Komplikasi dan Prognosis TB

2.1.11. Komplikasi dan Prognosis TB

Terdapat berbagai macam komplikasi TB paru pada toraks, dimana komplikasi dapat terjadi di paru-paru, saluran nafas, pembuluh darah, mediastinum, pleura ataupun dinding dada. Komplikasi ini akan menimbulkan sindroma gawat nafas akut yang dapat dinilai dari radiologis berupa gambaran ground glass opacity atau konsolidasi paru. Jeoung and Lee, 2008 Komplikasi TB ini dapat terjadi baik pada pasien yang diobati ataupun tidak. Secara garis besar, komplikasi TB dikategorikan menjadi: Kim, et al. 2001 1. Lesi Parenkim ‐ Tuberkuloma dan Kavitas ‐ Sikatriks ‐ Kerusakan paru tahap akhir ‐ Aspergiloma ‐ Bronkogenik karsinoma 2. Lesi saluran nafas ‐ Bronkiektasis ‐ Stenosis trakeobronkial ‐ Bronkolitiasis 3. Lesi vaskular ‐ Trombosis dan arteritis arteri pulmonal ‐ Dilatasi arteri bronkhial ‐ Aneurisma rassmussen 4. Lesi mediastinum ‐ Klasifikasi limfe node ‐ Oesofagomediastinal atau esofagobronchial fistula ‐ Pericarditis constrictive ‐ Medistainitis fibrosis Universitas Sumatera Utara 5. Lesi Pleura ‐ Fibrothorax ‐ Fistula bronkopleura ‐ Pneumothorax 6. Lesi dinding dada ‐ TB kosta ‐ Spondylitis TB ‐ Keganasan Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu, keadaan imunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Pada suatu penelitian TB di Malawi, 12 dari 199 orang meninggal, dimana faktor risiko terjadinya kematian diduga akibat BMI yang rendah, kurangnya respon terhadap terapi dan keterlambatan diagnosa. Herchline, 2013 Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan non-XDR TB, ketika regimen pengobatan selesai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan sistem DOTS memiliki tingkat kekambuhan 0-14 . Pada negara dengan prevalensi rendah TB, kekambuhan biasanya timbul 12 bulan setelah pengobatan selesai dan biasanya diakibatkan oleh relaps. Hal ini berbeda pada negara dengan prevalensi TB yang tinggi, dimana kekambuhan diakibatkan oleh reinfeksi. Herchline, 2013

2.2 . Penelusuran Kontak pada TB