TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI ... IPB REPOSITORY

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA TSUNAMI DAN GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 31 Januari 2008

Hary Rachmat Riyadi C44104070

ABSTRAK

HARY RACHMAT RIYADI. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Pantai Parangtritis Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Bantul DIY. Dibimbing oleh SUHARNO.

Bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Negara Republik Indonesia, khususnya di kawasan pesisir pantai akhir-akhir ini, membuat banyak wisatawan takut untuk melakukan kunjungan wisata. Salah satu daerah wisata yang terkena dampak adalah Obyek Wisata Pantai Parangtritis. Adanya kejadian tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah Pantai Parangtritis. Padahal kalau dilihat daerah kawasan wisata Pantai Parangtritis pasca gempa bumi dan tsunami tidak mengalami kerusakan yang berarti, akan tetapi persepsi wisatawan yang memandang bahwa daerah OW Pantai Parangtritis merupakan daerah yang rawan bencana gempa, membuat daerah ini menjadi salah satu daerah yang dijauhi wisatawan untuk dikunjungi. Kurangnya promosi atau pemberian informasi ke publik tentang kondisi pariwisata Pantai Parangtritis merupakan salah satu faktor penyebab utama penurunan jumlah wisatawan.

Dalam melakukan analisis strategi pemasaran peneliti menggunakan alat analisis berupa Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal-External (IE) dan juga Matriks SWOT (Strength, weakness, opportunities and threats ). Dari hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan bahwa kondisi internal Dinas Pariwisata Bantul berada pada posisi rata- rata, begitu pula dengan kondisi eksternalnya juga berada pada posisi rata-rata. Sedangkan kondisi kepariwisataan obyek wisata Pantai Parangtritis pasca gempa bumi dan tsunami sedang mengalami kemunduran (bisa dilihat dari penurunan jumlah kunjungan wisatawan), akan tetapi uniknya persaingan antara industri wisata yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata Bantul tidak terlalu mempengaruhi kinerja dinas atau tidak terlalu significant. Kemudian dari hasil analisis SWOT didapatkan bahwa alternatif strategi pemasaran yang paling tepat adalah melakukan kerjasama dengan agen-agen perjalanan dalam memasarkan produk, dan juga dengan mempromosikan kondisi saat ini dari obyek wisata Pantai Parangtritis melalui media publikasi seperti media cetak, media elektronik maupun internet yang intinya memberitahukan bahwa pantai parangtritis saat ini aman untuk dikunjungi.

Penulis menyarankan dalam pembuatan materi promosi diharapkan pihak pengelola dapat memberikan pesan-pesan yang dapat meyakinkan wisatawan sehingga mau berkunjung ke obyek wisata Pantai Parangtritis, seperti dengan memasukkan data jumlah personel keamanan (life guard), jumlah peralatan keselamatan, dan juga sistem informasi peringatan dini untuk bencana gempa bumi dan tsunami.

Kata kunci : Pariwisata, Strategi Pemasaran.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Oleh HARY RACHMAT RIYADI C44104070 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Pantai Parangtritis Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Bantul DIY

Nama Mahasiswa

: Hary Rachmat Riyadi

NRP

: C44104070

Program Studi : Manajemen Bisnis Dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Suharno, M.Adev. NIP. 131 649 403

Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus : 31 Januari 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Pantai Parangtritis Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Bantul DIY”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi alternatif pemasaran wisata Pantai Parangtritis. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2007.

Pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan, hingga usulan penelitian ini selesai ditulis, terutama kepada Bapak Dr.Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing skripsi dan juga Bapak Prof.Dr.Ir. Tridoyo Kusumastanto,Ms. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi, juga kepada orangtua dan keluarga atas segala dukungannya dan kawan-kawan yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Narni Farmayanti, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si atas kesediaannya menjadi Tim Penguji. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan atau menggunakannya.

Bogor, 31 Januari 2008

Hary Rachmat Riyadi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 21 Juni 1985 dari Bapak yang bernama (alm) Abdul Hamid dan Ibu Fatukah. Penulis merupakan putra ke delapan dari delapan bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU 39 Jakarta. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam aktifitas organisasi mahasiswa yaitu sebagai Sekretaris HIMASEPA (2006- 2007), Ketua Himpunan Alumni SMU 39 Jakarta untuk IPB (2005-2006) dan Wakil Ketua Seminar Nasional Undang-undang Perikanan (2006).

Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul

”Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Pantai Parangtritis Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Bantul DIY”.

Hak cipta milik Hary Rachmat Riyadi, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Potensi kelautan Negara Republik Indonesia yang sangat besar merupakan peluang yang sangat berharga dan sudah sepatutnya dikelola secara optimal agar bangsa Indonesia ini dapat bangkit menjadi Negara yang besar. Pengelolaan yang optimal menjadi kata kunci penting yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Hal ini berarti sumberdaya kelautan harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan tetap menjaga kelestariannya.

Salah satu pemanfaatan dari sumberdaya kelautan adalah sektor pariwisata yang mengandalkan nilai estetika atau keindahan lingkungan. Keindahan alam memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dikelola dengan cermat dan tepat. Hal ini perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, sebagai sentral dari sistem pengelolaan suatu wilayah menjadi daerah objek wisata yang menjual.

Objek dan daya tarik wisata dalam Undang-Undang Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata atau disebut juga attractions yang berarti segala sesuatu yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk fisik maupun nonfisik. Dari definisi tersebut, maka objek wisata dan daya tarik wisata dapat berupa:

1. Ciptaan Tuhan (The Creation of God), berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

2. Hasil karya dan budaya manusia (The Creation of Human Being), yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata bahari, wisata baru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Salah satu objek wisata bahari yang terkenal adalah Pantai Parangtritis yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain keindahan alamnya, letaknya yang strategis yaitu berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga memberikan nilai lebih dari objek wisata ini, mengingat DI Yogyakarta merupakan salah satu kota kebudayaan dan pendidikan di Indonesia.

Bencana yang akhir-akhir ini menimpa Yogyakarta khususnya daerah Bantul dan sekitarnya, membuat para wisatawan takut untuk berkunjung ke objek wisata Pantai Parangtritis. Hal ini seharusnya dapat menjadi suatu tantangan bagi pihak pengelola objek wisata tersebut mengenai bagaimana cara mengembalikan kepercayaan dan minat para wisatawan terhadap objek wisata Pantai Parangtritis. Tantangan ini menuntut pengembangan bisnis yang baik dan berkelanjutan.

Salah satu strategi dalam menjawab tantangan tersebut adalah dengan mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan dapat menarik kembali wisatawan dan juga dapat mengembalikan image pariwisata Pantai Parangtritis yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pemasaran yang baik dan berguna bagi kemajuan objek wisata Pantai Parangtritis. Strategi pemasaran yang baik sudah tentu berangkat dari basis analisis yang baik. Analisis yang harus dilakukan terkait dengan penyusunan strategi pemasaran antara lain adalah analisis faktor-faktor internal, eksternal, persaingan industri dan analisis SWOT. Analisis ini penting dilakukan agar pengelola mampu menghadapi pesaing sekaligus mencapai target yang ingin dicapai.

1.2. Perumusan Masalah

Faktor keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang paling utama dalam dunia pariwisata, mengingat tujuan seorang wisatawan untuk melakukan perjalanan ke daerah wisata adalah untuk menenangkan diri atau me-refresh diri. Apabila terjadi gangguan pada kondisi keamanan dan kenyamanan di daerah wisata maka otomatis minat dari para wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut menjadi berkurang.

Pantai Parangtritis sebagai objek wisata bahari, kini dihadapkan pada situasi yang amat pelik . Adanya musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata Pantai Parangtritis. Data tahun 2006 (saat gempa bumi dan tsunami) menunjukkan jumlah pengunjung sebesar 816.917 orang, sementara pada tahun 2005 (sebelum bencana gempa bumi dan tsunami terjadi) jumlah Pantai Parangtritis sebagai objek wisata bahari, kini dihadapkan pada situasi yang amat pelik . Adanya musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata Pantai Parangtritis. Data tahun 2006 (saat gempa bumi dan tsunami) menunjukkan jumlah pengunjung sebesar 816.917 orang, sementara pada tahun 2005 (sebelum bencana gempa bumi dan tsunami terjadi) jumlah

Pada tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan sampai dengan bulan Mei hanya 283.495 orang, hal ini apabila tidak disikapi dengan cermat akan merugikan pihak pengelola, mengingat masih banyak para pesaing dalam pariwisata yang siap menarik minat customer atau dalam hal ini wisatawan. Pesaing yang menawarkan jasa pariwisata bahari semakin bertambah tiap tahunnya. Selain penambahan kuantitas, pesaing-pesaing ini pun semakin meningkat kualitasnya. Pesaing ini pun tidak hanya datang dari dalam negeri saja, tetapi sudah datang dari negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini wajar, mengingat perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat memungkinkan wisatawan mendapatkan informasi mengenai objek-objek wisata bahari di seluruh dunia. Oleh karena itu pengelola objek wisata Pantai Parangtritis, haruslah mulai berfikir global dalam merancang strategi pemasarannya.

Selain menganalisis ancaman dari pesaing, pengelola objek wisata ini juga harus menganalisis dan menangani lingkungan internalnya, seperti melakukan perbaikan image terhadap objek wisata Pantai Parangtritis yang berguna dalam mengembalikan tingkat kepercayaan wisatawan terhadap aspek keamanan dan kenyamanan daerah wisata tersebut. Kemudian, pengelola harus menganalisis kondisi lingkungan eksternal untuk mengetahui ancaman dari luar, baik yang sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Analisis lingkungan eksternal memungkinkan pengelola untuk mengetahui peluang apa saja yang bisa dipergunakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Analisis internal dan eksternal dapat diketahui dari stakeholders yang terkait karena stakeholders tersebut merupakan orang/badan yang berperan untuk mengambil suatu kebijakan atas strategi pemasaran yang ditetapkan. Berangkat dari kepentingan tadi, pihak pengelola dapat menyusun alternatif-alternatif strategi pemasaran yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, bisa dirumuskan beberapa issue yang perlu mendapat jawaban. Ini merupakan permasalahan dalam penelitian ini :

1. Kondisi kepariwisataan di objek wisata Pantai Parangtritis saat ini

2. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi strategi pemasaran wisata Pantai Parangtritis

3. Kondisi persaingan pariwisata yang dihadapi oleh pihak pengelola Pantai Parangtritis (Dinas Pariwisata Bantul)

4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang tepat dan efektif bagi pemasaran paket wisata bahari Pantai Parangtritis.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai lewat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi Industri Kepariwisataan Pantai Parangtritis saat ini pasca kejadian tsunami dan gempa, bulan Mei 2006.

2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran wisata Pantai Parangtritis

3. Menganalisis kondisi persaingan wisata yang dihadapi oleh Pengelola Wisata Pantai Parangtritis.

4. Menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran wisata yang tepat bagi obyek wisata Pantai Parangtritis di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang terkait antara lain :

1. Industri pariwisata, khususnya pihak pengelola Objek Wisata Pantai Parangtritis.

2. Dunia akademik, sebagai informasi ilmiah yang bisa dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Bagi pihak pengelola wisata Pantai Parangtritis, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai input untuk merumuskan kebijakan pengelolaan yang mampu mengoptimalkan potensi ekonomi kelautan dengan mengembalikan citra pariwisata seperti sebelum terjadi bencana tsunami dan gempa bumi (27 Mei 2006), atau bahkan lebih dari sebelumnya. Sedangkan untuk dunia akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmiah yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang terkait dengan topik riset, apa isi teori tersebut, dan bagaimana teori tersebut dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang sedang diteliti. Selain itu dalam bab ini juga tertuang penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan topik yang diteliti.

Dalam bab ini tertuang teori-teori manajemen pemasaran, strategi pemasaran, cara menganalisis lingkungan eksternal dan internal dengan matriks IFE (internal factor evaluation), matriks EFE (external factor evaluation), dan matriks IE (internal-external), alat untuk menyusun strategi pemasaran yaitu dengan menggunakan analisis SWOT. Selain itu dijelaskan pula teori tentang pariwisata dan wisatawan yang didalamnya mencakup industri pariwisata dan pariwisata bahari, pemasaran pariwisata, bauran pemasaran yang menjadi inti dari konsep pemasaran dan studi terdahulu.

Teori – teori ini digunakan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Dengan adanya teori – teori ini diharapkan akan mempermudah untuk memahami isi dari keseluruhan skripsi ini.

2.1. Manajemen Pemasaran

Aturan utama dalam berbisnis adalah bagaimana bisnis yang dijalankan harus menghasilkan keuntungan sebesarnya-besarnya (maksimisasi laba), secara berkelanjutan (sustainable profit). Seorang produsen harus berupaya sebisa mungkin agar produknya, baik itu barang atau jasa, dapat menghasilkan keuntungan bagi dirinya. Produsen tidak bisa begitu saja menghasilkan produk, untuk kemudian dilempar ke pasar, tanpa memiliki pengetahuan tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Mereka harus memikirkan produk apa yang tepat, sesuai dengan keahlian yang dimiliki si produsen, yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Kemudian produsen juga harus memikirkan bagaimana caranya agar produknya itu bisa diterima oleh konsumen secara luas. Selain itu, kondisi dunia bisnis sekarang yang penuh dengan persaingan menuntut tiap-tiap produsen untuk berupaya sangat keras, agar bisa Aturan utama dalam berbisnis adalah bagaimana bisnis yang dijalankan harus menghasilkan keuntungan sebesarnya-besarnya (maksimisasi laba), secara berkelanjutan (sustainable profit). Seorang produsen harus berupaya sebisa mungkin agar produknya, baik itu barang atau jasa, dapat menghasilkan keuntungan bagi dirinya. Produsen tidak bisa begitu saja menghasilkan produk, untuk kemudian dilempar ke pasar, tanpa memiliki pengetahuan tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Mereka harus memikirkan produk apa yang tepat, sesuai dengan keahlian yang dimiliki si produsen, yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Kemudian produsen juga harus memikirkan bagaimana caranya agar produknya itu bisa diterima oleh konsumen secara luas. Selain itu, kondisi dunia bisnis sekarang yang penuh dengan persaingan menuntut tiap-tiap produsen untuk berupaya sangat keras, agar bisa

Melihat kondisi tersebut, pemasaran menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia bisnis.pemasaran memegang peranan penting, supaya produk yang dihasilkan oleh produsen, adalah produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen, dan produk tersebut bisa sampai ke tangan konsumen. Namun pemasaran tidak sekadar menyalurkan lalu menjual produk kepada konsumen. Tetapi mencakup semua tahapan dari produksi sampai layanan purna jual, dimana masing-masing saling terintegrasi satu sama lain.

Kotler (2000) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian senada diberikan oleh American Marketing Association (AMA 1995 diacu dalam Kotler 2000), bahwa manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi, dan pendistribusian ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi.

Berdasarkan dua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran memang suatu konsep terintegrasi, mulai dari proses perencanaan, penciptaan barang sampai tahap penjualan barang. Jika mengacu pada kondisi sekarang, maka pelayanan purna jualpun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemasaran. Produsen sudah seharusnya memanage aktifitas pemasarannya agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2. Strategi pemasaran

Kotler (2000) mengemukakan bahwa strategi pemasaran adalah sekumpulan prinsip-prinsip dasar yang melandasi menajer pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasaran yang ditetapkan pada pasar sasaran tertentu. Sedangkan Ferrel, Lucas, dan Luck (1994) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai panduan dari metode-metode dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan dari perusahaan pada target pasar yang spesifik.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pemasaran merupakan panduan atau prinsip-prinsip yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan, dimana panduan ini mencakup metode dan sumber daya apa saja yang dibutuhkan. Lebih lanjut lagi, Ferrel Lucas dan Luck (1994) mengungkapkan bahwa proses perencanaan strategi pemasaran mencakup :

1. Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan dari organisasi

2. Identifikasi atau perumusan strategi pada level korporat

3. Identifikasi atau perumusan sasaran dan tujuan pemasaran

4. Identifikasi atau perumusan strategi pemasaran

5. Identifikasi atau perumusan rencana pemasaran.

2.3. Analisis Lingkungan Eksternal

Hermawan Kertajaya (2005) mengungkapkan bahwa analisis lingkungan eksternal dibagi menjadi lima aspek, yaitu analisa perkembangan teknologi, perubahan politik-regulasi, perubahan sosial-budaya, perubahan ekonomi dan perubahan pasar. Sementara David (2004) mengatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri dari; (1) kekuatan ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; (3) kekuatan politik, pemerintah dan hukum; (4) kekuatan teknologi; (5) kekuatan kompetitif.

2.3.1 Faktor politik

Faktor ini merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang sangat besarpada sektor usaha. Ketidak stabilan politik akan mengarah kepada kondisi yang jauh dari kondusif bagi dunia usaha. Serangkaian kasus bom di Indonesia yang memukul dunia usaha adalah satu contoh kecil bagaimana stabilitas politik sangat diperlukan bagi dunia usaha.

Kertajaya (2005) mengungkapkan ketika akan memasarkan suatu daerah, maka seorang pemasar harus meninjau karakteristik dan prilaku dari sistem politik yang berlaku. Ini mencakup ideologi, hukum, badan pemerintah, peradilan, dan perundangan yang berlaku. Selain itu pemasar harus meninjau pengaturan institusi politik negara seperti lembaga pemilihan umum, eksekutif, legislative, yudikatif Kertajaya (2005) mengungkapkan ketika akan memasarkan suatu daerah, maka seorang pemasar harus meninjau karakteristik dan prilaku dari sistem politik yang berlaku. Ini mencakup ideologi, hukum, badan pemerintah, peradilan, dan perundangan yang berlaku. Selain itu pemasar harus meninjau pengaturan institusi politik negara seperti lembaga pemilihan umum, eksekutif, legislative, yudikatif

2.3.2 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi terkait dengan karakteristik perekonomian ditempat suatu perusahaan atau organisasi berada. Faktor ekonomi mempengaruhi pelaku usaha, baik dari segi biaya-biaya yang dikeluarkan, maupun daya beli konsumen. Sebagai contoh, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) akan menaikan biaya produksi bagi sebuah restorant dan hotel, tetapi disisi lain akan mengurangi daya beli konsumen karena alokasi pendapatan untuk makan di restoran, dan menginap di hotel bisa jadi dialihkan untuk pengeluaran belanja BBM dan listrik. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain tingkat pendapatan, tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan fisikal pemerintah, harga dan sebagainya.

2.3.3. Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan

Perusahaan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kultur, norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat pada tempat dimana perusahaan itu berada. Selain itu faktor sosial juga berpengaruh kepada pasar target dalam hal ini terhadap konsumen. Karena selain oleh faktor budaya, psikologi, pribadi dan budaya, prilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan,keluarga serta peran dan status sosial (kotler, 2000). Faktor sosial merupakan faktor yang dinamis sehingga cenderung berubah dari waktu ke waktu. Faktor lingkungan dan alam adalah faktor yang tidak dapat diabaikan, karena faktor inilah yang mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan. Setiap perubahan pada lingkungan akan secara langsung ataupun tidak langsung berakibatpada kehidupan manusia.

2.3.4. Faktor Teknologi

Palfreman (1999) menyatakan bahwa perubahan teknologi menunjukkan bahwa manusia selalu mencari cara baru yang biasanya lebih murah dalam Palfreman (1999) menyatakan bahwa perubahan teknologi menunjukkan bahwa manusia selalu mencari cara baru yang biasanya lebih murah dalam

2.3.5. Faktor Persaingan (Kompetitif)

Lingkungan industri merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan (syahroni,2005). Oleh karena itu, setiap pelaku didalam industri harus mampu untuk menganalisa dan mengantisipasi setiap perubahan dari lingkungan ini.

Struktur perekonomian sekarang telah menempatkan setiap perusahaan kedalam situasi persaingan yang sengit. Lingkungan industri yang sekarang ditempati oleh semua perusahaan adalah lingkungan yang sarat dengan kompetisi dan aktivitas saling mengalahkan. Sehingga mau tidak mau setiap perusahaan harus bersaing dengan kompetitor di dalam industri agar bisa tetap bertahan. Lebih lanjut lagi, tekanan persaingan ini telah mendorong setiap pelaku untuk mengerahkan segala macam upaya agar mampu menjadi yang terdepan didalam industtrinya.

Porter (1997) mengatakan bahwa intensitas persaingan didalam industri ditentukan oleh masuknya (1) pendatang baru, (2) ancaman produk baru pengganti, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) kekuatan tawar menawar pemasok dan (5) persaingan antara pesaing yang ada. Kelima kekuatan persaingan diatas secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampuan untuk meraih laba didalam industri.

Pendatang Baru

Ancaman masuknya pendatang baru

Para Pesaing Industri

Pemasok Pembeli

Persaingan diantara

Kekuatan tawar –

Kekuatan tawar - Menawar pemasok

perusahaan yang ada

menawarpembeli

Ancaman produk / jasa substitusi

Produk Substitusi

Gambar 1. Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Porter (1997)

(1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampuan untuk memperoleh laba. Tindakan akuisisi kedalam suatu industri dengan tujuan membangun posisi pasar barangkali harus dipandang sebagi pendatang baru meskipun tidak menciptakan suatu lingkungan yang benar – benar baru. Ancaman masuknya pendatang baru kedalam industri tergantung dari rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika rintangan besar atau pendatang baru memperkirakan bahwa perlawanan dari pelaku lama akan keras, maka ancaman akan cenderung rendah (Porter 1997).

(2) Ancaman dari Produk Substitusi

Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti luas, dengan industri – industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing, dalam arti luas, dengan industri – industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling

(3) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli bersaing dengan cara memaksa harga turun, tawar – menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain, semuanya dengan mengorbankan kemampuan untuk meraih laba dari industri. Kekuatan dari tiap kelompok pembeli dalam industri tergantung pada sejumlah karakterisitik situasi pasarnya dan pada kepentingan relatif penbeliannya dari industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisinis pembeli tersebut (Porter 1997).

(4) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar - menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Pemasok yang kuat karenanya dapat menekan kemampuan meraih laba dari industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan harga (Porter 1997).

(5) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri

Rivalitas di kalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik – taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan pelanggan. Persaingan terjadi karen asatu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada kebanyakan industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut, artinya perusahaan – perusahaan saling tergantung satu sama lain (mutually dependent) (Porter 1997).

Aspek dalam persaingan yang harus diketahui oleh setiap perusahaan adalah seberapa besar intensitas persaingan yang terjadi dalam industri. Dengan mengetahui seberapa besar intensitas persaingan, maka suatu perusahaan dapat menyusun strategi bersaing yang tepat. Metode yang digunakan dalam Aspek dalam persaingan yang harus diketahui oleh setiap perusahaan adalah seberapa besar intensitas persaingan yang terjadi dalam industri. Dengan mengetahui seberapa besar intensitas persaingan, maka suatu perusahaan dapat menyusun strategi bersaing yang tepat. Metode yang digunakan dalam

2.4. Pembobotan Faktor Penentu Eksternal

Penentuan bobot faktor penentu eksternal dilakukan dengan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear dan Tylor, 1991). Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada faktor vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada faktor vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996, diacu dalam Syahroni).

keterangan :

a i = Bobot variabel ke i x i = Nilai variabel ke i

i = 1,2,3,…,n n = Jumlah variabel

Hasil penjumlahan bobot dari semua faktor strategis internal harus sama dengan 1,0. Bobot dari masing-masing faktor akan digunakan dalam matriks EFE.

2.5. Analisis Lingkungan Internal

David (2004) mengatakan bahwa analisis internal membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan evaluasi tentang operasi perusahaan. Analisis internal berguna untuk mengetahui aspek kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors). Hal ini juga disampaikan oleh Kertajaya (2005) yang mengatakan bahwa salah satu langkah dalam analisis internal dalam konteks daerah, adalah menentukan critical success factors.

2.5.1. Operasi Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar : perencanaan, pengorgabisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Pemotivasian melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk prilaku manusia. Pengelolaan staf mencakup aktivitas perekrutan, pengujian, penyeleksian, pengeorientasian, pelatihan, pengembangan, pemberian perhatian, pengevaluasian, pengkompensasian, pendisiplinan, promosi, pemindahan, pendemosian, dan pemecatan karyawan, serta juga pengelolaan hubungan dengan serikat pekerja. Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil aktual konsisten dengan hasil yang direncanakan. Aktivitas pengelolaan staf memainkan peran penting dalam usaha implementasi strategi, sehingga manajer sumberdaya manusia menjadi lebih aktif terlibat dalam proses manajemen strategis. Adalah penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam area pengelolaan staf (David, 2004).

2.5.2. Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan sering kali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kelemahan dan kekuatan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna memformulasikan strategi secara efektif. Maka suatu perusahaan haruslah memperhatikan faktor-faktor keuangan dan akuntansinya seperti likuiditas, leverage, modal kerja, profitabilitas, utilitas asset, arus kas dan modal perusahaan (David, 2004).

2.5.3. Produksi/operasi

Fungsi produksi dan operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Operasi manufaktur mengubah atau mentransformasikan input seperti Fungsi produksi dan operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Operasi manufaktur mengubah atau mentransformasikan input seperti

2.5.4. Penelitian dan Pengembangan

Litbang dalam organisasi dapat memiliki dua bentuk dasar : (1) litbang internal, dimana organisasi menjalankan departemen litbangnya sendiri. (2) kontrak litbang, dimana perusahaan merekrut peneliti independen atau agen independen untuk mengembangkan produk spesifik. Pendekatan yang banyak dipakai untuk mendapatkan litbang dari luar adalah dengan menjalankan joint venture dengan perusahaan orang lain. Kekuatan litbang dan kelemahan litbang memiliki peranan penting dalam formulasi dan implementasi strategi.

Kebanyakan perusahaan tidak memiliki pilihan kecuali secara terus menerus mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk karena perubahan kebutuhan dan selera konsumen, teknologi baru, siklus produk yang semakin pendek dan meningkatnya persaingan domestic dan asing.

Kekurangan ide untuk produk baru, meningkatnya persaingan global, meningkatnya segmentasi pasar, menguatnya kelompok dengan kepentingan tertentu, dan meningkatnya peraturan pemerintah adalah beberapa faktor berhasilnya pengembangan produk baru yang semakin sulit, mahal dan berisiko (David, 2004).

2.5.5. Sistem Informasi Manajemen

Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Ini adalah fondasi dari semua organisasi, informasi menunjukan sumber utama dari kekuatan atau kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit internal. Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi yang efektif dengan demikian mengumpulkan, memberi Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Ini adalah fondasi dari semua organisasi, informasi menunjukan sumber utama dari kekuatan atau kelemahan kompetitif manajemen. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sistem informasi perusahaan adalah dimensi yang penting dalam menjalankan audit internal. Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi yang efektif dengan demikian mengumpulkan, memberi

2.5.6. Pasar dan Pemasaran

Pasar sebagai ruang tempat bekerjanya kekuatan pembentuk harga dan terjadinya perpindahan hak milik, ruang lingkungannya ditentukan oleh jasa – jasa yang diberikan dan merupakan tempat dilaksanakannya berbagai jasa pemasaran. Pemasaran disebut juga tataniaga yang merupakan suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen (Nur 2004). Analisis terhadap pasar dan pemasaran penting untuk diketahui oleh perusahaan untuk kemudian dikaitkan dengan strategi pemasaran yang akan dilakukan. Sehingga perusahaan bisa mengevaluasi dan mengetahui sisi kelemahan dan kekuatan dari pangsa pasarnya dan dari strategi pemasaran yang telah dilakukan.

Analisis terhadap faktor ini sebaiknya diarahkan untuk mengetahui kondisi pangsa pasar yang dimiliki, untuk kemudian dikaitkan dengan strategi pemasaran yang dilakukan. Sehingga perusahaan bisa melakukan evaluasi, untuk kemudian mengetahui sisi kelemahan dan kekuatan dari pangsa pasarnya dan strategi pemasaran yang telah dilakukan.

2.6. Pembobotan Faktor Penentu Internal.

Penentuan bobot faktor penentu internal dilakukan dengan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear dan Tylor, 1991). Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor internal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada faktor vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada faktor vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996, diacu dalam Syahroni).

keterangan :

a i = Bobot variabel ke i x i = Nilai variabel ke i

i = 1,2,3,…,n n = Jumlah variabel

2.7. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk menevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsionalitas bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David,2004).

2.8. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation)

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).

2.9. Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE didapatkan dari penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal. Matriks ini berisikan Sembilan sel yang menunjukkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE dan EFE. Sumbu x dari matriks ini adalah total rata-rata tertimbang dari IFE. Sedangkan sumbu y adalah total rata-rata tertimbang dari EFE. Pada sumbu x, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 dianggap menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Rasio yang sama digunakan untuk sumbu y.

Tujuan dari penggunaan matriks ini adalah untuk membantu dalam menyusun strategi bisnis yang lebih detil pada level unit bisnis. Matriks ini dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang menunjukan tiga strategi yang berbeda :

a. Strategi untuk organisasi yang masuk ke dalam sel I,II, dan IV dapat di gambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang mungkin a. Strategi untuk organisasi yang masuk ke dalam sel I,II, dan IV dapat di gambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang mungkin

b. Strategi untuk organisasi yang masuk ke dalam sel III,V,VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan; penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi umum yang digunakan untuk divisi tipe ini.

c. Strategi untuk organisasi yang masuk ke dalam sel VI,VIII,IX adalah tuai atau divesiasi. Startegi umum yang dipakai adalah strategi divestasi, diversifikasi, konglomerat dan strategi likuidasi. Organisasi yang sukses,dapat mencapai portofolio bisnis, yang diposisikan berada dalam atau sekitar sel 1 dalam matriks.

Tabel 1. Matriks IE

Total Rata-Rata Tertimbang IFE

Kuat Rata-rata Lemah

ng Tinggi I

II III

ba Rata

Total Tertim

Rendah VII VIII IX

1,0 Sumber : David (2004)

2.10. Analisis SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk mengembangkan alternatif strategi, yaitu melakukan matching antara kekuatan dan peluang (SO strategi) dengan cara menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, kekuatan dengan ancaman (ST strategi) yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada. Kelemahan dengan peluang (WO strategi) yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan yang ada, serta Matriks SWOT digunakan untuk mengembangkan alternatif strategi, yaitu melakukan matching antara kekuatan dan peluang (SO strategi) dengan cara menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, kekuatan dengan ancaman (ST strategi) yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada. Kelemahan dengan peluang (WO strategi) yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan yang ada, serta

a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.

b. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.11. Pariwisata

Aktivitas pariwisata pada dasarnya merupakan aktivitas dimana orang melakukan perjalanan ke tempat-tempat tertentu yang bukan untuk alasan pekerjaan sehari-hari, dan dilakukan untuk sementara waktu. Yoeti (1980) mengatakan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil satu kata kunci, yaitu pariwisata bukanlah sesuatu yang bersifat rutin. Wahab (1992) mengatakan bahwa pariwisata mungkin saja hanya suatu “gejala pengasingan diri” (withdrawal symptom) Berdasarkan definisi diatas dapat diambil satu kata kunci, yaitu pariwisata bukanlah sesuatu yang bersifat rutin. Wahab (1992) mengatakan bahwa pariwisata mungkin saja hanya suatu “gejala pengasingan diri” (withdrawal symptom)

Bila dua definisi awal lebih menekankan pada segi “apa yang dilakukan”, maka sokadjido (2000) mendefinisikan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisatawan. Definisi senada dikemukakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2005) bahwa pariwisata adalah kumpulan dari aktivitas, jasa-jasa, dan industri yang memberikan pengalaman dalam berpergian, seperti transportasi, akomodasi, penyediaan makanan dan minuman, toko, hiburan dan jasa layanan lain tersedia untuk individu-individu atau kelompok yang berada jauh dari tempat tinggalnya. Definisi yang diberikan oleh Soekadjido dan Departemen Kebudayaan dan Parawisata lebih menekankan pada apa saja yang terkait dan termasuk kedalam pariwisata, bukannya apa yang dilakukan ketika berwisata.

2.11.1. Definisi dan Klasifikasi Wisatawan

Wahab (1992) mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang mengasingkan dirinya untuk sementara dari tempat tinggalnya sehari-hari karena suatu alasan tertentu yang lain daripada alasan memberi jasa untuk mendapatkan upah (alasan pekerjaan) pada negara yang dikunjunginya. Pengertian senada diberikan oleh Yoeti (1980) bahwa wisatawan adalah seseorang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu dengan alasan apapun juga tanpa memangku jabatan atau pekerjaan dinegara yang dikunjungi.

Jika dikaitkan dengan definisi dan faktor-faktor dari parawisata, maka dapat dilihat bahwa seseorang baru bisa dikatakan sebagai wisatawan (tourist) ketika perjalanan yang dilakukannya tidak bersifat rutinitas dan bukan untuk hal- hal yang terkait dengan pekerjaan. Namun batasan ini pun pada saat sekarang menjadi baur karena banyak orang pada saat sekarang berpergian untuk berbisnis sekaligus berwisata. Hal ini mungkin terjadi saat seseorang melihat adanya kesempatan untuk berwisata ketika berencana untuk melakukan perjalanan bisnis.

Bisa pula seseorang melihat peluang untuk berbisnis ketika mengadakan perjalanan wisata. Meskipun begitu, definisi wisatawan yang diuraikan sebelumnya pada dasarnya masih bisa dipakai, Karena tidak semua orang menggabungkan antara perjalanan untuk bekerja (berbisnis) dan berwisata.

Yoeti (1980) mengungkapkan bahwa berdasarkan sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan, maka wisatawan sebagai konsumen dari industri pariwisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Wisatawan asing (foreign tourist) Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang

memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia biasanya tinggal.

2. Domestic foreign tourist Adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu

negara, yang melakukan perjalanan wisata diwilayah negara dimana ia tinggal. Orang asing mungkin tinggal dinegara tersebut karena alasan tugas atau jabatannya.

3. Wisatawan lokal (domestic tourist) Adalah seorang warga negara suatu negara yang melakukan wisata dalam

batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

4. Indigenous foreign tourist Adalah warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau

kedudukannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

5. Transit tourist Adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu

negara tertentu yang dengan alat transportasi tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun tertentu bukan atas kemauannya sendiri. Kemudian wisatawan tersebut melakukan sightseeing negara tertentu yang dengan alat transportasi tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun tertentu bukan atas kemauannya sendiri. Kemudian wisatawan tersebut melakukan sightseeing

6. Business tourist Adalah orang yang melakukan perjalanan, baik warga lokal maupun warga

asing, yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah pekerjaan utamanya selesai, jadi disini perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder.

2.11.2. Industri Pariwisata

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa sektor pariwisata sudah menjadi sebuah industri yang semakin lama semakin berkembang. Perkembangan ini mendorong pariwisata menjadi sebuah industri yang kompleks karena terkait dengan begitu banyak pihak. Bila kita melihat produk-produk yang ditawarkan selama perjalanan berwisata, maka akan terlihat kaitan yang jelas antara sektor pariwisata dengan sektor transportasi, jasa perhotelan, catering dan restaurant, kerajinan dan cenderamata, kesenian dan budaya, perdagangan, hiburan, komunikasi dan sektor lainnya, baik yang terkait secara langsung maupun tidak.

Berdasarkan kondisi di atas, kita bisa menggunakan definisi tentang industri pariwisata yang diungkapkan Yoeti (1980), yaitu sebagi kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya. Inti dari definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu menghasilkan produk dan jasa yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari wisatawan dan traveller, maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri pariwisata. Ini sesuai dengan pernyataan Medlik (diacu dalam Wahab 1992) yang menyatakan bahwa jika serangkaian satuan produk yang dihasilkan oleh berbagai badan usaha dan organisasi kerja menujukkan secara khusus bahwa fungsi mereka secara menyeluruh ada kaitan dan membuktikan kedudukan mereka didalam kehidupan ekonomi, maka badan usaha dan organisasi tersebut harus dianggap sebagai suatu kesatuan industri.

Motif Perjalanan

dalam perjalanan

Angkutan

Atraksi Wisata

Jasa Wisata

Angkutan Wisata

Penawaran

Produsen

Gambar 2. Pariwisata sebagai Industri (Sumber : Soekadijo, 2000)

Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata. Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitasnya bisa dikatakan sebagai pariwisata. Ketiga jenis produk diatas ditujukan untuk memenuhi tiga kebutuhan konsumen ketika berwisata. Yaitu, kebutuhan motif berwisata, kebutuhan selama berwisata dan kebutuhan untuk mencapai lokasi wisata. Aspek pemasaran berfungsi agar antara penawaran dari produsen dan permintaan dari konsumen bertemu dan menghasilkan aktivitas wisata.

2.11.3. Pariwisata Bahari

Basiron (1997) mengatakan bahwa pariwisata bahari merupakan pergerakan jangka pendek dari orang-orang ke tujuan di luar aktivitas dan lingkungan mereka yang normal, di dalam suatu lingkungan bahari. Lingkungan bahari ini mencakup laut, pantai, pulau-pulau dan sumberdaya fisik lainnya.

Aktivitas yang tercakup diantaranya adalah menikmati lingkungan alam sekitar seperti pantai dan gugusan karang, berselancar, berenang dan menyelam, ski air, berlayar, dan pengamatan hewan.

2.12. Pemasaran Pariwisata

Wahab (1992) membatasi pemasaran wisata sebagai upaya-upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan atau badan- badan usaha pariwisata, pada tarf internasional, nasional dan lokal, guna memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi masing- masing, dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata.