20 Dalam suku Batak Toba disebutkan dengan istilah“Mangalului Jampalan Na
Lomak”. Disamping itu juga, wilayah asal suku Batak Toba termasuk daerah yang gersang sehingga dianggap tidak menjanjikan secara ekonomi dilihat dari
kebiasaan penduduk dalam usaha tani. Dalam hal ini kota Medan merupakan salah satu Kota tujuan mengadu nasib. Kemudian juga masyarakat Batak Toba dikenal
memiliki sifat kerja keras, berani, jujur dan pantang menyerah. Disamping itu, akibat jarak Kota Medan yang relative terjangkau diantara kota-kota besar lainnya
dari wilayah Tapanuli merupakan sebuah alasan tentang pesatnya suku Batak Toba di Kota Medan. Tetapi pada dekade 20-an suku Batak Toba tidak hanya
tujuan merantau atau mencari pekerjaan ke Medan akan tetapi juga guna untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
17
Masyarakat Batak Toba yang berada dan sudah berdomisili di Medan tentunya tidak melepas adat sebagai sebuah kebiasaan di tempat asal mereka. Adat
yang sudah mendarah-daging tetap dilaksanakan akan tetapi bisa saja bentuk penyajiaannya berbeda.
2.2 Letak Geografis
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini dilalui dua sungai yang bermuara di Selat Malaka yaitu
Sungai Deli dan Sungai Babura. Secara geografis Medan terletak pada 3,30º-3,34º LU dan 98,35º-98-44º BT. Sebelah Barat dan Timur kota Medan berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka.
17
Lihat “Kajian Organologis Garantung Buatan Bapak Junihar Sitohang, Kelurahan
Helvetia Timur, Kecamatan Helvetia” skripsi Jupalman Welly Simbolon.2010
Universitas Sumatera Utara
21 Hal tersebut menyebabkan kota Medan merupakan wilayah yang stategis
khususnya untuk sector perdagangan
baik secara domestic
maupun internasional.
18
Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum
32,4ºC dan minimum 24ºC. Kota Medan terdiri atas 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing Kecamatan dapat dilihat dalam
bentuk tabel.
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Kecamatan di Kota Medan NO
KECAMATAN LUAS KM²
PERSENTASE
1 Medan Tuntungan
20,68 7,80
2 Medan Selayang
12,81 4,83
3 Medan Johor
14,58 5,50
4 Medan Amplas
11,19 4,22
5 Medan Denai
9,05 3,41
6 Medan Tembung
7,99 3,01
7 Medan Kota
5,27 1,99
8 Medan Area
5,52 2,08
9 Medan Baru
5,84 2,20
10 Medan Polonia
9,01 3,40
11 Medan Maimun
2,98 1,13
12 Medan Sunggal
15,44 5,83
13 Medan Helvetia
13,16 4,97
14 Medan Barat
6,82 2,57
15 Medan Petisah
5,33 2,01
16 Medan Timur
7,76 2,93
17 Medan Perjuangan
4,09 1,54
18
Pemko Medan. Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kotamadya Medan, 2004, Hal.36.
Universitas Sumatera Utara
22 18
Medan Deli 20,84
7,86 19
Medan Labuhan 36,67
13,83 20
Medan Marelan 23,82
8,89 21
Medan Belawan 26,25
9,90
Jumlah 265,10
100
2.3 Latar Belakang Historis Kota Medan
Kota Medan awalnya adalah sebuah perkampungan yang dinamai “Medan Puteri”. Letaknya berada pada pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura dan
termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kampung didirikan oleh Guru Patimpus. Wilayah tersebut merupakan
bagian dari daerah Kesultanan Deli. Seorang pegawai pemerintah Inggris yang bernama Jhon Anderson menyebutkan bahwa di perkampungan Medan dihuni
sekitar 200 orang pada tahun 1823.
19
Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha Belanda pada tahun 1865 membuka usaha perkebunan Tembakau di Sumatera Timur. Daun tembakau yang dipakai
sebagai pembungkus cerutu sangat terkenal dari perkebunan ini. Hal tersebut menjadi sebuah kebanggaan dimana daerah Deli mulai terkenal. Dengan adanya
perkebunan ini banyak orang dari luar wilayah Sumatera Timur yang datang untuk tujuan mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi pada saat itu.
Pada tahun 1887 kesultanan Deli dipindahkan ke Kota Medan. Kemudian Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota Keresidenan Sumatera Timur dengan luas
wilayah 90.000 km².
19
Hal tersebut dituliskan dalam Buku yang berjudul Mission To The East Coast Of Sumatera Tahun 1826
Universitas Sumatera Utara
23 Dengan dibentuknya Kota Medan sebagai Ibukota menyebabkan daerah ini
sebagai pusat perekonomian serta sector perdagangan yang berkembang pesat. Ketika itu juga muncul kampung-kampung baru seperti : Kapung Petisah Hulu,
Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan dan lainnya. Medan mengalami perkembangan baik dari segi perekonomian maupun dari
segi pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka Kota Medan menjadi daerah otonom yang dibawah pemerintahan Gubernur sesuai dengan ketetapan Gubernur
No.103 pada tanggal 17 mei 1946 mengenai pembentukan daerah otonom. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973 tentang perluasan
wilayah Kota Medan yang kemudian menjadi sebuah Kotamadya Medan.
20
2.3.1 Penduduk Kota Medan
Dalam tulisan ini akan membahas penduduk Kota Medan secara garis besar, yaitu dari segi suku dan agama.
2.3.1.1 Penduduk Medan Berdasarkan Suku
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku. Sebelum kedatangan beberapa suku asing ke wilayah Kota Medan, ada tiga suku yang
menjadi suku asli di Medan yaitu: etnis Melayu, etnis Simalungun dan etnis Karo. Tetapi dengan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur dimana
Kota Medan masuk ke dalam bagian wilayah tersebut mengakibatkan demografi Medan bertambah akibat masuknya suku-suku lain yang ada kaitannya dengan
perkebunan tersebut.
20
Ibid.19
Universitas Sumatera Utara
24 Sehingga saat ini, di Kota Medan terdapat beberapa suku yaitu: Melayu, Karo,
Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Tamil, Benggali, Jawa, Aceh dan sebagainya.
21
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Suku Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000
Suku Persentase
Jumlah Penduduk jiwa Melayu
5,89 674122
Karo 5,09
585.173 Simalungun
2,04 234.515
Toba 25,62
2.948.264 Mandailing
11,27 1.296.518
Pakpak 0,37
83.866 Nias
6,36 731.620
Jawa 33,40
3.843.602 Minang
2,66 306.550
Cina 2,71
311.779 Aceh
0,97 111.686
Lainnya 3,29
379.113
Sumber : Badan Pendataan Statistik Propinsi Sumatera Utara Walaupun etnis Melayu, etnis Karo dan Simalungun merupakan etnis awal
yang berada di Kota Medan tidak berarti bahwa ketiga etnis ini lebih mendominasi penduduk Kota Medan. Akan tetapi etnis pendatang bisa saja lebih
cepat perkembangannya. Namun dengan kedatangan etnis lain juga
mengakibatkan sebuah perubahan terhadap demografi Kota Medan.
21
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota, Medan: Pemko, 2004. hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
25 Dari tabel tersebut diketahui bahwa etnis yang paling banyak penduduknya
di Kota Medan adalah etnis Jawa yakni sekitar 3.843.602 jiwa atau 33,40 dari jumlah penduduk Kota Medan. Etnis Batak Toba menduduki urutan kedua yaitu
sekitar 2.948.264 jiwa atau sekitar 25,62 dari jumlah penduduk di Kota Medan. Sedangkan etnis yang paling sedikit yaitu etnis pak-pak yaitu sekitar 83.866 jiwa
atau 0,37 dari jumlah penduduk di Kota Medan.
2.3.1.2 Penduduk Kota Medan berdasarkan Agama
Komposisi penduduk Kota Medan juga dapat dilihat berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk Medan dapat dilihat dalam tabel.
2.3. Tabel Kota Medan Berdasarkan Agama NO
AGAMA JUMLAH JIWA
1 ISLAM
1.378.612 2
KRISTEN 426.600
3 BUDHA
170.522 4
HINDU 26.862
JUMLAH 2.002.596
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa agama yang paling mendominasi di Kota Medan adalah agama Islam yaitu ±1.378.612 jiwa. Agama Kristen mengikuti
urutan kedua yaitu ±426.600 jiwa. Agama Hindu urutan terakhir yaitu ±26.862 jiwa. Dari pengamatan penulis, etnis Batak Toba yang melaksanakan Upacara
adat perkawinan adalah sebagian besar menganut agama Kristen. Sedangkan yang menganut agama lain, melaksanakan perkawinan secara nasional diluar adat
Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4 Mata Pencaharian Masyarakat Batak Toba di Kota Medan