PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Upaya Peningkatan Pendapatan Pajak Parkir

Pajak parkir merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Pajak parkir memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Madiun walaupun tidak besar. Berangkat dari hal tersebut maka Dinas Pendapatan sebagai instansi yang berwenang dalam pengelolaan kekayaan daerah bertanggung jawab dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari sektor pajak parkir tersebut dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat rutinitas. Dengan lebih mengintensifkan kegiatan yang bersifat rutinitas diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan dan mendorong peningkatan pendapatan asli daerah sebagai sumber penerimaan daerah.. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai upaya peningkatan pendapatan asli daerah melalui pajak parkir hal ini difokuskan pada yang meliputi pendataan dan sistem pemungutan yang dilakukan oleh Dispenda serta faktor-faktor penghambat serta upaya-upaya dalam mengatasi hambatan. Di bawah ini adalah hasil penelitiannya:

1. Pendataan Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melakukan sosialaisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pajak parkir. Walaupun sosialisasi tidak dilakukan secara rutin tetapi 1. Pendataan Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melakukan sosialaisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pajak parkir. Walaupun sosialisasi tidak dilakukan secara rutin tetapi

”Bahwa untuk sosialsiasi tentang pajak parkir itu tidak dilakukan secara rutin dan kontinyu akan tetapi akan dilakukan ketika ada wajib pajak yang baru dan jika sewaktu-waktu ada perubahan ketetapan” (Wawancara 3 Desember 2009)

Pada saat melakukan sosialisasi Dinas Pendapatan Daerah mengundang seluruh wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun. untuk memeberikan penjelasan Perda tentang Pajak Parkir dimana pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan dikenakan pajak parkir. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini:

Sosialissi masalah pajak parkir ini mengundang seluruh para wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun ke kantor Dipenda. Untuk mensosialisasikan Perda tentang pajak parkir, distu pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan sepeda/motor dikenakan pajak, yaitu pajak parkir. (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sosiasliasi sangat penting karena agar supaya wajib pajak khususnya pajak parkir bisa memahami peraturan yang berlaku.

Adapun kegiatan rutinitas sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut, dilakukan melalui kegiatan pendataan obyek pajak yang baru. Hal senada juga di kemukakan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi

Pengaduan dan Keberatan) yang membawahi langsung tentang pajak parkir sebagai berikut:

“ apabila ada obyek pajak parkir yang baru petugas melakukan survey, lalu mendata obyek tersebut, maka dispenda menerjunkan petugas untuk melakukan pendataan.” (Wawancara 3 Desember 2009)

Secara umum, pendataan merupakan salah satu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih khusus melalui pajak parkir yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada guna mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku staf dispenda sebagai berikut:

“selagi ada obyek pajak yang baru maka akan dilakukan survey dan pendataan dengan menerjunkan petugas” (Wawancara 3 Desember 2009)

Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) saat diwawancara mengenai pendataan terhadap obyek pajak khususnya pajak parkir yang baru menegaskan

“ dengan menerjunkan petugas untuk melakukan survey kelapangan setiap sebulan sekali”(wawancara 3 Desember 2009)

Dalam setiap melakukan pendataan petugas akan mendatangi apabila ditemukannya wajib pajak parkir yang baru dan memberikan penjelasan mengenai ketentuan sebagai wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) sebagai berikut:

“ Pada saat petugas survey melakukan pendataan kepada wajib pajak khususnya pajak parkir yang baru maka petugas merundingkan atau menjelaskan tatacara aturan sebagai

wajib pajak parkir dengan pengelola penitipan”(wawancara 3 Desember 2009)

Lebih lanjut beliau menambahkan “Membicarakan tentang masalah pemungutan, mengisi

blanko atau formulir pendaftaran wajib pajak parkir keberihan dan juga jangan sampai terlambat dalam melakukan pembayaran” (wawancara 3 Desember 2009)

Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Condro Lukito selaku pengelola penitipan sepeda dan motor di Jalan Puntuk sebagai berikut : “ petugas menyampaikan beberapa hal pada saat

melakukan pendataan yaitu tentang besarnya kesepakatan pungutan antara dinas dan pemilik dengan mengisi formulir pendaftarn wajib pajak” (wawancara 3 Desember 2009

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Anik yang beralamatkan di Jl. Dr. Sutomo, berikut adalah kutipan wawancaranya “ saat petugas datang melakukan pendataan hal yang

disampaikan adalah usaha penitipan harus ada ijin dengan dinas dan membicarakan masalah besarnya pungutan dan mengisi Formulir pendaftaran wajib pajak ” (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pernyataan-pernyataan yang ada di atas secara umum, terbukti bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melakukan upaya pendataan apabila ada obyek pajak khususnya pajak parkir yang baru tiap bulannya. Dengan demikian pada upaya pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun sudah dilakasanakan secara maksimal. Di bawah ini adalah gambar alur pendaftaran jika diketemukannya obyek pajak yang baru.

Gambar. III.1

Dipenda

Pendataan Obyek pajak baru

Pendaftaran \

Pendataan merupakan salah satu upaya peningkatan PAD yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada guna mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Karena pendataan adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak parkir.Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) sebagai berikut:

“Untuk usaha

lebih mengoptimalkan dan menggali potensi yang sudah ada, sehingga tidak mencari potensi yang baru lagi.”(wawancara

pendataan

yaitu dengan

3 Desember 2009)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “Usaha pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Daerah

Kota Madiun ini lebih pada usaha

pengoptimalisasian potensi-potensi yang sudah ada.” (wawancara 3 Desember 2009)

Perda No. 9 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah penyelengaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan yang memungut bayaran. Dengan seiringnya perkembangan kota madiun sekarang ini sangat Perda No. 9 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah penyelengaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan yang memungut bayaran. Dengan seiringnya perkembangan kota madiun sekarang ini sangat

“ terus terang saja letak geografis Kota Madiun untuk penerimaan pajak parkir sangat berpengaruh sekali karena Kota Madiun itukan diapit dari beberapa kota yang mana Ngawi, Magetan dan juga Ponorogo itu kalau berbelanja dan berobat kebanyakan itu juga di Madiun” (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pernyataan diatas jelas terlihat sekali bahwa peluang untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pajak parkir dapat memenuhi target. Dengan sendirinya Dispenda tidak tinggal diam dan menjemput bola dalam memanfaatkan peluang tersebut Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini :

“ dispenda sebagai lembaga yang melakukan pemungutan pajak daerah, itu tidak tinggal diam juga harus menjemput bola, bagaimana dengan adanya peluang-peluang ini dengan sendirinya Dispenda memberi kemudahan- kemudahan bagi wajib pajak parkir itu sendiri ” (wawancara 3 Desember 2009)

Jumlah wajib pajak yang terdata oleh Dispenda Kota Madiun sampai tahun 2009 berjumlah 39 wajib pajak khususnya pajak parkir hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini:

“ jumlah wajib pajak yang terdaftar pada Dinas sampai tahun 2009 berjumlah 39 wajib pajak ”(wawancara 3 Desember 2009)

Hal tersebut diperkuat oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini : “ sampai tahun 2009 ini jumlah wajib pajak yang terdaftar

di Dinas Pendapatan Daerah kota Madiun berjumlah 39 wajib pajak parkir, yang terdiri dari instansi dan penitipan umum atau yang dikelola oleh perorangan” (wawancara 3 Desember 2009)

Berikut adalah tabel jumlah wajib pajak dengan realisasi pendapatan pajak parkir di Kota Madiun tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.

Tabel III.1 Jumlah Wajib Pajak Parkir Tahun 2006 - 2009

No

Tahun

Wajib pajak parkir

39 Fp. 78.696.000,00 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, diolah

4. 2009 - November

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2006 sampai bulan November 2009 jumlah wajib pajak parkir mengalami kenaikan terutama pada tahun 2006 dengan jumlah 29 wajib pajak parkir dan tahun 2007 dengan jumlah

38 wajib pajak parkir. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan usaha penitipan sepeda/motor sangat baik apalagi dengan perkembangan perekonomian di Kota Madiun yang sangat bagus dalam bidang perdagangan dan jasa. Seperti pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini :

“ jumlah itu mungkin bisa bertambah lagi seiring dengan perkembangan Kota Madiun nantinya” (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pernyataan-pernyataan yang ada diatas bahwa jumlah wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun dan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah sampai tahun 2009 adalah 39 wajib pajak parkir, dan jumlah tersebut akan bertambah seiring dengan perkembangan Kota Madiun nantinya. Langkah ke arah tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya pembangunan di Kota Madiun yang ditandai dengan diantaranya, banyaknya peritel skala nasional maupun internasional yang melebarkan sayap bisnisnya ke Kota Madiun baik berwujud mini maupun supermarket seperti Matahari, Sri Ratu, Giant, Carefour yang dibangun dibekas terminal lama, Pasar ikan di daerah Joyo, disamping itu juga Ring Road Trade Center dan Taman Rekreasi yang masih dalam proses pembangunan. Kota Madiun memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebagai tempat transit bagi wisatawan saat berkunjung di

Madiun hal ini dikarenakan selain terdapat sarana belanja yang baik di Kota Madiun terdapat hotel mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang dan ditunjang dengan sarana transportasi yang baik di terminal bus antar kota dan stasiun kereta api besar Madiun. Dengan melihat dari pembangunan sentra bisnis tersebut maka pendapatan pajak daerah dari pajak parkir dapat bertambah. letak geografis yang strategis menjadikan Kota Madiun sebagai tempat yang strategis untuk mengembangkan bisnis. Melihat potensi diatas maka tidak mengherankan jika perkembangan perekonomian Kota Madiun dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Dan salah satunya Pajak Parkir dapat diandalkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kota Madiun sendiri menyadari bahwa potensi penerimaan pendapatan daerah melalui sektor pajak parkir dapat dikembangkan lagi. Berikut adalah daftar wajib pajak parkir di Kota Madiun sampai dengan tahun 2009.

Tabel III.2

Wajib Pajak Parkir Kota Madiun 2008 No

Wajib Pajak

Alamat

1. Penitipan sepeda Koperasi Karya Praja / SriAmin Jl. Serayu 2. Penitipan sepeda Kawulo Alit

Jl. Lodayan 3. Penitipan sepeda Simpang Tiga / B. Samidjah

Jl. Yos Sidarso 4. Penitipan sepeda Achmad Doif

Jl. Ponorogo 5. Penitipan sepeda Mbak Anik

Jl. Dr. Soetomo 6. Penitipan sepeda Royan

Jl. Puntuk 7. Penitipan sepeda Ibu Aisyah

Jl. Ponorogo

8. Penitipan sepeda Kantor Imigrasi / Sunardi. P Jl. Soekarno-Hatta 9. Penitipan sepeda Surani S.H

Jl. Kompol Sunaryo 10. Penitipan sepeda RSUD Sogaten

Jl. Campursari 11. Penitipan sepeda Timbul Jaya Plasa (Giant)

Jl. Pahlawan 12. Penitipan sepeda RSUP Dr. Soedhono

Jl. Dr. Soetomo 13. Penitipan sepeda Paviliun Merpati

Jl. Bali 14. Penitipan sepeda Sutrisno

Jl. Puntuk 15. Penitipan sepeda Suparno

Pasar Pon 16. Penitipan sepeda RM. Mbah Jingkrak

Jl. Kalimantan 17. Penitipan sepeda RS. Griya Husada

Jl. D.I. Pandjaitan 18. Penitipan sepeda Partoto

Jl. Dr. Soetomo 19. Penitipan sepeda Imam Sukemi

Jl. PB. Sudirman 20. Penitipan sepeda Chandra Lukito

Jl. PB. Sudirman 21. Penitipan sepeda Puskesmas Oro-oro Ombo

Jl. Diponegoro 22. Penitipan sepeda RS. Santa Clara

Jl. Bliton 23. Penitipan sepeda Avif Nurohman

Jl. Urip Sumoharjo 24. Penitipan sepeda Graha Matahari

Jl. Pahlawan 25. Penitipan sepeda PT. Askes

Jl. Timor 26. Penitipan sepeda Perumka Usman Nurdin

Perumka 27. Penitipan sepeda Kantor Pos / Teguh Budi Hardjo

Jl. Pahlawan 28. Penitipan sepeda Koperasi Harapan

Jl. Basuki Rachmad 29. Penitipan sepeda B. Suyanto

Jl. M. Sungkono 30. Penitipan sepeda Endra Purnomo

Jl. Puntuk 31. Penitipan sepeda P. Kirwan

Jl. KOM. Sunaryo 32. Penitipan sepeda P. Sugeng S

Jl. KOM. Sunaryo 33. Penitipan sepeda Daman

Pasar Pon 34. Penitipan sepeda Imam Sukadi

Pasar Pon 35. Penitipan sepeda President Plaza

Aloon-aloon Timur 36. Penitipan sepeda Samsat 1052

Jl. Panjaitan 37. Penitipan sepeda Puskesmas Mangunharjo

Jl. Gajahmada 38. Penitipan sepeda Puskesmas Demangan

Jl. Soekarno-Hatta 39. Penitipan sepeda Puskesmas Banjarejo

Jl. Bayangkara 1

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, diolah

Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bahwa ada wajib yang ada di Kota Madiun adalah bukan saja tempat penitipan milik perorangan, badan usaha tetapi juga ada instansi yang ada di Kota Madiun.

B. Sistem Pemungutan

Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No.18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18 Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan. Selain itu, pengaturan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan keluarnya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999, maka UU No.18 Tahun 1997 menjadi UU No.34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Dalam UU No.34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menjelaskan jenis - jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan tarif Pajak Daerah ada dalam UU

No.34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota:

Jenis Pajak Kabupaten atau Kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel 10% (sepuluh persen) dari pendapatan rata-rata hotel tarif pajak x dasar pengenaan pajak

Dasar Pengenaan : Jumlah pembayaran yang dilakukan konsumen kepada Hotel (Omzet)

b. Pajak Restoran 10% (sepuluh persen) dari pendapatan rata-rata restoran

tarif pajak x dasar pengenaan pajak Dasar Pengenaan : Jumlah pembayaran yang dilakukan konsumen kepada

Restoran (Omzet)

c. Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen) dari pendapatan penyelenggaraan hiburan, tarif pajak x dasar pengenaan pajak

Dasar pengenaan : jumlah pembayaran atau yang seharusnya di bayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.

d. Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen) dari nilai sewa reklame yang dihitung berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) dan nilai strategis lokasi.

e. Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen) dari Nilai Jual tenaga Listrik (NJTL) . tarif pajak x dasar pengenaan pajak

Dasar Pengenaan : Nilai Jual tenaga Listrik (NJTL) Dasar Pengenaan : Nilai Jual tenaga Listrik (NJTL)

Cara perhitungan : Tarif pajak x Dasar Pengenaan Tarif Pajak : 20 % Dasar pengenaan : Nilai Jual hasil pengambilan bahan galian golongan C Nilai Jual : Volume x Harga Standar

g. Pajak Parkir 20% (dua puluh persen) dari pendapatan rata-rata. tarif pajak x dasar pengenaan pajak

dasar pengenaan pajak : pendapatan rata – rata

Dasar hukum pemungutan pajak parkir yaitu Peraturan Daerah Kota Madiun No, 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir. Seperti yang tertuang didalam Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan panagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. Wilayah pemungutannya yaitu wilayah Kota Madiun. Hal ini sesuai dengan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini:

“dasar hukum pemungutan pajak yang digunakan dalam pemungutan pajak parkir adalah Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir.” (wawancara 3 Desember 2009)

Besarnya pungutan pajak yang dikenakan yaitu 20% ( Duapuluh persen) dari pendapatan rata-rata sperbulannyaSistem pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah sendiri yaitu dengan menggunakan Surat Pemebritahuan Pajak Daerah (SPTPD), adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan untuk membayar pajak khusunya pajak parkir. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang oleh waib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau setoran pajak terutang ke Kas Daerah atau ketempat pembataran lain yang ditunjuk oleh Walikota. Blanko DPD yaitu sebagai alat bukti pemungutan pajak daerah. Seperti pernyataaan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini:

“Kita menggunakan blangko DPD sebagai alat bukti pembayaran atau setoran dan setiap bulannya petugas keliling untuk menagih kepada wajib pajak”( wawancara 3 Desember 2009)

Di bawah ini adalah contoh blangko DPD sebagai tanda bukti pembayaran pajak daerah yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun,

Gambar 3.2 Blanko DPD

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir besarnya tarip Pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). Hal ini berlaku bagi semua wajib pajak parkir di Kota Madiun. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini:

“Besarnya tarip yang di pungut oleh Dinas yaitu sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir yaitu sebesar 20% (dua puluh persen) dari pendapatan.”

Tetapi besarnya pemungutan tarif pajak parkir bisa kurang dari kesepakatan pada saat pendataan tetapi masih dikenakan tarif 20% (duapuluh persen) hal ini Tetapi besarnya pemungutan tarif pajak parkir bisa kurang dari kesepakatan pada saat pendataan tetapi masih dikenakan tarif 20% (duapuluh persen) hal ini

“ kalau pajak parkir itu diterapkan sesuai dengan Perda yang ada, itu pengusaha penitipan sepeda sangat berat sekali, ya memang dari pihak Dinas Pendapatan Daerah selaku pemungut pajak parkir itu terlebih dahulu mendata, pajak parkir si A itu omsetnya 1 (satu) hari sekian kali 30 (tiga puluh) hari sekian kali 20% (dua puluh persen), ketemu sekian, itu yang di setorkan kepada pemerintah daerah” (wawancara 3 Desember 2009)

Dengan memperhatikan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak parkir selain dengan ketentuan yang berlaku yaitu sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2001 tentang pajak parkir tetapi juga dengan melihat kondisi pendapatan dari wajib pajak itu sendiri atau dengan pertimbangan- pertimbangan dari Dinas Pendapatan Daerah pada saat menentukan besarnya tarip pemungutan. Hal ini sesusai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini:

“ akan ada upaya pertimbangan dari Dinas sendiri, yaitu kesepakatan antara Dinas Pendapatan Daerah dengan wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku(wawancara 3 Desember 2009)

Hal serupa juga di sampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “ pada dasarnya juga ada upaya pertimbangan dari pihak

Dinas, Bagaimana Dinas itu bisa memenuhi target pajak parkir, disisi lain pengusaha itu bisa eksis dan tidak Dinas, Bagaimana Dinas itu bisa memenuhi target pajak parkir, disisi lain pengusaha itu bisa eksis dan tidak

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa memungut 20% (duapuluh persen) kepada wajib pajak sesuai Peraturan Daerah pihak Dinas Pendapatan Daerah memberikan toleransi atau perimbangan kepada wajib pajak dengan melihat kondisi perekononian atau pendapatan yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan):

“ kalau ada yang keberatan karena omsetnya menurun kita terima dan kurangi taripnya sesuai dengan keputusan kepala Dinas” (wawancara 3 Desember 2009)

Sistem pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun yaitu dengan sisten jemput bola yaitu dengan cara mendatangi wajib pajak tersebut, seperti yang dikatakan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan):

“Setiap tanggal 15 tiap bulannya petugas akan berkeliling mendatangi wajib pajak untuk membayar iuran pajak parkir” (wawancara 3 Desember 2009)

Hal serupa juga di sampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini:

“setiap tanggal 15 tiap bulannya petugas melakukan pemungutan iuran pajak parkir dengan mendatangi para wajib pajak parkir yang tersebar di wilayah kota Madiun” (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap pertengahan bulan petugas dari Dinas Pendapatan Daerah melakukan pemungutan dengan cara mendatangi para wajib pajak khusunya pajak parkir yang ada di Kota Madiun.

Pernyataan tersebut di tambahkan oleh Ibu Anik yang beralamatkan di Jl. Dr. Sutomo sebagai berikut:

“ petugas itu datang setiap pertengahan tanggal, sekitar tanggal 15 petugas datang untuk memungut iuran pajak parkir” (wawancara 3 Desember 2009)

Dan Bapak Daya Permana berlokasi di Jl. PB. Sudirman menambahkan sebagai berikut: “ Petugas pemungut biasanya datang setiap pertengahan

bulan, ya sekitar tanggal 15 tiap bulannya” (wawancara 3 Desember 2009)

Selain ada yang menunggu petugas yang datang ada juga wajib pajak yang datang sendiri ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah untuk membayar iuran pajak parkir, seperti yang dilakukan oleh tempat penitipan Graha Matahari dan juga Pasaraya Sri Ratu, hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan):

“ oh ada mas, seperti dari pihak Graha Matahari dan Pasaraya Sri Ratu yang datang sendiri ke dispenda untuk membayar iuran pajak parkir,” (wawancara 3 Desember 2009)

Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) menambahkan:

“Ada mas yaitu dari Graha Matahari dan Sri Ratu itu mereka datang sendiri pada saat sebelum jatuh tempo dengan datang ke Kantor” (wawancara 3 Desember 2009)

Dari pernyataan-pernyataan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kesadaran dari masyarakat wajib pajak parkir untuk membayar kewaijbannya sebagai wajib pajak khususnya pajak parkir dengan datang ke kantor Dinas Pendapatan daerah Kota Madiun tanpa menunggu petugas dari dinas yang datang.

C. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun

Dalam rangka menunjang keberhasilan pengumpulan dana pembiayaan pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah harus berusaha untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada didalamnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang murni digali sendiri oleh pemerintah daerah yang bersumber pada hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah yang menggali dana untuk pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan asli daerah Kota Madiun pada tahun anggaran 2006 sampai 2008 selalu melampaui target Peningkatan PAD tersebut dapat kita lihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel III.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Tahun 2006-2008

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa penerimaan pendapatan asli daerah Kota Madiun mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa peningkatan PAD mengalami keberhasilan, dimana setiap tahunnya realisasi PAD tersebut melampaui target yang telah direncanakan sebelumnya. Jika dilihat dari prosentasenya pun, maka capaian PAD tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan angka melebihi 100%.

Hal ini sesuai juga pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “Untuk capaian realisasi PAD Kota Madiun secara nominal

dan prosentasenya terus meningkat, hal ini terjadi karena semua sektor pendapatan asli daerah meningkat.” (Wawancara 3 Desember 2009)

Hal ini membuktikan bahwa penggalian potensi sebagai sumber penerimaan daerah yang ada di Kota Madiun tersebut cukup memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan PAD Kota Madiun itu sendiri dari tahun ke tahunnya.

Berikut adalah tabel sasaran pendapatan daerah menurut sektor dan jenisnya

Tabel III.4

Sasaran Pendapatan Daerah Menurut Sektor dan Jenisnya Tahun 2008

Uraian

Wajib pajak

Satuan

Pajak Hotel

30 Hotel/Losmen

47 Rumah kost Pajak restoran

4 Rumah makan di hotel

RM/Warung/depot

Benda berharga Pajak hiburan

5 Permainan ketangkasa

3 Kolam renang

7 Kolam pancing

5 Video kaset, LD, CD dan VCD, Fitness

Pajak reklame

Rek.perusaan/Bilboard

Reklame papan took

5 Suara

5 Berjalan Pajak parkir

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun

D. Hambatan-hambatan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Parkir

1. Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran Selama ini dalam melakukan pemabayaran setoran kepada dinas masih ada wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran, hal ini disebabkan oleh faktor penitipan yang sepi, hal ini sangat berpengaruh dalam penerimaan pendapatan dan akhirnya pada saat petugas datang belum siap melakukan pembayaran atau setoran. Seperti yang dikemukan oleh

Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini:

“ hambatannya yaitu seperti telat membayar kewajiban membayar pajak, kadang-kandang kita mendatangi 2 sampai 3 kali dalam pemungutan” (wawancara 3 Desember 2009)

2. Obyek pajak yang berpindah-pindah Permasalahan dari obyek pajak yang pindah adalah membuat petugas kesulitan dalam melakukan pendataan ulang atau pada saat pemungutan. Hal ini terjadi karena faktor pendapatan yang dirasa kurang memenuhi target.

Seperti pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini: “ adanya obyek pajak yang pindah itu membuat petugas

pada saat melakukan pendataan merasa kesulitan karena harus mencari, begitu juga pada saat pemungutan” (wawancara 3 Desember 2009)

E. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Hambatan Penerimaan Pendapatan Pajak

Parkir.

1. Melakukan pembicaraan dengan wajib pajak mengajak dan membicarakan antara pihak Dinas dan wajib pajak apakah ada permasalahan dalam melakukan pembayaran atau setoran tidak tepat waktu dan Dinas memberikan toleransi kepada wajib pajak sampai 3 (tiga) kali. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini:

“ pihak dinas selalu melakukan pembicaraan kepada wajib pajak yang mengalami masalah dalam tidak tepatnya membayar setoran., kita dekati permasalahannya apa, apakah sepi dan itu ada toleransi dari Dinas 2 -3 kali” (wawancara 3 Desember 2009)

2. Melakukan survey atau pendataan ulang secara rutin Untuk mengatasi wajib pajak yang pindah pihak dinas dengan rutin melakukan pendataan dan mendatangi bila ada wajib pajak yang baru atau pindah karena setiap bulan petugas melakukan survey atau pendataan ulang terhadap wajib pajak. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini:

“Untuk mengatasi hambatan yang ada, pihak kami memiliki alternatif penyelesaian. Meskipun masih belum terlaksana dengan baik, akan tetapi kami berusaha seoptimal mungkin. Upaya-upaya tersebut antara lain meningkatkan kinerja petugas pemungutan pajak, meningkatkan sarana dan prasarana kepada petugas pemungut dan melakukan diklat “ (Wawancara

3 Desember 2009)

2. Kerjasama dengan instansi lain

Selama ini Dispenda sebagai instansi pemungut pajak daerah melakukan kerja sama dengan instansi lain di lingkungan Pemerintah Kota Madiun salah satunya yaitu melakukan kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Madiun sebagai instansi penegak Perda. Bentuk koordinasi bisa melalui rapat-rapat dan surat-surat. Seperti yang Selama ini Dispenda sebagai instansi pemungut pajak daerah melakukan kerja sama dengan instansi lain di lingkungan Pemerintah Kota Madiun salah satunya yaitu melakukan kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Madiun sebagai instansi penegak Perda. Bentuk koordinasi bisa melalui rapat-rapat dan surat-surat. Seperti yang

’’ Dispenda bekerja sama dengan Satpol PP. Satpol PP sebagai salah satu instansi di pemerintah daerah sebagai penegak perda, itu harus melakukan koordinasi, baik melaui surat-surat maupun rapat-rapat. “ (Wawancara 3 Desember 2009)