Analisis Data Analisis Yuridis Penuntutan Pengembalian Mahar Akibat Perceraian (Studi Putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh Nomor: 15/Pdt.G/2011/MS-Aceh)

24 b. Wawancara dengan informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Dalam melakukan penelitian lapangan ini dipergunakan metode wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam indept interview secara langsung yaitu kepada: Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh. Hasil wawancara yang dilakukan ini digunakan untuk mendukung data sekunder.

4. Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai proses menganalisa, memanfaatkan data yang telah terkumpul untuk digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam proses pengolahan, analisis dan pemanfaatan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu “prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan tingkah laku yang dapat diobservasi dari manusia”. 37 Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, yaitu dengan cara data yang telah terkumpul dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Pernarikan kesimpulan menggunakan logika berfikir dedukatif-induktif. 37 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 16. Universitas Sumatera Utara 25

BAB II KEWAJIBAN PEMBERIAN MAHAR DARI CALON SUAMI KEPADA

CALON ISTERI DALAM PERKAWINAN ISLAM

A. Mahar Dalam Hukum Perkawinan Islam 1.

Pengertian Mahar Secara terminologi, mahar adalah pemberian yang wajib dari calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang isteri kepada calon suaminya 38 dalam kaitannya dengan perkawinan. Pemberian itu dapat berupa uang, jasa, barang, ataupun yang lainnya yang dianggap bermanfaat oleh orang yang bersangkutan. Kemudian mengenai definisi mahar ini dalam Kompilasi Hukum Islam, juga dijelaskan bahwa mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dalam ilmu fiqih mahar atau maskawin mempunyai banyak nama. Demikian pula dalam al-Qur’an, maskawin sering disebut dengan sebutan yang berbeda-beda, kadangkala disebut dengan shadaq, nihlah, faridhah, atau arjun. Dasar hukum mahar adalah surat An-Nisa ayat 4, yakni: “Berikanlah kepada wanita-wanita yang kamu nikahi maskawin mereka dengan kerelaan” 39 . Dengan demikian, istilah shadaqah, 38 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cetakan 4, 2010, hal. 84. 39 H. Rahmat Hakim, Op. Cit, hal. 72. 25 Universitas Sumatera Utara 26 nihlah, dan mahar merupakan istilah yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi istilah maskawin lebih di kenal di masyarakat, terutama di Indonesia. Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa mahar merupakan pemberian wajib yang diserahkan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad nikah. Pemberian yang diberikan kepada mempelai perempuan tidak dalam kesempatan akad nikah atau setelah selesai peristiwa akad nikah tidak disebut mahar, tetapi nafaqah. Demikian pula pemberian yang diberikan mempelai laki-laki dalam waktu akad nikah namun tidak kepada mempelai perempuan, tidak disebut mahar.

2. Syarat dan Macam-macam Mahar