Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia, seorang guru dituntut harus senantiasa melakukan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan atensi dan apresiasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercapai peningkatan prestasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, gurupendidik, pembelajaran, peserta didikmurid. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya. Dalam penerapan model-model pembelajaran tersebut, seorang guru dapat menyisipkan dalil-dalil serta seni-seni pakem yang menjadi bagian tak terpisahkan dari ilmu pengetahuan yang diajarkan. Secara khusus, seni-seni yang melekat pada ilmu pengetahuan tersebut telah melalui berbagai proses commit to user 2 penyempurnaan sehingga menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang diajarkan. Sebagai perencana dan organisator kegiatan belajar-mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan proses belajar yang sehat. Untuk itulah guru perlu memodifikasi bentuk-bentuk pengajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak didik dengan baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh seorang guru adalah mengimplementasikan seni-seni yang terkandung dalam suatu ilmu pengetahuan secara praktis agar siswa mampu memahaminya secara lebih mendalam serta tidak terjadi kesalahan implementasi pada siswa didik. Dalam pengajaran bahasa Mandarin salah satu seni yang terkenal adalah Shufa yang merupakan bentuk seni kaligrafi Cina. Melalui pendekatan pengajaran dengan menerapkan Shufa, siswa diajak berinteraksi tentang bagaimanakah seni kaligrafi dari Cina tersebut sehingga pengetahuan siswa akan latar belakang dari bahasa Mandarin dapat bertambah. Pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Mandarin. Peningkatan prestasi belajar tersebut juga harus didukung oleh daya kreativitas siswa dalam mengeksplorasi pakem-pakem yang terdapat dalam Shufa. Kreativitas tersebut terletak pada kemampuan siswa untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak hubungannya. Seorang anak kecil asyik bermain dengan balok-balok yang mempunyai bentuk dan warna yang bermacam-macam, setiap kali dapat commit to user 3 menyusun sesuatu yang baru, artinya baru bagi dirinya karena sebelumnya ia belum pernah membuat hal yang semacam itu. Anak ini adalah anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang hanya membangun sesuatu jika ada contohnya. E. Mulyasa 2005:163 mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kreativitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh E. Mulyasa menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Secara tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal. Kemudian yang terakhir, guru tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran tetapi guru dituntut juga untuk mampu menilai kinerja sendiri. Keberhasilan proses pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan commit to user 4 dengan nilai. Untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai, penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditunjukan dengan dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan nilai prestasi belajar. Untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai, penulis menerapkan bentuk pembelajaran bahasa mandarin menggunakan teknik Shufa. Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan suatu studi kasus yang berjudul “Peningkatan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Akasara Mandarin Melalui Metode Shufa di SD Marsudirini Surakarta”.

B. Perumusan Masalah