58 zaman. Sejalan dengan ini suku Batak Toba tetap melaksanakannya tanpa
meninggalkan nilai-nilai budaya sebelumnya. Upacara adat perkawinan Batak Toba akan dibahwa secara rinci pada sub tentang adat perkawinan ini akan
dijabarkan bab selanjutnya.
2.6.6.2 Upacara Sulang-Sulang Pahompu
Sulang-sulang pahompu disebut juga dengan manggarar adat. Sulang- sulang pahompu merupakan bentuk pesta adat karena pada perkawinan mereka
dulunya dilakukan secara mangalua kawin lari. Menurut Bien Pasaribu 2009:42 kawin lari disebut juga dengan manuruk-nuruk yaitu sebutan pada
sebuah prosesi pernikahan tanpa melalui prosedur adat sebagaimana mestinya. Biasanya hal tersebut dilakukan karena ada faktor tertentu. Misalnya; karena
factor ekonomi, kekeluargaan, dan lain-lain. Artinya, pada perkawinan dahulu sepasang suami isteri awalnya belum melaksanakan adat sesuai dengan kebiasaan
masyarakat Batak Toba, sehingga bersama dengan sanak saudara suami isteri tersebut harus mendatangi keluarga pihak perempuan untuk membayar utang adat
yang tertunda akibat kawin lari tersebut. Upacara manggarar adat ini biasanya dilakukan setelah suami isteri
memiliki keturunan yang menjadi cucu pahompu dari orang tua mareka. Acara pembayaran hutang adat inilah yang disebut sulang- sulang pahompu karena
cuculah pahompu yang menjadi alasan terbaik dilaksanakannya acara ini.
2.6.6.3 Upacara Saur Matua
Acara Saor Matua adalah adat kematian tertinggi bagi masyarakat Batak Toba. Seseorang disebut saur matua jika seluruh anak dari orang yang meninggal
Universitas Sumatera Utara
59 sudah berkeluarga dan mempunyai cucu baik dari anak laki-laki maupun anak
perempuan. Dalam kebudayaan Batak Toba upacara adat saur matua menjadi cita- cita setiap orang tua Batak. Setiap orang menganggap bahwa cita-cita dan
harapan akan terwujud jika nantinya dia saur matua. Dalam bahasa adat disebut titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru.
Artinya banyak putera banyak puteri, mempunyai cucu dari anak juga dari boru. Hal ini seiring dengan salah satu isi dari tiga falsafah Batak Toba yaitu: hagabeon
banyak anak. Masyarakat Batak Toba mengharapkan keturunan yang banyak itu tersebar diberbagai tempat. Adapun isi yang lain yaitu Hamoraon kekayaan dan
Hasangapon kehormatan. Pandangan ini menjadi tolak ukur keberhasilan satu keluarga pada kehidupan bermasyarakat. Disamping itu juga didukung padangan
orang Batak yang menyebutkan “Banyak Anak Banyak Rejeki”.
53
2.6.6.4 Mangompoi Jabu Meresmikan rumah baru
Acara adat untuk meresmikan rumah baru dalam Batak Toba disebut dengan mangompoi jabu. Acara ini biasanya dimulai dengan acara kebaktian dan
dilanjutkan dengan acara adat. Dalam kebudayaan Batak Toba, rumah dianggap istimewa dan mempunyai roh. Rumah sebagai tempat berlindung untuk
mengerjakan perkerjaan sehari-hari selalu dianggap akan memberikan berkah jika mendapatkan perlakuan yang layak. Hal- hal tersebut merupakan alasan bagi
Batak Toba sehingga mereka membuat sebuah acara penting untuk memasuki
53
Falsafah Batak Toba berbunyi “lak-lak diatas pintu, singkoru ginolom- golom, maranak sampulu pitu marboru sampulu onom” kulit diatas pintu jail-jali dalam genggaman memiliki anak
laki- laki tujuh belas dan anak perempuan enam belas. Demikianlah cita- cita ideal orang Batak Toba memiliki keturunan dahulu. Namun dalam perkembangan selanjutnya telah mengalami
pergeseran terutama pada generasi yang lebih muda. akibat pengaruh zaman, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya termasuk program KB dari pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
60 rumah baru yang disebut dengan mangompoi jabu. Dengan membuat acara
tersebut bagi orang yang tinggal dalam rumah dimaksud, berharap akan mendapat tuah dari dari rumah itu.
2.6.7. Upacara- upacara Adat diluar Tradisi Batak Toba