

Sumber: Dokumen Studi Kelayakan PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung, 2010

No. Pendidikan Jumlah (jiwa)

1. S2 1

2. S1 58

3. D3 6

4. SLTA/SMK 170

5. SLTP/SMP 24

6. SD 48


(2)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Implementasi Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai ImplementasiProgram Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat yang diukur melalui enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, dapat disimpulkan bahwa variabel yang dominan dalam pelaksanaan program tersebut adalah ukuran dan tujuan kebijakan, karakteristik agen pelaksana, dan sikap/kecenderungan agen pelaksana. Para pelaksana telah memahami ukuran yang telah ditetapkan dan tujuan yang ingin dicapai oleh program, termasuk karakteristik masyarakat yang menjadi sasaran. Selain itu, pelaksana yang dipilih untuk mengelola pelaksanaan di lapangan dalam hal ini PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung dan CV. Dharmanita Mulya Abadi telah sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan oleh program. Sementara berdasarkan sikapnya, para pelaksana secara keseluruhan cenderung menerima program ini dengan baik. Selanjutnya untuk variabel sumber daya, komunikasi antar aktivitas da organisasi pengelola, dan lingkungan sosial, ekonomi, politik masih dikatakan belum terpenuhi dengan baik.


(3)

111

2. Dampak yang diterima masyarakat Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat dengan adanya Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua Tahun 2014 di Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat

Secara tidak langsung kesulitan mendapatkan air bersih mempengaruhi perekonomian dan kesehatan masyarakat karena waktu beraktivitasnya banyak tersita untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Berdasarkan penelitian, Program Hibah Air Minum Bantuan Luar Negeri Tahap Kedua ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Kelurahan Bakung. Dengan adanya program ini selain dapat memenuhi kebutuhan air bersihnya, masyarakat dapat mencuci pakaian, mandi dan minum dengan air bersih, memakai pakaian bersih, dan dapat lebih banyak waktu untuk beristirahat. Masyarakat dapat mengakomodir kebutuhannya terhadap air bersih untuk kehidupan sehari-hari dan menjadi lebih sehat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Tingkatkan intnsitas rapat koordinasi dan pelatihan atau seminar bagi seluruh pelaksana.

2. Tingkatkan alokasi dana APBD untuk membantu pembiayaan pelaksanaan Program Hibah Air Minum di Bandarlampung.

3. Sosialisasikan program melalui media massa seperti televisi, radio, ataupun koran.

4. Tambahkan jumlah sumber daya untuk sosialisasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Abidin, Said Zainal. 2012.Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika.

Agustino, Leo. 2008.Dasar-dasar Kebijakan Publik,Bandung: Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Riant. 2012.Public Policy, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Parsons, Wayne. 2008. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.Jakarta: Kencana.

Siswadi, Edi. 2012. Birokrasi Masa Depan (Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Prima). Bandung: Mutiara Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Suripin. 2002.Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2011. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus, Yogyakarta: PT. Buku Seru.


(5)

Referensi Dokumen

Kementerian Pekerjaan Umum dan Dirjen Cipta Karya. 2013. Pedoman Pengelolaan Hibah Air Minum Tahun 2014.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Dirjen Cipta Karya . 2012. BahanLokakarya Pengelolaan Hibah Air Minum Tahap Kedua Tahun 2014.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Dirjen Cipta Karya. 2012. BahanLokakarya Penyiapan Hibah Air Minum APBN 2015.

BKKBN. 2012. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Bandarlampung tahun 2012.

PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung. 2010. Proyeksi Jumlah Penduduk Bandarlampung Tahun 2014-2035.

PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung. 2010. Studi Kelayakan PDAM Way Rilau Tahun 2010.

Bappeda Kota Bandarlampung. 2014 Insekra Kota Bandarlampung Tahun 2014.

BPS Kota Bandarlampung. 2014. Bandarlampung dalam Angka Tahun 2014.

Referensi Website

Lampung, Haluan. 2015. Program Hibah Air Minum Bakung. Diakses pada 23 Februari 2015. Dalam http://haluanlampung.com/index.php/siger/5000-pemkot-dan-pdam-beri-program-hibah-air-minum.

IndII. 2014. Jurnal Triwulan Prakarsa Edisi Juli 2014. Diakses pada 27 Februari 2015. Dalam http://www.indii.co.id:8080/ind/publications.php?id_cat=59).

Referensi Perundangan-Undangan

Peraturan wali Kota Bandarlampung Nomor 01 Tahun 2014 tentang Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada PDAM Way Rilau Kota Bandarlampung.


(6)

✁ ✁✂

Surat Keputusan Walikota bandarlampung Nomor 608/PDAM/HK/2012 tentang Penunjukkan Pejabat Fungsional / Project Implementation Unit (PIU) Program Hibah Air Minum Bantuan Australia Pemerintah Kota Bandarlampung (2013-2015).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188 Tahun 2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.