24
b. Wawancara dengan informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini.
Dalam melakukan penelitian lapangan ini dipergunakan metode wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam indept interview secara
langsung yaitu kepada: Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh. Hasil wawancara yang dilakukan ini digunakan untuk mendukung data sekunder.
4. Analisis Data
Analisis data dapat diartikan sebagai proses menganalisa, memanfaatkan data yang telah terkumpul untuk digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam
proses pengolahan, analisis dan pemanfaatan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu “prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif,
yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan tingkah laku yang dapat diobservasi dari manusia”.
37
Mengingat sifat penelitian maupun objek penelitian, maka semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif, yaitu dengan cara data yang telah
terkumpul dipisah-pisahkan menurut
kategori masing-masing dan
kemudian ditafsirkan dalam usaha mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Pernarikan
kesimpulan menggunakan logika berfikir dedukatif-induktif.
37
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB II KEWAJIBAN PEMBERIAN MAHAR DARI CALON SUAMI KEPADA
CALON ISTERI DALAM PERKAWINAN ISLAM
A. Mahar Dalam Hukum Perkawinan Islam 1.
Pengertian Mahar
Secara terminologi, mahar adalah pemberian yang wajib dari calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta
kasih bagi seorang isteri kepada calon suaminya
38
dalam kaitannya dengan perkawinan. Pemberian itu dapat berupa uang, jasa, barang, ataupun yang lainnya
yang dianggap bermanfaat oleh orang yang bersangkutan. Kemudian mengenai definisi mahar ini dalam Kompilasi Hukum Islam, juga
dijelaskan bahwa mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan
dengan hukum Islam. Dalam ilmu fiqih mahar atau maskawin mempunyai banyak nama. Demikian
pula dalam al-Qur’an, maskawin sering disebut dengan sebutan yang berbeda-beda, kadangkala disebut dengan shadaq, nihlah, faridhah, atau arjun. Dasar hukum mahar
adalah surat An-Nisa ayat 4, yakni: “Berikanlah kepada wanita-wanita yang kamu nikahi maskawin mereka dengan kerelaan”
39
. Dengan demikian, istilah shadaqah,
38
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Cetakan 4, 2010, hal. 84.
39
H. Rahmat Hakim, Op. Cit, hal. 72.
25
Universitas Sumatera Utara
26
nihlah, dan mahar merupakan istilah yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi istilah maskawin lebih di kenal di masyarakat, terutama di Indonesia.
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa mahar merupakan pemberian wajib yang diserahkan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan
ketika atau akibat dari berlangsungnya akad nikah. Pemberian yang diberikan kepada mempelai perempuan tidak dalam kesempatan akad nikah atau setelah selesai
peristiwa akad nikah tidak disebut mahar, tetapi nafaqah. Demikian pula pemberian yang diberikan mempelai laki-laki dalam waktu akad nikah namun tidak kepada
mempelai perempuan, tidak disebut mahar.
2. Syarat dan Macam-macam Mahar