BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih
baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita.
Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di
bawah lima tahun Anik, 2010. Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan
yang ada di Negara berkembang maupun di Negara maju. Hal ini di sebabkan masih tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran
pernapasan akut ISPA yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita adalah pneumonia. Dimana pneumonia merupakan bagian atau tahap lanjut dari
penyakit inspeksi saluran pernapasan akut ISPA Misnadiarly, 2008. Menurut World Health Organization WHO, penyakit ISPA merupakan
penyakit yang paling sering menyebabkan kematian pada anak balita. Sehingga ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian yang cukup tinggi. Kematian
tersebut sebagian besar disebabkan oleh pneumonia. Sebagai kelompok penyakit ISPA yang merupakan penyebab status kunjungan pasien ke sarana kesehatan yakni sebanyak
Universitas Sumatera Utara
40 - 60 kunjungan berobat di puskesmas dan 15 - 30 kunjungan berobat ke rumah sakit Depkes RI, 2002.
Menurut WHO tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernapasan di dunia adalah sebesar 19 – 26. Pada tahun 2007 di perkirakan
terdapat 1,8 juta kematian akibat ISPA atau sekitar 20 dari total 9 juta kematian pada anak. Di indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007
ISPA adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare dengan angka kejadian 15,5 dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya di fasiliitas
kesehatan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Citra Ayu tahun 2009 di Rangkapan
Jaya Baru pada baduta di urutan pertama di bandingkan penyakit lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008, kejadian ISPA pada pasien rawat jalan anak usia 29hari-1
tahun di puskesmas Rangkapan Jaya Baru sebesar 33,35, sedangkan untuk pasien rawat jalan anak usia 1-4 tahun yang menderita ISPA sebesar 40,68.
Berdasarkan Penelitian Yuli Trisnawati tahun 2012, data pada Puskesmas Rembang jumlah balita tahun 2011 berjumlah 2.927 balita. Dimana penderita ISPA pada
balita tahun 2011 berjumlah 413 14,1. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ribka Rerung di dapat kasus ISPA di Kabupaten Tana Toraja mengalami peningkatan yaitu
30,2 pada tahun 2010 dan 43,2 pada tahun 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Sri Dara Ayu yang
berjudul hubungan status gizi, berat badan lahir, imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tunikamaseang Kecamatan Bontoa Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Maros, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dan status imunisasi dengan kejadian ISPA.
Dari survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Teladan di dapat balita yang terkena infeksi saluran pernapasan akut pada tahun 2012 mencapai 1194
balita. Berdasarkan laporan hasil bulanan imunisasi bayi di wilayah kerja Puskesmas
Teladan Medan Tahun 2013 dengan sasaran bayi sebanyak 761 orang. Dimana yang mendapatkan imunisasi HB 0-7 hari sebanyak 743 orang 97,6, BCG sebanyak 743
orang 97,6, Polio 1 sebanyak 744 orang 97,7 , DPT HB 1 sebanyak 742 orang 97,5, Polio 2 sebanyak 742 orang 97,5, DPT HB 2 sebanyak 742 orang 97,5,
Polio 3 sebanyak 744 orang 97,7, DPT HB 3 sebanyak 748 orang 98,3, Polio 4 sebanyak 756 orang 99,3, campak sebanyak 746 orang 98,0.
Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan salah satu penyebab kematian pada balita. Angka kejadian penyakit infeksi pernapasan akut ISPA pada balita di
indonesia masih tinggi karena kesakitan tiap tahun mencapai 260.000 balita. Pada akhir tahun 2000 ISPA mencapai enam kasus diantara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus
kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita Supraptini, 2006. Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per
menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Usia Balita adalah
Universitas Sumatera Utara
kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita.
Peran aktif keluargamasyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari hari di dalam masyarakat atau
keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar
dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika
anaknya sakit. Dari latar belakang diatas, penulis berminat meneliti hubungan status imunisasi
dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut ISPA pada balita sakit 1-5 tahun di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014.
B. Perumusan Masalah