Periode Perkembangan Formative Period, 1967-1998. Pada periode ini lahir dua

8 b. Periode Lepas Landas Take-of period, 1989-1999. Secara umum periode ini adalah titik balik dari industri batubara, di mana terjadi pertumbuhan produksi signiikan dalam 10 tahun lebih dari 2000 dari hanya 4,43 juta ton di tahun 1989 menjadi 80,89 juta ton di tahun 1999. Pada periode ini ditandai oleh masuknya investasi di sektor batubara dari pemodal asing dengan hadirnya PKP2B Generasi I sebanyak 10, yang lahir pada rentang tahun 1981–1989. Selanjutnya, PKP2B Generasi II sebanyak 18, yang lahir pada tahun 1994-1996 dan PKP2B Generasi III sebanyak 113, pada periode 1997- 2000.

c. Periode Otonomi Daerah The localization period, 2000-2009. Proses transisi

pasca-kejatuhan rezim Suharto mengubah arah pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang terjadi secara masif sehingga memicu sengkarut kewenangan perizinan yang berakibat pada tidak terkendalinya izin-izin tambang yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah. Otonomi daerah ditafsirkan sebagai kewenangan mutlak untuk membagi-bagi izin tambang sampai tidak ada izin tambang yang tersisa lagi untuk bisa diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Pada periode 2001–2009 sektor pertambangan dapat dikatakan mengalami chaos , dimana dalam periode tersebut sektor pertambangan batubara berkembang hampir tanpa pengawasan baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Bahkan muncul adagium, otonomi ditafsirkan tergantung pada kearifan para Bupati dan DPRDnya.

d. Periode Penyesuaian dan Penataan, 2010-Sekarang.

Periode ini ditandai dengan adanya penyesuaianpenyelarasan dan penataan kembali otonomi daerah yang berimplikasi pada sektor pertambangan. Dari sisi regulasi, periode ini ditandai dengan lahirnya UU Nomor 42009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Minerba dan lima tahun kemudian lahir UU Nomor 232014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengalihkan kewenangan perizinan ke provinsi, berbeda dari UU Pemda sebelumnya Nomor 322004 yang memberikan kewenangan pada BupatiWalikota. Pada periode ini, KP disesuaikan menjadi IUP sesuai dengan UU Minerba, sedangkan PKP2B pada akhirnya akan diarahkan menjadi IUP Khusus melalui renegosiasi untuk melakukan amandemen, yang hingga kini prosesnya masih belum selesai seluruhnya. Pada periode ini terdapat proses evaluasi dan semacam audit izin melalui kebijakan pemberian status dan sertiikat CnC sebagai upaya untuk melakukan penataan pertambangan. Penertiban yang cukup progresif juga dilakukan melalui dukungan KPK dalam mekanisme Korsup yang secara formal dimulai sejak tahun 2014. Korsup ini melibatkan kerja sama dengan KementerianLembaga sektoral dan penegak hukum terkait, serta peran aktif Pemerintah Daerah baik tingkat KabupatenKota dan Provinsi di seluruh Indonesia. Periode ini juga ditandai dengan ditariknya kewenangan pemerintah kabupatenkota dalam memberikan IUP dan pengawasan pertambangan ke pemerintah provinsi melalui UU Nomor 232014. 9 Penataan Izin Batubara dalam Koordinasi dan Supervisi KPK Gambar 3. Periodisasi Perkembangan Batubara di Indonesia Sumber: Lucarelli 2010 dan PWYP Indonesia 2017 Periode Penyesuaian dan Penataan 2010-sekarang Periode Otonomi The Localization Period 2000-2009 Periode Lepas Landas Take-of Period 1989-1999 Periode Perkembangan Formative Period 1967-1980