menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.
Kelapa sawit Elaeis guineesis saat ini telah berkembang pesat di Asian Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948.
II.3 VARIETAS KELAPA SAWIT
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas- varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau
berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain
mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.
II.3.1 Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 mm – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentasi daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 . Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persilangan,
varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentasi daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain . Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga
betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan
varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini.
Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 mm – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentasi daging buah terhadap buah tinggi,
antara 60 – 96 . Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkapisifera, diwikka-
wakkadura, diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit meyebabkan perbedaan persentasi atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi
terdapat pada variretas Tenera yaitu sekitar 22 – 24 , sedangkan pada varietas Dura antara 16 – 18 . Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang
mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang
menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.dapat dilihat seperti Gambar 2.1.
a. Dura b. Pisifera
c. Tenera Gambar 2.1. Jenis tanaman sebagai basis program-program pemulihan Dura,
Pisifera, dan Tenera
II.3 .2 Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah