Latar Belakang Penelitian KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR:Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Jambi.

1 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal itu termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Melihat definisi di atas, sesungguhnya pendidikan mempunyai dua tujuan sekaligus. Pertama, sebagai kegiatan sosial kolektif. Artinya, pendidikan ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial. Kedua, realitas diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi diri dan sesamanya dalam masyarakat bangsa menuju masa depan. Fungsi pendidikan bukan sekadar pelaksanaan kebijakan nasional atas nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, tetapi sebagai salah satu kekuatan sosial yang memberi corak dan arah bagi kehidupan masyarakat di masa depan. 2 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Demi mencapai tujuan itu, pembangunan pendidikan di Indonesia bertumpu pada tiga aspek, yaitu aspek pemerataan dan perluasan, mutu dan relevansi, serta tata kelola yang baik. Ketiga aspek tersebut secara simultan dibangun untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian, tak lantas pembangunan pendidikan tersebut menjadi sederhana. Hal itu disebabkan faktor- faktor lain yang membuat pembangunannya menjadi sedemikian kompleks, misalnya pertambahan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, budaya yang beragam, dan kebijakan yang diskontinu. Salah satu isu yang menarik dikaji dalam konstelasi pembangunan pendidikan di Indonesia adalah mutu pendidikan yang rendah Sholeh, 2007: 146. Gejala rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin dirasakan dan muncul sebagai topik diskusi di kalangan teoretisi, praktisi, juga orang awam, sehingga setidaknya memunculkan empat pandangan. Pandangan pertama melihat mutu pendidikan dari prestasi belajar siswa yang mengukur pengetahuan kognitif. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan ditentukan oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan secara terpusat dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran, pengadaan sarana dan prasarana, hingga evaluasi belajar. Pandangan kedua melihat mutu pendidikan melalui prosesnya. Pandangan ini mengangggap kurikulum tidak perlu berstruktur ketat, yang penting siswa dapat belajar aktif. Pandangan ketiga melihat mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat belajar, buku pelajaran, perpustakaan, dan prasarana pendidikan. Pandangan keempat melihat mutu pendidikan dari efektivitas dan efisiensi pengelolaan satuan pendidikan. 3 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dibalik semua itu dapat dirasakan bahwa adanya ketertinggalan yang signifikan mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, pendidikan seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain. Bila di amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Adapun menurut Mailani kasim permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: 1. Rendahnya sarana fisik, 2. Rendahnya kualitas guru, 3. Rendahnya kesejahteraan guru, 4.Rendahnya prestasi siswa, 5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, 6.Rendahnya relevansi pendidikan 7.Mahalnyabiayapendidikan. http:meilanikasim.wordpress.com200903 08makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia 4 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Umaedi dalam http:www.ssep.netdirector.html ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku- buku materi ajar dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan sekolah akan dapat menghasilkan output keluaran yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input- output yang diperkenalkan oleh teori education production function Hanushek, 1979,1981 tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan sekolah, melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro pusat tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro sekolah. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini diindikasikan dengan nilai hasil evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat dikategorikan konstan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, Tedjasudhana 2005 mengatakan: merasa sangat prihatin dengan pendapat dari beberapa kalangan yang menyatakan bahwa standar 5 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal di Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5. Dilihat dari kualitas SDM sebagai produk pendidikan, The Global Competitiveness Report menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-44 pada 2010-2011 atau naik dari posisi 54 pada 2009-2010. Sementara tentang kemampuan ilmuwan scientist dan teknokrat engineer, Indonesia berada pada tingkat ke-31 dan dalam kerja sama teknologi antarindustri dan kerja sama penelitian antara industri dan perguruan tinggi, berada pada rangking ke-26 dan 38. Di samping itu, tingkat kualitas penelitian Indonesia bertengger di peringkat ke-44 dan kapasitas inovasi Indonesia berada pada urutan ke-30 LPMP, 20 Selanjutnya menurut Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all bahwa: Di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69. Berdasarkan data dalam Education For All EFA Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index EDI berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemonitoran reguler pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000. Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu dunia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti 6 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu halnya Indonesia. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina 85, Kamboja 102, India 107, dan Laos 109. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar SD. http:edukasi.kompas.comread2011030218555569Indeks.Pendidikan.Indones ia.Menurun Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun. Masalah relevansi pendidikan sebagai cerminan mutu pendidikan yang rendah setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini terlalu teoretis dan kurang strategis. Ashari 2009: 11 menyebutnya sebagai pendidikan yang kurang membumi. Di banyak aspek, pendidikan tidak mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat aspek sosiologis, falsafah bangsa aspek filosofis, hakikat anak didik aspek psikologis, dan hakikat pengetahuan aspek bidang ilmu secara sinergis. Keempat aspek tersebut harus dipadukan secara sinergis dalam sebuah sistem kehidupan yang nyata real life sistem yang lebih bermakna meaningful, sehingga dapat menciptakan manusia yang tidak hanya mempunyai pola pikir tinggi, tetapi diikuti pula oleh daya rohani, fisik, dan sosial yang tinggi pula. 7 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kedua, terjadi mismatch dunia pendidikan dengan kebutuhan Bolton, 2000. Ashari 2009: 12 menyebutnya sebagai pendidikan yang antirealitas. Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi berjalan terpisah. Lembaga-lembaga itu lebih mengedepankan profesionalitas dan mengesampingkan adaptabilitas. Dampaknya tidak hanya terkait jumlah pengangguran yang membengkak, tapi juga lulusan yang telah bekerja pun kurang dapat berkontribusi secara proaktif bagi dirinya sendiri, keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negara. Tidak mengherankan bila sebagian orang yang telah bekerja justru menjadi beban bagi lembaganya. Kasus korupsi, kolusi, nepotisme, perebutan kekuasaan, rendahnya citra hukum dan disiplin masyarakat, meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya serta kejahatan, lambannya pemulihan krisis ekonomi dan sosial yang marak dewasa ini, merupakan sebagian bukti bahwa pendidikan yang selama ini dilaksanakan kurang bermakna meaningful. Mutu pendidikan dipengaruhi beberapa faktor. Sukmadinata, dkk. 2006: 8 merangkum masalah pendidikan terkait mutu sebagai berikut: Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak- pihak yang terkait dengan pendidikan. Di antara faktor tersebut, guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan faktor utama yang memengaruhi mutu pendidikan Sagala, 2007: 24. Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan harus selalu mendapatkan 8 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Pembinaan dan pengembangan tersebut dapat berupa peningkatan profesionalisme dasar atau penyesuaian dengan kebijakan terbaru yang dikeluarkan pemerintah. Pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam jabatan bdk. Sagala, 2007: 26-27. Sumber daya manusia SDM pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah organisasi. Peran SDM sangat penting untuk kemajuan dan perubahan organisasi. Karena SDM memengaruhi efektivitas dan efisiensi peran, fungsi, dan tujuan organisasi, perhatian terhadap SDM harus diberikan terus dengan memelihara dan melatih SDM dengan berbagai cara melalui serangkaian kegiatan dan program yang bersifat menambah pengetahuan dan keterampilan. Saat ini banyak organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan atau program guna meningkatkan kinerja karyawannya. Kegiatan atau program tersebut dapat dilakukan dengan pelatihan, seminar, workshop, konseling, maupun studi banding guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap, serta peningkatan kinerja atau sekadar mendapatkan pengetahuan baru. Meski demikian, terkadang setelah mengikuti pelatihan, kinerja individu tetap tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga lembaga pendidikan, jika ingin tujuannya tercapai sesuai harapan, setiap individu di dalamnya terutama guru atau tenaga pendidik harus dapat menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Pengetahuan dan keterampilan tenaga pendidik akan memengaruhi tugas yang diberikan kepadanya berhasil atau tidak. Tenaga pendidik yang tidak memiliki atau memiliki sedikit 9 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pengetahuan dan keterampilan akan menghambat keberhasilan lembaga pendidikan. Karena itu, setiap tenaga pendidik harus melakukan pemeliharaan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilannya. Sikap dan nilai yang dimiliki tenaga pendidik terhadap lingkungan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Guna mencapai keberhasilan dalam tugas dan tujuan lembaga pendidikan, setiap tenaga pendidik atau guru harus terus mengembangkan sikap yang dimiliki agar tercipta iklim belajar yang diinginkan. Pengembangan SDM pendidikan, khususnya tenaga pendidik, sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan peningkatan kualitas SDM tenaga pendidikan, diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat. Masalah-masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas perlu segera dicarikan solusi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya penerbitan Permendiknas Nomor 072007 yang mengatur bahwa Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP sebagai lembaga pemerintah pusat yang ada di setiap provinsi berkewajiban mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada sekolah dasar dan menengah dalam upaya penjaminan mutu pendidikan. Berdasarkan Peraturan Mendiknas RI Nomor 7 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, struktur organisasi LPMP terdiri atas tiga seksi, yakni seksi program dan sistem informasi, seksi pemetaan mutu dan supervisi, dan seksi fasilitasi sumber daya pendidikan. 10 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Satori dalam http:gurupembaharu.comhomesistem-penjaminan-dan- peningkatan-mutu-pendidikan mempertegas bahwa: Peraturan tersebut mengisyaratkan langkah pemberdayaan tugas pokok dan fungsi yang menyangkut: 1 pemetaan mutu pendidikan, 2 supervisi dalam rangka pengembangan mutu, 3 pengembangan sistem informasi mutu pendidikan, dan 4 fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab Quality Assurance and Improvement pemberdayaan LPMP difokuskan pada fungsi bimbingan, arahan, dan saranbantuan teknis. Oleh karena itu Satori dalam http:gurupembaharu.comhomesistem- penjaminan-dan-peningkatan-mutu-pendidikan mengatakan juga bahwa : LPMP sebagai institusi pelayanan Dirjen PMPTK melalui direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan hendaknya mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait dalam satu keterpaduan jaringan kerja nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka LPMP sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu kependidikan yang meliputi berbagai aspek baik peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan maupun mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut LPMP dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang tersistem dan terstruktur dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar, kegiatan yang dilaksanakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 11 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sama juga halnya di Inggris penjaminan mutu pendidikan di naungi oleh sebuah lembaga penjaminan mutu yakni QAA Quality Assurance Agency yang mempunyai kesamaan dengan LPMP. Misinya adalah untuk menjaga standar dan meningkatkan kualitas pendidikan Inggris. QAA Menawarkan saran, bimbingan dan dukungan untuk membantu pendidikan Inggris dan lembaga lainnya memberikan pengalaman siswa terbaik. QAA melakukan review lembaga dan mempublikasikan laporan merinci temuan. Laporan QAA menyoroti praktek yang baik dan mengandung rekomendasi untuk membantu meningkatkan kualitas. Para peer reviewer pada tim review QAA memiliki pengalaman terbaik dalam memberikan penilaian pendidikan. Untuk mendukung standar dan mempromosikan peningkatan kualitas pendidikan, QAA mempublikasikan berbagai titik referensi dan bimbingan. Publikasi ini banyak digunakan oleh staf akademik Inggris yang bertanggung jawab dalam membentuk pengalaman siswa. QAA dalam menjamin mutu pendidikan di inggris memiliki strategi untuk tahun 2011-14 adalah: a.Memenuhi semua kebutuhan siswa dan dihargai oleh mereka. b.Menjaga standar pendidikan di Inggris dalam konteks internasional c.Perbaikan pendidikan yang bermutu tinggi di Inggris. d.Meningkatkan pemahaman publik akan standar pendidikan yang berkualitas. http:www.qaa.ac.ukaboutusPagesdefault.aspx Di Amerika lembaga penjaminan mutu pendidikan yang terkenal dan mempunyai pengaruh global pendidikan internasional yang dikenal CQAIE the center for quality assurance international education, pusat Jaminan Mutu dalam Pendidikan Internasional, dengan kantor di metropolitan Washington, DC, Hanoi, 12 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Vietnam dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, adalah kegiatan kolaboratif dari pendidikan dan kualitas dan jaminan kompetensi masyarakat baik di Amerika Serikat dan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain yang peduli dengan masalah kualitas dan keadilan dalam akademis internasional dan mobilitas profesional, credentialing dan pengakuan. Pusat memfasilitasi studi perbandingan kualitas nasional dan mekanisme jaminan kompetensi untuk meningkatkan upaya dalam negara dan mempromosikan mobilitas antara sistem nasional. http:www.cqaie.org Untuk tujuan tersebut, kegiatan The Center terbagi dalam tiga kategori utama: a Kegiatan Nasional, b Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pelatihan dalam Jaminan Kualitas, akreditasi c Perencanaan Strategis untuk Jaminan Kualitas pendidikan, advokasi dan perencanaan dalam globalisasi serta transnasional profesi kualitas pendidikan. CQAIE membantu negara dalam pengembangan atau peningkatan sistem jaminan kualitas untuk pendidikan pasca sekolah menengah termasuk pendidikan tinggi dan pekerjaan pelatihan kejuruan melalui kerja dengan Departemen, Lembaga Jaminan Mutu Nasional dan Lembaga. Stafnya memberikan bantuan pada berbagai tahap: desain termasuk legislasi penyusunan atau mengembangkan kebijakan nasional; perencanaan strategis pada tingkat kelembagaan atau sistemik untuk jaminan kualitas, implementasi termasuk program pelatihan nasional atau institusional dan evaluasi termasuk extern yang al internasional kajian sistem nasional dan lembaga individu. 13 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sejak didirikan pada tahun 1991, Pusat ini telah bekerja di negara dengan sedikitnya dua pertiga dari negara dengan sistem jaminan kualitas nasional dan global. Pusat ini bekerja melalui berbagai Departemen yang terkait dengan Pendidikan Tinggi, Kejuruan Pelatihan Kerja, Tenaga Kerja dan Kesehatan. Dr Marjorie Perdamaian Lenn, Presiden Pusat, diminta oleh Bank Dunia untuk kembali melakukan pengembangan kapasitas yang efektif antara sistem jaminan kualitas nasional di Asia Timur dan Pasifik. Hal ini melibatkan 2004 Bank Dunia publikasi Jaminan Penguatan Kualitas dan Akreditasi di Asia Timur dan Pasifik yang mempromosikan regionalisasi jaringan lembaga jaminan mutu. Publikasi ini menjadi dasar bagi kategori baru dari hibah pengembangan oleh Bank Dunia, dimulai dengan Kualitas Jaringan Pasifik berkembang Asia dan diikuti oleh jaringan regional baru untuk Amerika Latin , Afrika dan Arab Amerika . Pusat diberikan yang pertama ini hibah pengembangan dan program hibah global kini dikelola oleh UNESCO United Nations Educational Organisasi, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dengan kantor pusat di Paris . Dari tugas dan fungsi lembaga penjaminan mutu Inggris dan amerika di atas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya penjaminan mutu yang dilakukan lembaga QAA dan CQAIE untuk peningkatan penjaminan mutu pendidikan baik secara nasional dan global. Dengan demikian bahwa LPMP, QAA inggris dan CQAIE amerika memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama yakni sama-sama melakukan sistem penjaminan mutu pendidikan melalui penguatan pencapaian standar nasional pendidikan di negara masing-masing. 14 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Melihat kinerja LPMP provinsi Jambi berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti nampak bahwa kinerja LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Jambi belum optimal. Hal tersebut nampak dari masih rendahnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dilihat dari masih rendahnya capaian nilai siswa dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada UASBN di SD yakni IPA, matematika, bahasa Indonesia. Dari tiga mata pelajaran yang diujikan pada kegiatan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional UASBN , nilai matematika berada di posisi terendah, yakni 0,75. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 10 untuk pelajaran tersebut sebanyak 360 siswa SD. „‟Untuk siswa dari Madrasah Ibtidakyah tidak ada, jelas Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi Dikmenti Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Ramli Samosir kepada Koran ini. Menurutnya dari 2.296 SD dan 59 MI baik negeri maupun swasta yang mengikuti ujian nasional dengan jumlah peserta UASBN 57.255, hanya SD 53I Ladang Peris Kabupaten Batanghari berhasil meraih nilai tertinggi. Perolehan nilai mereka tersebut yakni 27,46. Dikatakannya, untuk kelulusan siswa sendiri ditentukan oleh pihak sekolah. „‟Kita tidak bisa mengintervensi keputusan sekolah,‟‟ tegasnya. http:www.jambiekspres.co.idindex.phpradar-jambi3723-matematika- terendah-nilai-uasbn-diumumkan Di Kota Jambi, tercatat 219 SD negeri dan swasta yang menggelar UASBN. Jumlah peserta 9.800 orang. Pada tahun 2010 lalu, di Kota Jambi ada lima siswa yang tidak lulus. Menur ut Rifa‟i Kadis kota, hasil UASBN tersebut dijadikan sebagai salah satu penilaian untuk kelulusan siswa. http:jambi- 15 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu independent.co.idjioindex.php?option=com_contentview=articleid=12895:rata-rata- sekolah-lulus-100-persencatid=1:metroja Dari apa yang di sampaikan Ramli Samosir Kasubdin Pendidikan Dasar Menengah dan Tinggi Dikmenti Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Rifa‟i Kadis kota bahwa rata-rata nilai hasil UASBN SD di provinsi Jambi masih rendah, walaupun rata –rata kelulusan SD cukup tinggi , ini dikarenakan nilai UASBN dihargai 60 sedangkan di tambah dengan nilai UAS sekolah dihargai 40. Jadi sekolah mempunyai 40 untuk menutupi kekurangan nilai UASBN, dengan demikian kelulusan SD cukup tinggi walaupun hasil UASBNnya sangat rendah. Jelas bahwa belum optimalnya kinerja LPMP pada penjaminan mutu sekolah dasar hal ini dipengaruhi oleh penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan kegiatan penjaminan mutu pendidikan belum terlaksana dengan baik. Berarti bahwa manajemen kinerja LPMP masih perlu ditingkatkan pelaksanaanya, terutama pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Dalam meningkatkan kinerja, suatu organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Hal tersebut dinyatakan oleh Deming dalam Amstrong dan Denton, 1998: 57: bahwa fungsi-fungsi manajemen kinerja meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan review. Perencanaan dilaksanakan untuk menetapkan visi, misi, tujuan dan program kerja organisasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Pelaksanaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengimplementasikan atau merealisasikan Perencanaan program yang telah dibuat. Pada pelaksanaan ini diperhatikan faktor-faktor yang 16 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mempengaruhi di antaranya adalah sumber daya manusia, fasilitas, nilai- nilai, budaya, dan kerjasama yang terdapat di dalam organisasi. Pada aspek monitoring, organisasi dapat melakukan perbaikan pada berbagai tahapan kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan hasil. Dalam monitoring disediakan lembaran-lembaran pengamatan dan penilaian sehingga Monitoring program yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik. Pada tahapan review, dilakukan penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang direncanakan, mulai dari persiapan sampai dengan hasil akhir. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik meneliti kinerja LPMP Provinsi Jambi dalam penjaminan mutu pendidikan sekolah dasar di wilayah tersebut. Karena pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu dalam kerangka sistem pendidikan nasional memerlukan investasi institusi capacity building dengan fokus pada perubahan pola pemahaman mind set dan perubahan budaya kerja institutionalwork culture di antara orang-orang, terutama yang menduduki posisi managerial. Strategi perubahan dimulai dari membangun apa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana dengan sensitivity training, simulation, dan case analyses. Karena pada dasarnya penjaminan mutu merupakan serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, program dan lembaga pendidikan. Ketertarikan itu diperkuat kenyataan bahwa kinerja LPMP provinsi Jambi yang berperan melakukan pemetaan mutu, pengeloaan informasi manajemen mutu, memberikan fasilitasi pada satuan pendidikan, dan melakukan evaluasi mutu pendidikan di provinsi Jambi, masih ibarat jauh api dari panggangnya. Karena sampai sekarang mind set-nya kebanyakan masih training minded. Hal ini dapat dimaklumi, sudah sekian lama LPMP yang sebelumnya bernama BPG 17 Kemas Imron Rosadi, 2012 Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lpmp Dalam Penjaminan Mutu Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Balai Pelatihan Guru itu semata-mata menjadi tempat pelatihan training centre.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah