Matriks IFE

6.3. Matriks IFE

Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat disimpulkan bahwa pihak pengelola, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kab. Bantul secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari nilai total skor yaitu sebesar 2,6875.

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa kekuatan utama pengelola adalah konsep pengembangan wisata yang mulai terencana dengan skor sebesar 0,1894. Adanya area pengembangan yang dinamakan area segitiga pusat membuat tata letak kawasan menjadi terkoordinasi dengan baik. faktor kedua yaitu aksesbilitas ke tempat wisata yang cukup baik dengan skor sebesar (0,1864), hal ini terlihat dari lokasi wisata (Pantai Parangtritis) yang dekat dengan kota Yogyakarta dan juga ditunjang oleh kondisi jalan raya yang baik. Faktor ketiga adalah adanya partisipasi dari masyarakat dalam penentuan kebijakan dengan skor sebesar 0.1834. Mengingat masyarakat merupakan bagian dari wisata maka adanya partisipasi tersebut dapat meningkatkan kinerja pengelola yaitu melalui dukungan warga sekitar. faktor keempat yaitu atraksi wisata yang amat bervariasi (skor 0,1693). Banyaknya atraksi wisata yang ditampilkan seperti upacara-upacara adat atau tradisi, dan juga adanya penyelenggaraan event-event yang rutin maupun insidental dapat menjadi suatu kekuatan dalam menarik minat pengunjung. Kemudian faktor kelima yaitu SDA yang potensial untuk wisata bahari (skor 0,1641), ombak yang besar dengan angin yang kencang ditambah lagi dengan kekayaan laut disekitarnya, serta pemandangan alam yang amat indah merupakan salah satu kekuatan untuk mengembangkan wisata bahari.

Selanjutnya faktor-faktor yang menjadi kekuatan pengelola meskipun tidak terlalu dominan yang bisa dilihat dari skor masing-masing indikator, yaitu untuk faktor keenam adalah sistem operasi manajemen pengelolaan yang cukup baik dengan skor sebesar 0,1597. Faktor ketujuh yang menjadi kekuatan pengelola adalah memiliki SDM yang ahli dalam pengelolaan lingkungan (skor 0,1507), terlihat dari tingkat pendidikan pihak pengelola yang cukup tinggi. Yang kedelapan adalah mempunyai target konsumen potensial (skor 0,1438) yakni para pelajar yang biasanya melakukan kunjungan rutin tiap pergantian semester. Untuk Selanjutnya faktor-faktor yang menjadi kekuatan pengelola meskipun tidak terlalu dominan yang bisa dilihat dari skor masing-masing indikator, yaitu untuk faktor keenam adalah sistem operasi manajemen pengelolaan yang cukup baik dengan skor sebesar 0,1597. Faktor ketujuh yang menjadi kekuatan pengelola adalah memiliki SDM yang ahli dalam pengelolaan lingkungan (skor 0,1507), terlihat dari tingkat pendidikan pihak pengelola yang cukup tinggi. Yang kedelapan adalah mempunyai target konsumen potensial (skor 0,1438) yakni para pelajar yang biasanya melakukan kunjungan rutin tiap pergantian semester. Untuk

Tabel 12. Matriks IFE Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul (Tahun 2007)

Faktor Penentu

Bobot

Rating

Rata- Skor Kekuatan

A. Retribusi Murah

B. SDA yang potensial untuk wisata bahari

C. Letak yang strategis terhadap pasar

D. Memiliki SDM yang ahli dalam 0,150 0,0502 3,00 pengelolaan lingkungan

E. Atraksi wisata yang amat bervariasi

F. Mempunyai target konsumen potensial

G. Sistem operasi manajemen pengelolaan 0,159 0,0599 2,67 yang cukup baik

H. Aksesibilitas ke tempat wisata yang cukup 0,186 0,0621 3,00 baik

I. konsep pengembangan kawasan yang mulai 0,189 0,0631 3,00 terencana

4 J. Melibatkan masyarakat dalam penentuan

0,183 0,0611 3,00 kebijakan

Kelemahan

0,158 K. Fasilitas yang kurang lengkap

6 L. Kebersihan lingkungan wisata yang kurang

0,149 0,0643 2,33 baik

M. Sistem informasi yang belum optimal

9 N. Tidak ada keterlibatan pihak swasta dalam

0,103 0,0515 2,00 pengadaan jasa wisata

1 O. Kurangnya pendanaan/pembiayaan dari

0,099 0,0499 2,00 pihak luar

8 P. Strategi promosi yang belum optimal

7 Q. Pasar yang dituju masih skala regional

0,102 0,0510 2,00 belum internasional

0,139 R. Belum adanya sistem paket wisata

Kelemahan utama pengelola adalah kurangnya pendanaan dari pihak luar dengan skor sebesar 0,0998. Keterbatasan dana membuat pengembangan kawasan wisata yang memerlukan sarana dan prasarana memadai menjadi terhambat. Kelemahan kedua adalah pasar yang dituju masih skala regional (Skor 0,1020), terlihat dari promosi wisata yang dilakukan masih berkisar di Pulau Jawa, hal ini mungkin salah satu efek dari keterbatasan anggaran yang dimiliki. Kelemahan ketiga yaitu tidak adanya keterlibatan pihak swasta dalam pengadaan jasa wisata (Skor 0,1031), mengingat umumnya pihak swastalah yang mempunyai kekuatan finansial. Selanjutnya kelemahan keempat adalah belum adanya sistem paket wisata (Skor 0,1394). Dengan tidak adanya sistem ini mengakibatkan keuntungan yang seharusnya diperoleh pihak pengelola menjadi tidak maksimal. Kemudian kelemahan kelima yaitu kebersihan lingkungan wisata yang kurang baik (Skor 1499 ), terlihat dari banyaknya kotoran-kotoran kuda yang berserakan di pasir pantai dan juga banyaknya bangunan-bangunan liar yang berada dikawasan pantai dan terkesan kumuh, meskipun saat ini mulai ada tindakan tegas dari pihak pengelola untuk menertibkan. Kelemahan berikutnya adalah startegi promosi yang belum optimal dengan skor sebesar 0,1577. Selanjutnya kelemahan ketujuh yaitu fasilitas yang kurang lengkap (Skor 0,1578), dimana fasilitas untuk wisata bahari terlihat masih sangat minim. Dan yang terakhir sistem informasi yang belum optimal (Skor 0,1699), hal ini bisa dilihat dari minimnya penyebaran informasi melalui media-media informasi modern seperti internet yang notabene merupakan media informasi global. Penyebaran informasi ini sangat diperlukan dalam penyampaian kondisi obyek wisata saat ini terlebih penyampaian kondisi keamanan obyek wisata pasca gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah ini.