57 dan selanjutnya nama bersama itulah yang menjadi marga. Begitu juga dengan
marga Raja Bonani Onan yang sudah disebut dengan Pardede. Sebagaimana disebutkan sebelumnya yaitu selalu turunnya hujan apabila mereka ini
mengadakan pesta. Sejak dari saat itulah masyarakat menyebut dan memanggil Pardede terhadap Raja Bonani Onan.
Karena pardede sudah menjadi marga maka turunan Raja Sonak Malela kemudian bertambah menjadi empat marga. Raja Bonani Onan Pardede disebut
sebagai “anak mangulahi” dari Raja Sonak Malela, yang disetarakan dengan puteranya yang lain yaitu Simangunsong anak tertua Marpaung anak ke dua
Napitupulu anak ke tiga dan Pardede anak paling bungsu. Keempatnya marga tersebut dianggap setara dan sama posisiya pada setiap acara- acara adat, baik
suka maupun duka. Itulah yang menjadi alasan penyetaraan, sejajar, parallel, singkron yang terdiri dari empat marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu
dan Pardede. Dari keempat marga tersebut dianggap setara dan sama posisinya disetiap acara- acara adat kapan dan dimana saja.
52
2.6.6 Upacara- Upacara tradisional Pomparan Raja Sonak Malela
2.6.6.1 Upacara Adat perkawinan
Upacara perkawinan Batak Toba merupakan salah satu acara adat yang rutin dilakukan ketika seseorang telah cukup usianya untuk berkeluarga. Kegiatan
ini merupakan serangkaian acara tradisional yang dilakukan dengan mengikuti kebiasaan- kebiasaan leluhur Batak Toba dulunya. Namun dalam perjalannya
acara ini telah mengalami perubahan akibat adanya pengaruh perkembangan
52
Sumber; Buku dokumentasi Parsedaan Pomparan Ni Raja Sonak Malela, yang diterjemahkan oleh Penulis.
Universitas Sumatera Utara
58 zaman. Sejalan dengan ini suku Batak Toba tetap melaksanakannya tanpa
meninggalkan nilai-nilai budaya sebelumnya. Upacara adat perkawinan Batak Toba akan dibahwa secara rinci pada sub tentang adat perkawinan ini akan
dijabarkan bab selanjutnya.
2.6.6.2 Upacara Sulang-Sulang Pahompu
Sulang-sulang pahompu disebut juga dengan manggarar adat. Sulang- sulang pahompu merupakan bentuk pesta adat karena pada perkawinan mereka
dulunya dilakukan secara mangalua kawin lari. Menurut Bien Pasaribu 2009:42 kawin lari disebut juga dengan manuruk-nuruk yaitu sebutan pada
sebuah prosesi pernikahan tanpa melalui prosedur adat sebagaimana mestinya. Biasanya hal tersebut dilakukan karena ada faktor tertentu. Misalnya; karena
factor ekonomi, kekeluargaan, dan lain-lain. Artinya, pada perkawinan dahulu sepasang suami isteri awalnya belum melaksanakan adat sesuai dengan kebiasaan
masyarakat Batak Toba, sehingga bersama dengan sanak saudara suami isteri tersebut harus mendatangi keluarga pihak perempuan untuk membayar utang adat
yang tertunda akibat kawin lari tersebut. Upacara manggarar adat ini biasanya dilakukan setelah suami isteri
memiliki keturunan yang menjadi cucu pahompu dari orang tua mareka. Acara pembayaran hutang adat inilah yang disebut sulang- sulang pahompu karena
cuculah pahompu yang menjadi alasan terbaik dilaksanakannya acara ini.
2.6.6.3 Upacara Saur Matua