STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA :Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui
STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP
DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)
MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan
Oleh:
HADI SUPRIYATNO
1005044
PROGRAM STUDI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui
STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP
DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
Oleh Hadi Supriyatno
S.T. Universitas Brawijaya Malang, 1996
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Hadi Supriyatno 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Hadi Supriyatno, 2013
(4)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “STUDI PENINGKATAN PERAN LPMP DALAM PELAKSANAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MELALUI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan
Timur)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika kelimuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 30 September 2013 Yang membuat pernyataan,
(5)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
ABSTRAK
Hadi Supriyatno. Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur). Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2013.
Tesis ini dibimbing oleh Pembimbing I: Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA; dan Pembimbing II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.
Penelitian ini dilatarbelakangi peran penting yang diemban oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam penjaminan mutu pendidikan di daerah. Sebagai sebuah institusi yang melakukan penjaminan mutu pendidikan di daerah maka LPMP sudah seharusnya mempunyai kemampuan dan kapasitas yang sesuai untuk dapat melakukan penjaminan mutu secara efektif. Sumber daya manusia merupakan salah satu hal yang berperan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang ada pada LPMP, sehingga sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kecakapan yang tinggi dalam penjaminan mutu pendidikan sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menemukan jawaban dari permasalahan bagaimana aktifitas dan upaya pengembangan sumber daya manusia pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan peran LPMP dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian dilakukan di LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian menggunakan purposive
sampling (informan terpilih) pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis yang bersifat naratif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan SDM pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur dilakukan melalui pendekatan pendidikan, pelatihan, dan kegiatan profesi lainnya yang menunjang staf struktural dan fungsional dalam menjalankan tugasnya. Dimana pendidikan dan pelatihan dirancang melalui proses perencanaan dan pelaksanaan yang cukup baik dan berjenjang. Tetapi dalam proses evaluasinya belum secara maksimal dilakukan. Peran yang dijalankan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur masih terbatas pada pelaksanaan program kegiatan yang sudah ditetapkan oleh instansi yang membawahinya yaitu BPSDMPK – PMP. Sehingga masih belum optimalnya peran penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah. Ini dipengaruhi oleh terbatasnya keleluasaan dalam penggunaan anggaran untuk pengembangan program-program inovasi serta SDM yang masih perlu ditingkatkan lagi kompetensinya. Optimalisasi penggunaan ED-PTF dapat menjadi instrumen penting untuk umpan balik peningkatan kapasitas LPMP dan peningkatan kinerja penjaminan mutu pendidikan di daerah oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
(6)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Kata kunci: Peran LPMP, sumber daya manusia, penjaminan mutu pendidikan
ABSTRACT
Hadi Supriyatno. Studies LPMP Increasing Role in the Implementation of
Quality Assurance System of Education (SPMP) Through Human Resource Development (Case Study in LPMP East Kalimantan Province). Thesis. Bandung: Post Graduate School – Indonesia University of Education. 2013.
This thesis guided by Advisor I: Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA; and Advisor II: Prof. Dr. Johar Permana, MA.
The background research carried by the important role of Educational Quality Assurance Institution (LPMP) on quality assurance of education in the province area. As an institution that performs quality assurance of education in the area, and then LPMP should have the capability and capacity appropriate on the issue of education quality assurance. So that it can carry out their duties effectively. Human resources are one of the things that contribute to the performance of duties and functions LPMP, the human resources with high competence and skills in quality assurance of education is necessary. This study aims to find an explanation how the activities and efforts of human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done. That it is also as one of the efforts to enhance the role of LPMP in implementing quality assurance systems of education.
This study used a qualitative approach, where the study was conducted in the LPMP East Kalimantan Province. Data were collected by interview, observation, and documentation. Study used purposive sampling (selected informants) in the LPMP East Kalimantan Province. Data were analyzed by using a narrative approach to qualitative analysis.
The results showed that human resource development in the LPMP East Kalimantan Province done through education, training, and other professional activities that support the structural and functional staff in performing their duties. Where education and training are designed through the process of planning and implementation are quite good and tiered. But in the process of evaluation has not optimally done. Role played LPMP East Kalimantan Province is limited to programs that have been established by the shelter agencies, namely BPSDMPK - PMP. So LPMP East Kalimantan Province has not optimally performed the role of quality assurance in education according to the characteristics and needs of the region. This is influenced by the limited flexibility in the use of the budget for the development of innovative programs, and human resources need to be increased again its competence. Optimizing the use of Self-Evaluation – Implementation Tasks and Functions (ED – PTF) can be an important instrument for feedback LPMP capacity and improved performance LPMP on quality assurance of education in the area.
(7)
viii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 15
1.3 Rumusan Masalah ... 16
1.4 Tujuan Penelitian ... 17
1.5 Manfaat Penelitian ... 18
1.6 Struktur Organisasi Tesis ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 20
2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 20
2.1.1 Konsep Mutu ... 20
2.1.2 Penjaminan Mutu Pendidikan ... 24
2.1.3 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ... 28
2.1.4 Peningkatan Peran LPMP dalam SPMP ... 33
2.2 Sumber Daya Manusia ... 39
2.2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 39
2.2.2 Pengembangan SDM ... 43
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan SDM ... 46
2.2.4 Model Strategi Pengembangan SDM ... 48
2.2.5 Jenis dan Metode Pengembangan SDM ... 50
2.2.6 Pendidikan dan Pelatihan ... 51
2.2.6.1 Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 59
2.2.6.2 Perancangan dan Analisis Kebutuhan Diklat ... 63
(8)
ix
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
2.3.1 Konsep Budaya ... 72
2.3.2 Konsep Kerja ... 77
2.3.3 Konsep Budaya Kerja ... 77
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kerja ... 79
2.3.5 Tujuan dan Manfaat Budaya Kerja ... 81
2.3.6 Pendekatan dalam Penelitian Budaya ... 82
BAB III METODE PENELITIAN ... 86
3.1 Desain Penelitian ... 86
3.2 Lokasi Penelitian ... 89
3.3 Jenis Data Penelitian ... 91
3.4 Sumber Data Penelitian ... 92
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 93
3.6 Teknik Analisis Data ... 96
3.7 Keabsahan Data ... 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101
4.1 Hasil Penelitian ... 102
4.1.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 102
4.1.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 102
4.1.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 110
4.1.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 121
4.1.2.1 Metode Penilaian ... 122
4.1.2.2 Pelaksanaan ... 126
4.1.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 128
4.1.3.1 Proses Perencanaan ... 129
4.1.3.2 Pelaksanaan ... 134
4.1.3.3 Evaluasi ... 140
4.1.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 142
4.1.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 142
4.1.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 143
4.1.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 144
4.1.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 144
4.1.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 146
(9)
x
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
4.2.1 Peran LPMP Prov. Kaltim dalam Pelaksanaan SPMP ... 147
4.2.1.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 149
4.2.1.2 Pelaksanaan SPMP oleh LPMP Prov. Kaltim ... 154
4.2.1.3 Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim ... 157
4.2.2 Penilaian Kinerja SDM Berkaitan dengan Tugas dan Fungsi dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 164
4.2.2.1 Metode Penilaian ... 164
4.2.2.2 Pelaksanaan ... 167
4.2.2.3 Optimalisasi Penilaian Kinerja ... 168
4.2.3 Usaha LPMP Prov. Kaltim dalam Pengembangan SDM yang Sesuai dengan Tuntutan SPMP ... 170
4.2.3.1 Proses Perencanaan ... 172
4.2.3.2 Pelaksanaan ... 175
4.2.3.3 Evaluasi ... 177
4.2.3.4 Pelatihan SDM sebagai Usaha Mencapai Distinctive Competence Tinggi ... 179
4.2.4 Dampak Pengembangan Kapasitas SDM ... 181
4.2.4.1 Pengetahuan tentang SPMP ... 182
4.2.4.2 Pelaksanaan SPMP ... 183
4.2.4.3 Pengembangan SDM dan Perubahan Budaya Kerja ... 184
4.2.5 Perspektif Pengembangan SDM LPMP Prov. Kalimantan Timur di Masa Depan ... 186
4.2.5.1 Pengembangan SDM yang Diharapkan Lembaga ... 186
4.2.5.2 Pengembangan SDM yang Diharapkan Pegawai ... 187
4.2.5.3 Model Pengembangan SDM dalam Upaya Peningkatan Peran LPMP Prov. Kaltim pada Penjaminan Mutu Pendidikan .... 189
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 197
5.1 Kesimpulan ... 197
5.2 Rekomendasi ... 202
DAFTAR PUSTAKA ... 205
(10)
xi
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF ... 13
2.1 Rangkuman Definisi Penjaminan Mutu Pendidikan ... 25
2.2 Perbedaan Antara Pelatihan (Training) dan Pendidikan (Education) ... 54
2.3 Evaluasi Hasil-Hasil Pelatihan (Training Outcomes) ... 69
2.4 Perbandingan Model Evaluasi Pelatihan ... 70
4.1 Sebaran SDM Menurut Latar Belakang Pendidikan ... 116
4.2 Peningkatan Kompetensi Melalui Pendidikan dan Pelatihan ... 132
4.3 Peningkatan Kualifikasi SDM ... 132
(11)
xii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di Indonesia ... 30
2.2 Model Pemenuhan Standar ... 32
2.3 Perbedaan Dasar antara Pelatihan dan Pendidikan ... 54
2.4 Elemen-Elemen yang Berkontribusi Pada Learning & Development ... 55
2.5 Kompetensi inti (core) dan permukaan (surface) ... 61
2.6 Model Instructional System Design ... 64
2.7 Level-Level Budaya ... 74
3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 93
3.2 Analisis Data Kualitatif ... 97
4.1 Grafik Jumlah SDM Menurut Usia ... 116
4.2 Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 127
4.3 Hasil Pengolahan Instrumen Penilaian Kompetensi ... 128
4.4 Tugas dan Fungsi LPMP ... 188
(12)
xiii
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Matriks Fokus Penelitian ... 210
2. Ringkasan Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen ... 220
3. Ringkasan Hasil Wawancara ... 227
4. Transkrip Wawancara ... 273
5. Hasil Observasi ... 373
6. Hasil Studi Dokumen ... 400
7. Daftar Informan ... 417
8. Dokumen Profil LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 420
9. Dokumen Peta Jabatan LPMP Provinsi Kalimantan Timur ... 432
10. Dokumen Instrumen Lembar Penilaian Kompetensi Karyawan ... 433
11. Dokumen Grafik Hasil Penilaian Kompetensi Karyawan ... 436
12. Dokumen Kebutuhan Pelatihan Karyawan ... 447
13. Dokumen Daftar Hadir Peserta Internal Capacity Building ... 452
14. Dokumen Prosedur Mutu Peningkatan Kompetensi Karyawan ... 458
15. Dokumen Surat Ijin Penelitian ... 462
(13)
1
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara operasional pelaksanaan pendidikan di Indonesia harus merupakan realisasi dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3). Segala upaya perlu dilakukan agar pelaksanaan pendidikan nasional dapat berhasil sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Undang-Undang Sisdiknas ini memberikan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Adapun visi pendidikan nasional yaitu:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi pendidikan nasional tersebut menjadi acuan Kementerian Pendidikan Nasional dan dikembangkan dalam misi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 yang meliputi:
1. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan; 2. Memperluas keterjangkauan layanan pendidikan;
3. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan; 4. Mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan;
(14)
5. Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan.
Berbagai kebijakan pembangunan pendidikan nasional dilakukan untuk mewujudkan lima misi tersebut di atas. Tolok ukur efektifitas implementasi kebijakan tersebut salah satunya dapat dilihat dari ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan seperti yang telah ditetapkan dalam delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Paradigma baru dalam pendidikan itu menghendaki lulusan program pendidikan harus mampu bersaing di dunia internasional dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu upaya keras untuk mewujudkan hal tersebut jika melihat peringkat Indonesia dalam Human Development Index tahun 2012 berdasarkan laporan yang dikeluarkan UNDP (United Nation Development Programme) berada dalam kelompok medium (Medium Human Development) yaitu pada peringkat 121 dari 187 negara (www.hdr.undp.org/en/statistic). Di Asia Tenggara, Indeks
Pengembangan Manusia Indonesia itu berada pada urutan ke-6 setelah Singapura,
Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Pendidikan (Education) merupakan salah satu komponen atau dimensi yang berkontribusi pada Human
Development Index (HDI) – yang merupakan indikator kualitas hidup suatu bangsa – disamping dimensi Kesehatan (Health) dan Standar Hidup (Living
Standards). Dibutuhkan komitmen semua pihak dan kebijakan yang tepat untuk
meningkatkan kualitas hidup bangsa tersebut, dimana salah satunya adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan yang dituangkan dalam misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di atas.
Ada upaya-upaya strategis jangka panjang yang telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, antara lain upaya tersebut diwujudkan dalam penetapan standar pendidikan yang jelas dan satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi di antara berbagai institusi yang terkait. Komitmen yang kuat untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu
(15)
pendidikan tersebut diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan pendidikan, baik itu Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun masyarakat.
Mutu pendidikan yang dimaksud disini adalah nilai, manfaat, kesesuaian dengan suatu spesifikasi tertentu atas input, proses, dan output pendidikan yang dirasakan oleh pemakai jasa pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Pasal 1 disebutkan bahwa “mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional”. Berkaitan dengan mutu pendidikan, Sallis (2010:59) mengemukakan bahwa mutu barang atau jasa yang baik dijamin oleh sistem, yang dikenal sebagai sistem penjaminan mutu, yang memposisikan secara tepat bagaimana produksi seharusnya berperan sesuai dengan standar. Standar-standar mutu diatur oleh prosedur-prosedur yang ada dalam sistem penjaminan mutu. Berdasarkan hal ini maka Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) merupakan sistem yang digunakan untuk menghasilkan mutu pendidikan nasional yang diharapkan, dimana SPMP merupakan subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional. Tersirat adanya serangkaian proses dan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan dalam 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP). Penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan disini memerlukan standar mutu, dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas, strategi, kerjasama dan kolaborasi antar stakeholders serta dilakukan secara terus menerus.
Implementasi penjaminan mutu dalam konteks sistem pendidikan, dalam kerangka akuntabilitas publik penyelenggaraan pendidikan, sudah seharusnya ada. Setiap stakeholder memiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Definisi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan menurut
(16)
Satori, D. (2011: 12) adalah “serangkaian proses dan sistem yang saling berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, program dan lembaga pendidikan”. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, menyediakan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah dikaji berdasarkan delapan Standar Nasional Pendidikan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu perlu dipahami tentang bagaimana melakukan penjaminan mutu secara komprehensif, terstruktur, dan sistematis sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar peningkatan mutu guna mencapai tujuan yang dicita-citakan yaitu peningkatan mutu pendidikan nasional. Kemampuan untuk melaksanakan penjaminan mutu adalah suatu faktor penting untuk semua lembaga. Tanpa kemampuan untuk melakukan penjaminan mutu, tidak akan ada peningkatan kualitas yang dapat dicapai.
Penjaminan mutu pendidikan yang dimaksud meliputi penjaminan mutu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal; jenis pendidikan umum dan kejuruan; serta jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Penjaminan mutu pendidikan merupakan upaya sistematik untuk menghimpun dan mengolah data yang handal dan sahih, sehingga dapat disimpulkan kenyataan yang dapat digunakan sebagai landasan tindakan manajemen untuk mengelola kelangsungan lembaga atau program pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa aspek penting yang perlu dilakukan dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah di Indonesia (Satori, D., 2011: 1), yaitu:
1. Pengkajian mutu pendidikan;
2. Analisis dan pelaporan mutu pendidikan; 3. Peningkatan mutu pendidikan;
(17)
5. Peningkatan mutu merujuk pada Standar Nasional Pendidikan.
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui penerapan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Selain itu, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) antara lain harus memuat hal-hal berikut (Mulyasana, 2011: 131):
1. Terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal; 2. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam
penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah;
3. Ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal;
4. Terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program pendidikan;
5. Terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah.
Ada dua prinsip utama yang mendorong perlunya pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan (Satori, D., 2011: 15), yaitu untuk: 1. Meningkatkan strategi pengumpulan data sehingga data yang terkumpulkan
menjadi relevan, valid, dan andal;
2. Menjamin bahwa data dipergunakan lebih efektif untuk tujuan perencanaan, pengambilan keputusan dalam perencanaan dan alokasi sumber daya guna peningkatan mutu pendidikan.
(18)
Pengumpulan data penjaminan mutu pendidikan ini akan berguna bagi peningkatan mutu pendidikan jika dikelola dengan baik, dianalisa secara seksama serta dapat mudah diakses oleh stakeholders dalam rangka pembuatan rencana, pengambilan keputusan, alokasi sumber daya, dan membangun budaya peningkatan mutu. Lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang terkait dalam sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan memegang tanggung jawab yang besar dalam pengumpulan dan pengelolaan data penjaminan mutu pendidikan ini, sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan. Ada prosedur tata kerja yang jelas, strategi, kerjasama, dan kolaborasi antar lembaga atau institusi yang terlibat dalam sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan serta dilakukan secara terus menerus.
Penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan melalui SPMP pada awalnya merupakan tindak lanjut dari hasil kajian kapasitas Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK, sekarang Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan) pada tahun 2007. Hasil kajian melahirkan kesimpulan bahwa dalam melaksanakan penjaminan serta peningkatan mutu pendidikan, LPMP dan PPPPTK tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus melibatkan semua pihak, sehingga diperlukan sebuah sistem yaitu Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan atau disingkat dengan SPMP.
SPMP adalah subsistem dari sistem pendidikan nasional, merupakan siklus penjaminan dan peningkatan mutu secara terpadu dan berkelanjutan. Implementasi siklus penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan ini membutuhkan sumberdaya dan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah, baik provinsi, kota, atau kabupaten, dan masyarakat dimana LPMP merupakan salah satu lembaga yang terlibat di dalam pelaksanaan SPMP tersebut. Ada beberapa tugas dan kewenangan LPMP sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
(19)
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Implementasi peraturan-peraturan ini menuntut kesiapan sumber daya yang ada di LPMP untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya tersebut. LPMP sebagai salah satu institusi yang ikut berperan dalam proses SPMP diharapkan mampu membangun jaringan kerja penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang melibatkan satuan pendidikan, pengawas sekolah, Kantor Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota serta institusi terkait di provinsi dan pusat. Adapun tahapan implemetasi kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pada LPMP adalah dimulai dari tahap pemetaan mutu, yang selanjutnya diikuti tahap pemenuhan standar, pemantauan standar. Dan kemudian berujung pada tahap pelaporan. Tahapan-tahapan ini merupakan siklus yang terus berulang. Oleh karena itu, kemampuan untuk melaksanakan penjaminan mutu adalah suatu faktor penting yang seharusnya dimiliki oleh LPMP dan sumberdaya yang ada di dalamnya.
Sudah diketahui pula, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP adalah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut LPMP menyelenggarakan fungsi:
1. Pemetaan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah;
2. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah;
3. Supervisi satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional;
(20)
4. Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;
5. Pelaksanaan kerja sama di bidang penjaminan mutu pendidikan; dan 6. Pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
Pembentukan LPMP yang ada sekarang memiliki sejarah yang panjang. Berdasarkan dokumentasi yang tercatat bahwa LPMP Provinsi Kalimantan Timur sebelumnya merupakan Balai Penataran Guru (BPG) Samarinda. Tugas dan fungsinya saat itu sebagai tempat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi guru di Provinsi Kalimantan Timur. Dan kedudukan BPG Samarinda masih di bawah Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0240a/O/1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penataran Guru (BPG) maka BPG Samarinda menjadi Unit Pengelola Teknis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di daerah yang bertanggungjawab langsung kepada Direktorat Tenaga Kependidikan di bawah lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sesuai dengan SK Mendikbud RI tersebut tugas pokok dan fungsi BPG Samarinda (Pasal 2) adalah “Melaksanakan penataran guru
dalam berbagai bidang studi”.
Pada Tahun 2003, BPG merintis perubahan paradigma dari BPG menjadi LPMP dimana akhirnya menjadi LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 dengan tugas pokok melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan nasional. Pada prinsipnya LPMP bukan saja sebagai lembaga diklat melainkan juga sebagai lembaga penjamin mutu pendidikan di daerah agar penyelenggaraannya sesuai dengan standar, norma, kriteria, dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kemudian pada Tahun 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 tanggal 13 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP maka LPMP berubah
(21)
menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, yang mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional, dan berada pada lingkup Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional. Seiring dengan perubahan organisasi dan tata kerja pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2012, terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP. Berdasarkan peraturan ini LPMP sekarang berada di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) dengan tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Perjalanan perubahan dari BPG menjadi LPMP yang sekarang tersirat adanya perubahan organisasi, visi, misi, serta tugas pokok dan fungsi dari organisasi tersebut. LPMP dikondisikan untuk dapat memberikan layanan penjaminan mutu pendidikan di provinsi agar proses penyelenggaraan pendidikan memenuhi persyaratan mutu pendidikan nasional. Perubahan organisasi yang terjadi disini karena adanya faktor eksternal berupa regulasi pemerintah. Perubahan organisasi yang berupa refungsionalisasi organisasi LPMP ini menuntut adanya kesiapan sumber daya yang ada pada LPMP, terutama pada sumber daya manusianya. Visi, misi, dan tupoksi yang telah berubah ini menuntut adanya perubahan pula pada persyaratan kompetensi dan keterampilan sumber daya manusianya agar dapat melakukan layanan penjaminan mutu pendidikan di provinsi dengan efektif. Dengan kata lain diperlukan investasi institusi (capacity
building) dengan fokus pada perubahan pola pemahaman (mind set) dan
perubahan budaya kerja (institutional/work culture) di antara orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama yang menduduki posisi manajerial (Satori, D., 2011: 20).
(22)
Hal lain yang terkait dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP adalah budaya kerja dalam organisasi. Budaya ini diteliti secara intensif oleh para pakar untuk mengetahui perannya dalam organisasi. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa budaya mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Wirawan, 2008:35). Mengapa budaya dalam organisasi itu penting? Menurut Ann L. Cunliffe (2008: 58), budaya kerja organisasi berkaitan dengan bagaimana sesuatu dilaksanakan sehari-hari dalam suatu organisasi dan mempengaruhi pegawai dalam berhubungan dengan sesama pegawai, pelanggan, dan stakeholder. Sehingga tidak hanya berpengaruh pada kinerja organisasi tetapi juga kinerja pegawai. LPMP Provinsi Kalimantan Timur sebagai organisasi memiliki visi, misi, dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan kedudukannya sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di provinsi. Jika budaya kerja sangat kondusif terhadap pelaksanaan strategi organisasi dan terbukti merupakan faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan organisasi, maka perlu dipertahankan. Budaya kerja organisasi yang positif akan berperan dalam pencapaian tujuan organisasi LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah.
Peningkatan peran LPMP sekarang dalam pelaksanaan SPMP adalah LPMP dituntut untuk bekerjasama dan berkoordinasi serta memiliki program penjaminan mutu yang efektif dengan institusi/lembaga terkait yang juga terlibat dalam pelaksanaan SPMP. Sebagai lembaga yang diberikan kewenangan untuk menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan di provinsi, LPMP harus mampu menjadi mitra utama Pemerintah Daerah dalam melakukan setiap upaya penjaminan mutu pendidikan di tingkat provinsi. Kesiapan sumber daya manusianya akan sangat menentukan sehingga proses layanan penjaminan mutu ini dapat berjalan efektif. Pada pelaksanaannya di lapangan, ada beberapa tugas strategis yang dijalankan oleh LPMP dalam pelaksanaan SPMP ini, yaitu (Kemendikbud, 2012: 2):
1. Koordinasi program dan data pendidikan, pemetaan mutu dan pengembangan sistem mutu dengan Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota;
2. Supervisi mutu dan fasilitasi, serta sampling mutu terhadap satuan pendidikan yang ada di wilayah kerjanya;
(23)
3. Koordinasi/ sinkronisasi data serta program kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, dan kerjasama pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan serta sertifikasi guru dengan Perguruan Tinggi/ LPTK;
4. Koordinasi penjaminan mutu PAUD dengan BPPNFI/P2PNFI;
5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) dalam hal verifikasi data dan pengawasan ujian;
6. Pelaporan mutu pendidikan kepada Ditjen Dikmen, Ditjen Dikdas, BPSDMPK dan PMP.
Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam peningkatan perannya berkaitan dengan pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) di daerah, yaitu (berdasarkan data SIM-NUPTK per Maret 2012):
1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;
2. Tenaga pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada berjumlah 60.689 guru;
3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah) yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak 9.667 orang;
4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan 643 orang pengawas;
5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;
6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152 KKG/128 MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah/Musyawarah Kerja
(24)
Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);
7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;
8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau 11% dari total wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit terjangkau;
9. Masih terpakunya LPMP dengan paradigma pendidikan dan pelatihan (diklat) pada pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam penjaminan mutu pendidikan, ini dilatarbelakangi sejarah awal berdirinya LPMP yang bermula dari BPG. Sementara tugas dan fungsi yang sekarang dalam penjaminan mutu pendidikan bukan hanya pada fungsi fasilitasi (diklat), masih ada fungsi pemetaan, supervisi, dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan; 10. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai
Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama dengan tupoksi LPMP di daerah;
11. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum sesuai target dan sasaran yang optimal;
12. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang ada di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
(25)
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan, maka LPMP Provinsi Kalimantan Timur masih
dalam katagori kinerja “Rendah” (1,50 – 2,00) dengan skor yang diperoleh 1,952 (Laporan Pelaksanaan Tugas LPMP, 2012: 16). Penilaian ini berdasarkan hasil Evaluasi Diri Lembaga (EDL) atau disebut juga Evaluasi Diri Pelaksanaan Tugas dan Fungsi (ED-PTF) LPMP. Dimana pembagian kategori kinerja pelaksanaan tugas dibagi menjadi enam kategori, yaitu:
Tabel 1.1 Kategori Kinerja Lembaga Berdasar ED-PTF
Rentang NA ED-PTF Kategori Kinerja Kategori Huruf
3,50 – 4,00 Sangat Tinggi AA
3,00 – 3,50 Tinggi A
2,50 – 3,00 Cukup B
2,00 – 2,50 Sedang C
1,50 – 2,00 Rendah D
1,00 – 1,50 Sangat Rendah E
Sumber: Panduan Teknis ED-PTF LPMP
LPMP Provinsi Kalimantan Timur sudah seharusnya melakukan penjaminan mutu internalnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam penjaminan mutu pendidikan. Kinerja organisasi berkaitan erat dengan efektifitas kinerja sumber daya manusia (pegawai) yang ada pada organisasi tersebut dalam pekerjaannya. Efektifitas kinerja pegawai ini salah satunya dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki pegawai tersebut (Spencer dan Spencer, 1993: 9; Moeheriono, 2009: 3). Berdasarkan penilaian kompetensi pegawai yang dilakukan oleh lembaga, menunjukkan masih perlunya upaya peningkatan kompetensi pegawai yang ada. Ini terlihat dari grafik penilaian kompetensi pegawai LPMP Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2008 – 2012, seperti ditampilkan pada Lampiran 11. Komitmen terhadap peningkatan kualitas SDM secara berkelanjutan (continous improvement) tentunya sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penjaminan mutu pendidikan.
Berdasarkan tugas dan kewenangan LPMP yang baru serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan SPMP tersebut maka diperlukan SDM yang memiliki
(26)
kompetensi dan keterampilan yang sesuai agar pelaksanaan SPMP tersebut dapat berjalan efektif dan sesuai dengan harapan stakeholders. Untuk itu maka dibutuhkan adanya program pengembangan SDM. Menurut Swanson dan Holton (2009: 4), “pengembangan SDM merupakanproses pengembangan keahlian untuk tujuan memperbaiki individu, tim, proses kerja, dan kinerja sistem organisasi”. Ruky (2003) dalam Yuniarsih & Suwatno (2009: 38) berpendapat bahwa
“program pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia dalam organisasinya”. Program pengembangan sumber daya manusia tentunya bertujuan agar organisasi tersebut mampu merealisasikan visi mereka dan mencapai tujuan-tujuan jangka menengah dan jangka pendek. Pengembangan SDM merupakan kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi pegawai melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan aspek-aspek lainnya. Pengembangan SDM ini penting dilaksanakan disebabkan adanya perubahan baik manusia, teknologi, pekerjaan maupun organisasi.Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Yuniarsih dan Suwatno, 2010: 63).
Rakhmawanto (2008: 120) dalam penelitiannya yang berjudul
“Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur Pegawai Negeri Sipil” menyatakan bahwa mayoritas instansi pemerintah di Indonesia belum mempunyai rancangan pengembangan SDM PNS secara jelas. Hal ini terlihat dari tidak jelasnya arah pengembangan PNS melalui program – program diklat yang selama ini diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Dalam rangka menciptakan model strategi pengembangan PNS yang tepat, guna membentuk PNS yang berkualitas dan profesional aspek – aspek seperti visi, misi, dan tujuan organisasi harus dijadikan sebagai dasar untuk membangun pola pengembangan PNS. Murgiyono (2010: 2) menyatakan kualitas dan profesionalisme PNS tersebut harus dibentuk melalui suatu proses dalam sistem pengembangan SDM yang terencana dan sistematis; serta berkesinambungan (Ma’arif, M.S., 2010: 13).
(27)
Sementara Rosidah (2008) dalam penelitian yang berjudul “Manajemen
Diklat dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Pegawai Publik” mengemukakan bahwa kebutuhan diklat muncul karena adanya masalah – masalah yang mengganggu kinerja organisasi, seperti menurunnya atau rendahnya tingkat pelayanan. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi yang mengarah pada perubahan sikap dan perilaku pegawai untuk memenuhi harapan kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi, baik internal maupun eksternal. Keberhasilan diklat terwujud apabila diklat mempunyai dampak positif pada peningkatan kinerja atau hasil diklat sesuai dengan kriteria pengembangan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Rakhmawanto (2009: 24) untuk meningkatkan kinerja PNS penekanannya ada pada pengetahuan (knowledge), kemampuan (capability), keterampilan (skill), sikap (attitudes), perilaku dan etika (behavior and ethics), serta kebiasaan (habit).
Purwanto, E.A. (2007: 8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diklat sebagai instrumen untuk meningkatkan kompetensi SDM belum mendapat perhatian serius dari instansi pemerintah, ini terlihat dari belum adanya analisis kebutuhan diklat yang terintegrasi antara bagian organisasi, masih lemahnya metode diklat, kecilnya anggaran untuk pelaksanaan diklat.
1.2 Fokus Penelitian
Melihat dari beratnya tugas dan kewenangan serta tantangan eksternal yang dihadapi oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan SPMP di daerah maka diperlukan kesiapan sumber daya yang ada di LPMP, termasuk sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang ada dituntut memiliki kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Dengan perubahan dari BPG menjadi LPMP tentu ada perubahan pola pemahaman dalam pelaksanaan tugas penjaminan mutu dan perubahan budaya kerja. Bagaimana LPMP Provinsi Kalimantan Timur merubah pola pemahaman (mind set) dan merubah budaya kerja (work culture) agar sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasinya dalam upaya peningkatan perannya
(28)
pada pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan hal menarik untuk diteliti.
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang terjadi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan dengan refungsionalisasi LPMP dan perannya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan melalui sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP). Untuk itu judul dalam penelitian ini adalah “Studi Peningkatan Peran LPMP dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Pengembangan Sumber Daya Manusianya (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur)”.
Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP).
2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.
3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa depan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, dapat dibuat rumusan masalah yang dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)?
2. Bagaimana pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan?
(29)
3. Bagaimana strategi (usaha-usaha) LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan?
4. Bagaimana dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi Kalimantan Timur?
5. Bagaimana perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa depan?
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan segala gambaran dan informasi yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia LPMP Provinsi Kalimantan Timur sehubungan dengan peningkatan perannya dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Hal ini terkait pula dengan adanya perubahan organisasi berupa refungsionalisasi LPMP, yang dimulai dari BPG hingga menjadi LPMP yang sekarang.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi dan gambaran yang berkaitan dengan fokus penelitian di atas, yaitu:
1. Peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP).
2. Pelaksanaan penilaian (assesment) kinerja SDM berkaitan dengan tugas dan fungsi dalam penjaminan mutu pendidikan.
3. Usaha LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pengembangan kapasitas SDM yang sesuai dengan tuntutan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
4. Dampak pengembangan SDM terhadap budaya kerja di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
5. Perspektif pengembangan SDM LPMP Provinsi Kalimantan Timur di masa depan.
(30)
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara umum diharapkan memberikan sumbangan pemikiran kepada lembaga dan pihak yang berkepentingan di LPMP Provinsi Kalimantan Timur, terutama bagi pengembangan sumber daya manusia yang ada di dalamnya terkait dengan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah. Juga dapat menjadi masukan bagi optimalisasi pelaksanaan tupoksi LPMP dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan di daerah melalui mekanisme penjaminan mutu pendidikan. Selain manfaat praktis di atas, tentunya diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi sumbangan teoritis dalam bidang yang berkenaan dengan organisasi, pengembangan sumber daya manusia, dan kinerja instansi pemerintahan terutama di bidang yang terkait dengan penjaminan mutu pendidikan.
Sebagai sebuah organisasi, LPMP Provinsi Kalimantan Timur dihadapkan pada lingkungan yang saling tergantung dan senantiasa berubah. Untuk merespon hal tersebut sebuah organisasi dituntut dapat beradaptasi dan berubah. Ada beberapa isu kontemporer tentang perubahan yang dihadapi sebuah organisasi dewasa ini (Robbins dan Judge, 2011: 358), yaitu: (1) bagaimana kemajuan teknologi mengubah tempat kerja dan mempengaruhi kehidupan kerja para pegawai; (2) bagaimana sebuah organisasi dapat menjadi lebih inovatif; (3) bagaimana menciptakan organisasi yang senantiasa mau belajar dan melakukan penyesuaian; dan (4) apakah pengelolaan perubahan terikat pada kultur atau budaya. Organisasi pembelajar (learning organization) belakangan ini menjadi perhatian besar dari para pakar teori organisasi dalam merespon perubahan yang selalu terjadi. Organisasi pembelajar (Robbins dan Judge, 2011: 363) adalah
“sebuah organisasi yang telah mengembangkan kapasitas untuk terus menerus
melakukan penyesuaian dan perubahan”. Jadi ada upaya untuk meningkatkan
penguasaan ilmu, keterampilan, profesionalisme secara terus menerus dalam organisasi tersebut. Penelitian ini hendak memberikan informasi bagaimana aktifitas organisasi pembelajar terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam kerangka peningkatan peran LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan. Diharapkan hasil studi ini dapat menjadi sumbangan untuk memperkaya konsep
(31)
organisasi pembelajar (learning organization) dalam perspektif instansi atau lembaga pemerintah.
1. 6 Struktur Organisasi Tesis
Secara garis besar struktur organisasi penulisan laporan penelitian ini dibagi menjadi lima bagian atau bab, yang dimulai dari Bab I berisi Pendahuluan. Kemudian berturut-turut: Bab II berisi Kajian Pustaka, Bab III berisi Metode Penelitian, Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Bab V berisi Kesimpulan dan Rekomendasi.
Bab I Pedahuluan berisi beberapa sub bab, yaitu: Latar Belakang Penelitian; Fokus Penelitian; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; serta Struktur Organisasi Tesis.
Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari sub bab: Sistem Penjaminan Mutu Pen-didikan; Sumber Daya Manusia; serta Budaya Kerja.
Bab III Metode Penelitian terbagi menjadi sub bab: Desain Penelitian; Lokasi Penelitian; Jenis Data Penelitian; Sumber Data Penelitian; Teknik Pengumpulan Data; Teknik Analisis Data; dan Keabsahan Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari sub bab: Hasil Penelitian; dan Pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, terbagi menjadi sub bab: Kesimpulan; dan Rekomendasi.
(32)
86
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan ini dipilih berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pengembangan sumber daya manusia di LPMP Provinsi Kalimantan Timur terkait dengan refungsionalisasi LPMP dan peningkatan perannya dalam pelaksanaan SPMP. Sebuah proses merupakan sebuah penggambaran tahapan-tahapan sehingga data-data yang didapat akan sulit untuk dikuantifikasi. Untuk mengeksplorasi fenomena-fenomena yang sulit dikuantifikasi ini maka pendekatan kualitatif lebih banyak digunakan. Sebagaimana dinyatakan Satori dan Komariah (2011: 23) bahwa:
Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplorasi fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasi yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak, dan lain sebagainya.
Penelitian dilakukan melalui pengamatan secara intensif dalam situasi yang wajar pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Pendekatan semacam ini selanjutnya disebut dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan dalam bentuk narasi. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan substansi penelitian kualitatif diperlukan pengamatan secara mendalam dengan latar yang alami, dan data yang diungkap bukan berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata, kalimat, paragraf, dan dokumen. Dengan pendekatan kualitatif dapat ditemukan data yang bersifat
proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja yang dianut seseorang atau
(33)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya, dalam penelitian ini lingkungan kerjanya adalah LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Peneliti di sini pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan kerjanya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami tafsiran mereka tentang lingkungan kerjanya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat
(place) itu. Dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang
akan berinteraksi secara langsung dengan responden penelitian. Tujuan penelitian kualitatif adalah memahami situasi, peristiwa, kelompok, atau interaksi sosial tertentu.
Ada beberapa karakteristik penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982: 33-37; Creswell, 2010: 261-263; Satori dan Komariah, 2011: 27-32), yaitu:
a. Mempunyai latar alami (natural setting); peneliti mengumpulkan data lapangan di lokasi dimana para informan beraktifitas berkaitan dengan masalah yang diteliti, dalam konteks penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara langsung pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur, berinteraksi langsung dengan informan dalam aktifitas mereka.
b. Peneliti sebagai instrumen kunci; peneliti mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi, wawancara dengan para informan. Diri penelitilah yang sebenarnya menjadi satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan informasi.
c. Bersifat deskriptif; data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambar daripada angka. Narasi yang dihasilkan menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.
d. Analisis data induktif; peneliti membangun pola-pola, ketegori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif). Peneliti menemukan data atau fakta-fakta secara khusus atau bagian-bagian yang setelah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan. Jadi berpikir dari yang khusus untuk menuju pada suatu yang umum.
(34)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
e. Makna dari para informan; peneliti lebih fokus pada usaha mempelajari makna yang disampaikan informan, jadi makna dalam perspektif informan.
f. Rancangan yang berkembang; proses penelitian akan berkembang dinamis dimana rencana awal penelitian tidak bisa secara ketat dipenuhi.
g. Menjadikan fokus studi sebagai batasan penelitian; peneliti membatasi kajiannya dengan menetapkan fokus studi sebagai batas penelitian sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam memverifikasi, mereduksi, dan menganalisis data.
h. Menggunakan kriteria khusus untuk ukuran keabsahan data.
Penelitian ini menggunakan data empiris, dimana data yang didapatkan merupakan hasil pengamatan di lapangan. Peneliti tidak memanipulasi atau mengendalikan keadaan, dalam hal ini lebih banyak memanfaatkan sumber bukti. Adapun strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan strategi penelitian studi kasus pada lingkup LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Menurut Stake (1995) sebagaimana dikutip oleh Creswell (2010: 20) bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas. Peneliti memiliki kepentingan intrinsik pada suatu kasus, terfokus pada kasus dan konteks, dalam hal ini kasus yang terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur berkaitan dengan pengembangan SDM dan dampaknya pada budaya kerja dalam organinasi dalam kerangka refungsionalisasi dan peningkatan peran LPMP dalam SPMP. Tujuan dari studi kasus bukanlah untuk mewakili dunia, namun untuk mewakili suatu kasus (Denzin dan Lincoln, 2009: 313). Jadi menurut Denzin dan Lincoln bahwa penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. Dimana manfaat dan kegunaan studi kasus bagi para praktisi dan pembuat kebijakan terletak pada aspek perluasan pengalamannya.
(35)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
Dari tiga tipe studi kasus (Yin, 2011: 1), yaitu: (1) Ekplanatoris; (2) Ekploratoris; dan (3) Deskriptif, maka tipe studi kasus penelitian ini adalah studi kasus deskriptif analitis (how). Studi kasus eksploratori bertujuan untuk merumuskan pertanyaan atau hipotesis dari suatu penelitian (yang belum tentu menggunakan studi kasus) atau menetapkan kelayakan dari suatu prosedur penelitian yang diinginkan, cara pengumpulan data, bahkan strategi analisis data. Apabila hal-hal tersebut telah ditetapkan, maka studi kasus eksploratori pun berakhir. Studi kasus deskriptif menyajikan deskripsi lengkap suatu fenomena yang diamati dalam konteks yang nyata. Sedangkan studi kasus eksplanatori berusaha membuktikan suatu hubungan sebab akibat, dengan memberikan penjelasan terhadap fenomena yang diamati.
3.2 Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi tempat penelitian ini di Lembaga Penjaminan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2, Kota Samarinda. Lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan mampu menjawab masalah penelitian, dalam hal ini refungsionalisasi LPMP dan peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah yang difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Perubahan dari BPG menjadi LPMP serta peningkatan peran LPMP dalam pelaksanaan SPMP di daerah membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan dalam bidang penjaminan mutu. Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) LPMP Provinsi Kalimantan Timur per 1 Maret 2012 lalu, sampai saat ini Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di LPMP Provinsi Kalimantan Timur mencapai 86 orang, yang terdiri atas 66 orang tenaga struktural dan 20 orang widyaiswara. Tantangan yang dihadapi oleh LPMP Provinsi Kalimantan Timur cukup besar mengingat terbatasnya sumber daya dan luasnya wilayah kerja yang ada. Beberapa tantangan tersebut antara lain:
(36)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
1. Satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah/madrasah pada jalur pendidikan formal, dan kelompok belajar pada jalur pendidikan non formal yang memerlukan fasilitasi mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 5.364 Sekolah;
2. Pendidik yang perlu memperoleh layanan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sesuai dengan kebutuhan yang ada berjumlah 60.689 guru; 3. Tenaga kependidikan (laboran, pustakawan, tenaga administrasi sekolah) yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak 9.667 orang;
4. Kepala sekolah dan pengawas yang memerlukan fasilitasi peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebanyak 3.793 orang kepala sekolah dan 643 orang pengawas;
5. Peserta didik yang memerlukan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan standar nasional pendidikan berjumlah 833.956 siswa;
6. Forum Kelompok Kerja Guru/Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (152 KKG/128 MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah/Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (33 KKKS/9 MKKS), dan Kelompok Kerja Pengawas Sekolah/Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (20 KKPS/9 MKPS);
7. Kabupaten/kota yang memerlukan layanan penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 14 Kabupaten/Kota;
8. Kondisi wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang luas wilayahnya 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura, atau 11% dari total wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang luas dan sulit terjangkau;
9. Stakeholders terkait di daerah masih belum memahami tupoksi LPMP sebagai
Unit Pelaksana Teknis pusat di daerah dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan sehingga diperlukan sosialisasi keberadaan LPMP, selain itu juga adanya instansi formal maupun non formal yang dapat berperan sebagai lembaga yang dapat melaksanakan sebagian program kegiatan yang sama dengan tupoksi LPMP di daerah;
(37)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
10. Dalam mendukung visi dan misi lembaga yang baru ke depan, maka kemitraan dengan berbagai stakeholders yang terkait dengan tupoksi yang baru menjadi sangat strategis dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan lembaga. Kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pemerintah kabupaten/kota selama ini masih belum optimal sehingga keselarasan program dan kegiatan kelembagaan dengan stakeholders tersebut belum sesuai target dan sasaran yang optimal;
11. Masih ada stakeholders yang kurang mempercayai kemampuan SDM yang ada di LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
3.3 Jenis Data Penelitian
Ada beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, dimana data-data ini diperoleh dari informan baik lisan maupun data-data dokumen yang tertulis, perilaku subyek yang diamati di lapangan. Secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami peneliti dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian di lapangan (Satori dan Komariah, 2011: 176). Dalam konteks penelitian ini peneliti membuat catatan lapangan yang bersumber dari wawancara yang dilakukan terhadap informan yaitu Kepala/Pimpinan Lembaga, Kepala Seksi, Widyaiswara, Bagian Perencanaan, Bagian Kepegawaian, dan beberapa Staf. Selain itu juga catatan lapangan dibuat dari hasil observasi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi pada seksi-seksi yang ada, pelaksanaan internal capacity
building. Peneliti juga membuat catatan lapangan dari studi dokumentasi di
lapangan. Catatan lapangan merupakan bentuk lengkap catatan dari lapangan hasil wawancara, observasi atau pengamatan, dan studi dokumentasi, serta telah ada refleksi.
(38)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human
resources), berbentuk sesuatu yang tertulis atau dicetak. Peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, dalam hal ini berupa dokumen resmi kantor seperti dokumen renstra, dokumen program kerja/kegiatan, undang-undang, peraturan-peraturan, laporan-laporan kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik yang ada pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia, dan peran LPMP serta kegiatan LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di daerah.
3. Foto
Foto dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena foto dapat menggambarkan situasi sebenarnya. Banyak hal yang dapat diperoleh dari foto jika dipahami secara cermat dan mendalam. Foto-foto disini berupa foto-foto kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dan terjadi di LPMP Provinsi Kalimantan Timur seperti pelaksanaan internal capacity building, forum pembelajaran klaster, dan lain-lain.
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana suatu data diperoleh. Ada dua jenis sumber data dalam penelitian, yaitu manusia (human) dan bukan manusia (non human).
Manusia merupakan informan penelitian yang penting dalam penelitian kualitatif. Pada penelitian ini pelaku utama sumber data manusia adalah: Kepala Lembaga, Kepala Seksi, Bagian Perencanaan, Bagian Kepegawaian, dan Staf. Sedangkan sumber data non manusia yaitu berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan renstra, program kerja, undang-undang, peraturan-peraturan, laporan-laporan kegiatan, lembaran internal/surat, file pegawai, data statistik pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur. Juga data-data yang memiliki korelasi dengan
(39)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
konteks pengembangan SDM, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam kerangka peningkatan peran LPMP Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan SPMP. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai proses pengembangan SDM dan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan yang terjadi pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
agar data yang diperoleh dari informan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Pengambilan sampel bukan dimaksudkan untuk mewakili populasi, melainkan berdasarkan relevansi dan kedalaman informasi. Sebagaimana yang dikemukakan Satori dan Komariah (2011: 47) bahwa “purposive sampling
menentukan subjek/objek sesuai dengan tujuan”. Melalui teknik purposive
sampling ini, maka diperoleh informan kunci, dan dari informan kunci
dikembangkan untuk mendapatkan informasi lainnya dengan teknik sampel bola salju (snowball sampling). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Lembaga.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Peneliti sebagai instrumen pengumpulan data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, peneliti juga dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Sebagaimana diungkapkan Satori dan Komariah (2011: 61) bahwa
“konsep human instrument dipahami sebagai alat yang dapat mengungkapkan
fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk
mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri”. Jadi peneliti adalah
merupakan instrumen kunci (key instrument) dalam penelitian kualitatif.
Pada saat di lapangan peneliti menerapkan teknik-teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data dalam
(40)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
penelitian ini menggunakan teknik observasi atau pengamatan, wawancara, dan studi dokumen dan artifak. Peneliti membuat catatan dan memberikan refleksi pada temuan-temuan lapangan, terus mencari informan purposive yang tepat untuk mendapatkan data melalui snowball sampling.
Gambar 3.1 Teknik Pengumpulan Data
Secara garis besar teknik pengumpulan data yang dilakukan dijelaskan sebagai berikut:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Sebagaimana dinyatakan Sugiyono (2010: 203) bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”. Melalui teknik observasi ini peneliti dapat menemukan secara mendalam hal-hal yang tidak akan terungkap oleh informan karena telah dianggap biasa atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Penulis juga menemukan hal-hal di luar persepsi informan sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. Dengan demikian peneliti dapat memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.
Pada penelitian ini peneliti melaksanakan observasi pada pelaksanaan kegiatan di LPMP Provinsi Kalimantan Timur yang berkaitan dengan pengembangan
Instrumen
Penelitian Data
Teknik Pengumpulan Data: 1. Observasi/Pengamatan 2. Wawancara
(41)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)
sumber daya manusianya, kegiatan rapat, perilaku pegawai dalam menjalankan tugasnya, pelaksananaan penjaminan mutu pendidikan oleh LPMP. Selain itu juga peneliti melakukan pengamatan terhadap sarana dan prasarana yang ada pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur.
Peneliti berupaya memposisikan diri sebagai pengamat tanpa memberikan intervensi yang dapat mempengaruhi jalannya kegiatan yang diamati. Cara demikian sengaja dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya. 2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan. Ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan secara lebih mendalam baik itu berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran, dan sebagainya. Menurut Satori dan
Komariah (2011: 130), “wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab”.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur atau tidak terstandar. Teknik wawancara ini digunakan karena dapat dilakukan secara lebih personal yang memungkinkan informasi didapat sebanyak-banyaknya dari informan. Wawancara yang spontan ini dilakukan untuk mengungkap pandangan, tanggapan, atau penjelasan informan tentang kegiatan atau peristiwa tertentu yang terkait dengan obyek penelitian. Wawancara dilakukan terhadap staf, bagian kepegawaian, bagian perencanaan, kepala seksi, dan kepala lembaga. Adapun daftar informan dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada Lampiran 7. Wawancara dilakukan umumnya pada saat luang dan memungkinkan. Bentuk pertanyaan wawancara adalah pertanyaan terbuka tetapi tetap dalam kerangka fokus penelitian sehingga memberikan keleluasaan terhadap informan untuk menjelaskan apa adanya dan terperinci. Wawancara dilakukan beberapa kali, pada tahap-tahap awal hanya berupa pengenalan dan mengetahui tugas yang mereka kerjakan, terutama pada
(1)
205 Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, M. (2006). A Handbook of Human Resource Management Practice. 10th Edition. London: Kogan Page Limited.
Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Massachusetts: Ailyn and Bacon, Inc.
Brundrett, M. dan Rhodes, C. (2011). Leadership for Quality and Accountability in Education. New York: Routledge.
Buckley, R. dan Caple, J. (2008). The Theory and Practice of Training. Revised 5th Edition. London: Kogan-Page.
Creswell, John W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Cunliffe, Ann L. (2008). Organization Theory. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Deming, W.E. (2000). The New Economics: For Industry, Government, Education. Second Edition. Massachusetts: MIT Press.
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Revitalisasi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Jakarta: Direktorat Pembinaan Diklat, Depdiknas.
Eseryel, D. (2002). “Approaches to Evaluation of Training: Theory and Practice”. Educational Technology & Society. 5, (2), 2002.
Fattah, N. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(2)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fuad, N. dan Ahmad, G. (2009). Integrated Human Resources Development Berdasarkan Pendekatan CB-HRM, TB-HRM, CBT, dan CPD. Cetakan Kedua. Jakarta: Grasindo.
Harsasi, M. (2008). “Organisasi Multibudaya dan Pelatihan tentang
Keberagaman”. Jurnal Organisasi dan Manajemen. 4, (1), Maret 2008, 1-9.
Harsono. (2011). Perencanaan Kepegawaian. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit Fokusmedia.
Hasibuan, M.S.P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Herselman, M. dan Hay, D. (2002). “Quality Assurance in the Foundation Phase in the Eastern Cape Province: a Case Study”. South African Journal of Education. 22, (3), 239 – 245.
Hitt, M.A. dan Ireland, R.D. (1985). “Corporate Distinctive Competence, Strategy, Industry and Performance”. Strategic Management Journal. 6, (3), 273 – 293.
Juran, J.M. dan Godfrey, A.B. (1999). Juran’s Quality Handbook. 5th Edition. New York: McGraw-Hill.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Buku Pedoman Implementasi Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Jakarta: Kemdiknas.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). “Posisi LPMP dalam Penjaminan Mutu Pendidikan”. Paparan Kepala BPSDMPK-PMP pada Rapat Koordinasi PPMP dan LPMP 8 – 10 Mei 2012, Bogor.
Kaswan. (2011). Pelatihan dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Kusdi. (2011). Budaya Organisasi: Teori, Penelitian, dan Praktik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Lotze, E. (2004). Work Culture Transformation: Straw to Gold – The Modern Hero’s Journey. Munchen: K.G. Saur Verlag GmbH.
(3)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ma’arif, M.S. (2010). “Membangun Profesionalisme Aparatur untuk
Mengatisipasi Kebutuhan Sektor Pelayanan Publik”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 4, (2), November 2010.
Mangkunegara, A.P. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan Kelima. Bandung: PT. Refika Aditama.
McGoldrick, J., Stewart, J., dan Watson, S. (2002). Human Resource Development: A Research-Based Approach. London: Routledge.
Miarso, Y. (2008). “Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan”. Jurnal Pendidikan Penabur. 7, (10), Juni 2008, 66 – 76. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Mulyasana, D. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Cetakan Pertama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Murgiyono. (2010). “Paradigma Manajemen Pegawai Negeri Sipil”. Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS. 4, (1), Juni 2010.
Nasution, M.N. (2010). Manajemen Mutu Terpadu. Cetakan ke-2. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Noe, R.A. et al. (2010). Human Resource Management: Gaining a Competitive
Advantage. 6th Edition. New York: McGraw-Hill.
Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Utama.
Purwanto, E.A. (2007). “Problematika Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan, dan Alternatif Solusinya”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 1, (1), Juni 2007.
(4)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pusdiklat Pegawai Depdiknas. (2003). Prinsip-Prinsip Manajemen Pelatihan: Analisis, Desain, Pengembangan, Pelaksanaan, Evaluasi. Sawangan, Depok: Depdiknas
Rafaeli, A. dan Worline, M. (1999). Symbols in Organizational Culture. Chapter Submitted for the Handbook of Organizational Culture and Climate.
Rakhmawanto, A. (2008). “Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur Pegawai Negeri Sipil”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 2, (1), Juni 2008, 97-121.
Rakhmawanto, A. (2009). “Pengembangan Pegawai Negeri Sipil: Membangun
Karier Meningkatkan Kualitas”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS.
3, (2), November 2009.
Robbins, S. P. dan Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) (12th Ed.). Buku 1 Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Robbins, S. P. dan Judge, T. A. (2011). Perilaku Organisasi (Organizational
Behavior) (12th Ed.). Buku 2 Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
Rosidah. (2004). “Dimensi Budaya dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Melalui Implementasi Total Quality”. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 2, (1), Agustus 2004, 52 – 58.
Rosidah. (2008). “Manajemen Diklat dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Pegawai Publik”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 2, (1), Juni 2008.
Saks, A.M. dan Haccoun, R.R. (2010). Managing Performance Through Training and Development. Fifth Edition. Toronto: Nelson Education Ltd.
Satori, D. (2011). “Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan”. Handout Mata Kuliah School Quality Assurance pada Prodi Penjaminan Mutu Pendidikan SPs UPI Bandung.
Satori, D. dan Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-3. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Schein, Edgar H. (2004). Organization Culture and Leadership. 3rd Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Sallis, E. (2010). Total Quality Management in Education. Cetakan ke-9. Jogjakarta: Ircisod.
(5)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soedijarto. (2008). “Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional Sebagai Ukuran
Bagi Pendidikan yang Bermutu dan Implikasinya”. Jurnal Pendidikan Penabur. 7, (11), Desember 2008, 37 – 41.
Spencer, Lyle M. dan Spencer, Signe M. (1993). Competence at Work: Model for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-6. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Supriyadi, G. dan Guno, T. (2006). Budaya Kerja Organisasi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Suryanto. (2012). “Kompetensi dan Kinerja (Produktivitas) Pegawai Negeri
Sipil”. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 6, (2), November 2012.
Sutrisno, E. (2011). Budaya Organisasi. Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Swanson, R.A. dan Holton, E.F. (2009). Foundation of Human Resource Development. Second Edition. Minnesota: Berrett-Koehler Publisher. Tika, M.P. (2010). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Universitas Pendidikan Indonesia, SPs. (2010). “Pemahaman tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan”. Bahan Ajar Focused Short Course Data Management
Training for Targeted Provincial Quality Assurance Institution (LPMPs) Staff Members. Bandung: SPs UPI.
Usman, H. (2010). Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan). Edisi Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.
Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Cetakan Ke-5. Jakarta: Rajawali Pers.
Wilson, J.P. (2004). Human Resource Development: Learning & Training for Individuals & Organizations. 2nd Edition. London: Kogan Page Ltd.
(6)
Hadi Supriyatno, 2013
Studi Peningkatan Perah LPMP Dalam Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada LPMP Provinsi Kalimantan Timur) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wirawan. (2008). Budaya dan Iklim Organnisasi. Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Yin, R. (2011). Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi 1, Cetakan Ke-10. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuniarsih, T. dan Suwatno. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ke-2. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Yuwono, T. (2008). “Menggagas Kinerja Birokrasi Publik”. Jurnal Kebijakan dan