30
dengan sesuatu atau seseorang yang hilang maka akan semakin ringan dan sederhana duka yang dirasakan.
f. Kebudayaan dan adat istiadat
Pada dasarnya setiap kebudayaan telah memiliki perangkat untuk menolong masyarakatnya dalam menghadapi dukacita khususnya
karena kehilangan orang-orang yang dikasihi. Pola pikir dan kebiasaan yang dimiliki oleh orang yang berduka dalam relasi dengan
lingkungannya akan mempengaruhi cara mereka merespon dukacitanya.
Rasa duka dan mencintai adalah dua perasaan emosi yang serupa yang dialami seseorang. Jika seseorang sanggup untuk mencintai, maka seseorang
tersebut juga memiliki rasa duka. Setiap orang, bagaimana pun, memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi kematian atau kehilangan.
Bagi orang-orang yang tidak terlalu dikenal, rasa duka ini hanya berlangsung sebentar saja. Berbeda bila orang yang meninggal tersebut adalah seseorang
yang memiliki hubungan emosi yang dekat, maka dapat timbul rasa duka yang sangat dalam Tandjung, 1976.
G. Pendekatan Psikologi Indigenous
Karakteristik indigenous adalah sebuah pendekatan yang dapat didefenisikan sebagai studi ilmiah tentang perilaku manusia yang asli,
dirancang khusus untuk masyarakat setempat yang menjadi subyek penelitian sehingga budayanya dapat dipahami dalam bingkai acuannya
sendiri. Pendekatan ini penulis pilih setelah membaca beberapa literatur tentang psikologi indigenous maupun hasil penelitian tentang keunikan
budaya di beberapa daerah di Indonesia. Menurut penulis, pendekatan Indigenous tepat untuk menganalisis ritual ma’nenek yang merupakan
fenomena unik yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memelihara
31
tradisi ini. Cara mereka mengekspresikan dukacita dan apa makna tradisi ini hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh rumpun keluarga yang memelihara
tradisi ma’nenek. Berdasarkan observasi dan keikutsertaan dalam ritual dan juga melalui wawancara dengan para partisipan akhirnya penulis dapat
mengambil kesimpulan tentang betapa pentingnya ritual ini bagi keluarga yang berduka. Penulis sendiri sebagai orang Toraja sangat asing dengan
budaya ma’nenek karena tradisi ini tidak dikenal dalam keluarga penulis sekali pun para tetangga bahkan rumpun keluarga terdekat melaksanakan
tradisi ini sejak dulu dari tahun ke tahun. Orang tua penulis bahkan sampai saat ini belum pernah mengikuti ritual ma’nenek.
Psikologi Indigenous adalah suatu kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak dibawa dari daerah lain, dan
didesain untuk masyarakatnya sendiri Kim Berry, 1993. Pendekatan ini mendukung pembahasan mengenai pengetahuan, keahlian dan kepercayaan
yang dimiliki seseorang serta mengkajinya dalam bingkai kontekstual yang ada. Teori, konsep, dan metodenya dikembangkan secara indigenous
disesuaikan dengan fenomena psikologi yang kontekstual. Tujuan utama dari pendekatan psikologi Indigenous adalah untuk menghasilkan pengetahuan
yang lebih teliti, sistematis, bersifat universal dan secara teoritis maupun empiris dapat dibuktikan Kim, Yang dan Hwang, 2006.
Kemunculan psikologi indigenous tidak lepas dari kebimbangan- kebimbangan peneliti psikologi dari Asia, yang belajar psikologi di Barat,
ketika mereka kembali dan mencoba untuk mengembangkan psikologi di negaranya, mereka menjumpai banyak kesulitan dan mulai mempertanyakan
kembali validitas, universalitas, dan aplikabilitas dari teori-teori psikologi Kim, 2000. Para peneliti tersebut berkesimpulan bahwa setiap budaya
harus dipahami dari bingkai acuannya sendiri, termasuk konteks ekologi, sejarah, filosofi, dan agama yang ada Kim, Yang dan Hwang, 2006.
32
Pendekatan psikologi indigenous mempertanyakan konsep universalitas dari teori-teori psikologi yang ada dan berusaha menemukan psikologi yang
universal dalam konteks sosial, budaya, dan ekologi Kim dan Berry, 1993; Kim, Yang, Huang 2006. Hal ini didukung dengan keterangan dari
Neuman 1995, yang menyatakan tentang sejumlah penelitian menyebutkan bahwa teori-teori psikologi sebenarnya berkaitan dengan batasan budaya
culture-bound, nilai-nilai daerah value-laden dan dengan validitas yang terbatas. Psikologi Indigenous menyajikan suatu pendekatan dimana
muatannya makna, nilai dan kepercayaan bersifat kontekstual keluarga, sosial, budaya, dan ekologi yang secara eksplisit menggabungkannya dalam
desain penelitian Kim, Yang dan Hwang, 2006. Pendekatan psikologi indigenous amat penting dilakukan di Indonesia yang terdiri dari beragam
suku dan budaya , sebagaimana pernyataan Kim dan Berry 1993, p.76 berikut ini:
“Indigenuous psychologies can be defined as the scientific study of human behaviour or the mind that is native, that is not transported from
other regions, and that is designed for its people.”
Kim, Yang dan Hwang 2006 mengidentifikasi sepuluh karakteristik psikologi indigenous sebagai berikut:
1. Indigenous Psychology menekankan pada penelaan fenomena psikologis dalam konteks keluarga
2. Indigenous Psychology dibutuhkan oleh semua kelompok-kelompok kultural, pribumi, etnik termasuk negara-negara yang sedang
berkembang dan negara-negara maju. 3. Indigenous Psychology merupakan tradisi dari ilmu pengetahuan yang
salah satu aspek pentingnya adalah menemukan metode-metode yang tepat untuk fenomena yang sedang diinvestigasi, oleh karenanya
dianjurkan untuk menggunakan berbagai metode.
33
4. Diasumsikan bahwa hanya orang pribumi atau orang dalam di sebuah budaya yang dapat memahami fenomena indigenous dan kultural
sedangkan orang luar hanya dapat memiliki pengetahuan yang terbatas. 5. Dalam indigenous psychology peran para penelitilah yang mampu
menterjemahkan pengetahuan episodik menjadi bentuk-bentuk analitik agar dapat diuji dan diverifikasi.
6. Indigenous psychology adalah bagian dari tradisi ilmiah yang berusaha menemukan pengetahuan psikologis yang berakar pada konteks budaya.
7. Banyak pakar indigenous psychology yang mencari buku filsafat untuk menjelaskan fenomena indigenous. Namun analisis-analisis tersebut
adalah filsafat spekulatif dan mereka masih harus didukung oleh bukti- bukti empiris. Meskipun mereka telah memberi informasi dasar dan kaya
bagi pengembangan teori-teori formal, masih perlu diuji dan divalidasi secara empiris.
8. Indigenous psychology diidentikkan sebagai bagian dari tradisi ilmu budaya, dimana orang tidak sekedar bereaksi atau beradaptasi dengan
lingkungan, tetapi mereka juga mampu memahami dan mengubah lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.
9. Indigenous psychology menganjurkan pengaitan antara humanitas dengan ilmu-ilmu sosial sehingga dapat memberikan pengetahuan dan
insight yang berharga. 10. Dua titik awal penelitian dalam indigenous psychology yaitu
indigenization from without melibatkan teori, konsep yang sudah ada dan meodifikasinya agar cocok dengan budaya lokal dan indigenization
from within teori, konsep dan metodologi dikembangkan secara internal dan informasi indigenous dianggap sebagai sumber utama pengetahuan.
Walaupun semua orang berduka ketika kehilangan orang yang dicintai, namun ritual dan kebiasaan yang berkaitan dengan kematian bervariasi di
34
antara budaya. Setiap budaya mendefenisikan proses berduka dan mengintegrasikan kehilangan ke dalam hidup dengan cara yang konsisten
dengan keyakinan mereka tentang kehidupan, kematian dan kehidupan akhirat. Aspek pengalaman tertentu dapat dianggap lebih penting pada suatu
budaya, sedangkan pada budaya lain dianggap kurang penting Shapiro, 1996. Hal ini nampak juga
dalam ritual ma’nenek orang Toraja. Setelah berlangsungnya pemakaman selama kurang lebih setahun mereka
merindukan suatu kesempatan untuk berkumpul bersama dimana mereka dapat mengungkapkan dukacita dengan mengenang, menangis, meratap,
berteriak, menjemur dan membungkus tulang-tulang jenazah serta merawat lingkungan sekitar pemakaman sebagai bentuk kasih sayang kepada keluarga
yang telah meninggal. Psikologi Indigenous juga menekankan pada penelaan fenomena
psikologis dalam konteks keluarga. Diasumsikan bahwa hanya orang Toraja yang melaksanakan ritual tersebut yang benar-benar mengerti dan merasakan
makna ritual bagi kelangsungan hidup mereka tanpa orang yang dikasihi lagi. Sedangkan orang luar termasuk orang Toraja yang tidak
melaksanakannya hanya dapat memiliki pengetahuan yang terbatas.
H. Suku Toraja