Lokasi Penelitian Tipe penelitian

1.2. Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian 1.2.1. Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP USU sehingga menjadikannya sebagai suatu gaya hidup? Penelitian ini berusaha mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apa alasan mahasiswa FISIP menggunakan facebook ? 2. Apakah kegunaan facebook bagi mahasiswa FISIP? 3. Bagaimana gaya hidup yang ditimbulkan dengan adanya suatu tren Facebook di kalangan mahasiswa FISIP ? 4. Bagaimana perubahan nilai yang ditimbulkan dengan adanya tren facebook terhadap mahasiswa FISIP ? 5. Aktivitas apa yang dilakukan mahasiswa FISIP saat membuka facebook? 6. Bagaimanan pandangan mahasiswa FISIP terhadap kehadiran facebook sebagai suatu tren?

1.2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang Bulan, Medan karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah : a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan lokasi kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama penelitian dilakukan. c. Hampir sebagian besar mahasiswa FISIP menggunakan facebook d. Tersedia jaringan wi-fi gratis di kampus FISIP, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengakses situs facebook 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP dan melihat gaya hidup yang ditimbulkan oleh facebook yang dijadikan sebagai tren.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara akademis yaitu dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan kehadiran facebook di kalangan mahasiswa, khususnya di FISIP – USU. Kemudian secara praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam hal membuat berbagai kebijakan tentang masalah tersebut. 1.4. Tinjauan Pustaka Manusia merupakan makhluk hidup yang didasarkan oleh dorongan naluri untuk dapat mempertahankan hidup, yaitu dorongan karena adanya suatu kekuatan biologi yang ada pada semua makhluk di dunia dan yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara semua jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini Koentjaraningrat, 1986:109. Di dalam kehidupannya, untuk dapat bertahan hidup, manusia juga perlu melakukan interaksi dengan sesamanya, karena adanya keinginan manusia untuk mencari makan demi keberlangsungan hidup yaitu dengan cara berkomunikasi. Sejak permulaan, tujuan utama teknologi masyarakat adalah untuk menggunakan prasarana, aplikasi, dan layanan informasi dan komunikasi untuk memberdayakan dan melestarikan modal sosial masyarakat lokal jaringan, organisasi, kelompok, aktivitas, dan nilai yang mendasari kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, jarak yang jauh bukanlah suatu hambatan bagi seseorang untuk berkomunikasi, dan juga menjalin komunikasi dengan orang – orang dari berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi yang canggih semakin mempermudah dalam memperoleh berbagai informasi. Dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik mempengaruhi kehidupan kita seperti internet dapat memberikan sebuah gaya hidup masa kini khususnya mahasiswa. Facebook merupakan suatu situs jaringan sosial yang sedang diminati mahasiswa pada saat ini. Seseorang yang tidak memiliki facebook dianggap ketinggalan zaman karena tidak mampu mengikuti tren. Facebook yang dimiliki oleh hampir semua mahasiswa di FISIP – USU dijadikan sebagai suatu gaya hidup. Abdullah 2006 mengatakan bahwa perkembangan televisi dan media menjadi penting jika kita menyadari fakta bahwa melalui media memainkan Universitas Sumatera Utara peranan penting dalam menarik minat massa untuk mengkonsumsi produk global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup. Menurut Pulmer 1983 gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya ketertarikan dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya pendapat. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong dalam Nugraheni, 2003 mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan individu. Universitas Sumatera Utara Adapun bentuk – bentuk gaya hidup, menurut Chaney dalam Idi Subandy,1997 ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain : a. Industri Gaya Hidup Pada bentuk gaya hidup seperti ini tubuhdiri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. b. Iklan Gaya Hidup Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan korporasi, para politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra image culture dan budaya cita rasa taste culture adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus subtle arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat. c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti celebrity based-culture, para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak generasi selanjutnya, menjadi seperti Universitas Sumatera Utara sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti celebrity-inspired identity, cara mereka berselancar di dunia maya Internet, cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas. d. Gaya Hidup Mandiri Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut. e. Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Universitas Sumatera Utara Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut pendapat Amstrong dalam Nugraheni, 2003 gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong dalam Nugraheni, 2003 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 dua faktor yaitu 1. Faktor internal faktor dari dalam yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi Nugraheni, 2003 dengan penjelasannya sebagai berikut: a. Sikap Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. b. Pengalaman dan pengamatan Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek. Universitas Sumatera Utara c. Kepribadian Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. d. Konsep diri Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku. e. Motif Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. f. Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. 2. Adapun faktor eksternal faktor dari luar Nugraheni 2003 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Kelompok referensi Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. b. Keluarga Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya. c. Kelas sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan status dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Universitas Sumatera Utara d. Kebudayaan Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam internal dan dari luar eksternal. Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya pendapat. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya http:frommarketting.blogspot.com200908definisi-gayahidup.html. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong dalam Nugraheni, 2003 mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses Universitas Sumatera Utara pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan individu. Menurut Suparlan 1996, setiap makhluk sosial memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya. Dan itu dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan dan mendorong suatu perilaku. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat perilaku tiap – tiap individu ketika melakukan interaksi yang efektif. Semua itu ditujukan untuk mewujudkan sikap, pikiran, dan perasaan sehingga dapat tergambarkan perilaku yang khas pada masyarakat tersebut. Facebook dapat diakses melalui media elektronik seperti laptop dan telepon genggam. Apalagi dengan layanan wi-fi di kampus, mereka dapat lebih mudah membuka facebook secara gratis. Bagi mereka yang tidak memiliki perangkat LAN dalam telepon genggam dapat menggunakan layanan web browser pada telepon genggam, tetapi dalam hal ini memerlukan biaya untuk dapat mengaksesnya. Seseorang yang mengikuti tren, tidak akan tanggung – tanggung mengeluarkan banyak uang hanya untuk sebuah pengakuan supaya tidak ketinggalan zaman. Dengan perilaku yang seperti tersebut, maka mereka akan melakukan apa saja hanya untuk memenuhi kepentingan tersebut, tanpa menyadari bahwa secara perlahan telah terjerat kepada budaya konsumtif apabila dibiarkan secara terus – menerus. Featherstone 1993 mengatakan bahwa tanpa terasa dan secara perlahan masyarakat menjadi terjerat pada suatu bentuk Universitas Sumatera Utara masyarakat dengan budaya konsumen consumer culture yang mengarah pada perilaku konsumtif Baudrillard, yaitu bahwa konsumsi membutuhkan manipulasi simbol-simbol secara aktif. Bahkan menurut Baudrillard, yang dikonsumsi bukan lagi use atau exchange value, melainkan “symbolic value”, maksudnya orang tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan karena kegunaan atau nilai tukarnya, melainkan karena nilai simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan yang sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian terhadap hal yang baru: produk baru, pengalaman baru dan citra baru http:www.google.co.idpostmodernisme-budaya- konsumen.html. Marshall McLuhan, mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi lain. Sama halnya dengan yang diungkapkan Poespowardojo 1989 kedatangan teknologi yang membawa serta struktur tersendiri dan jaringan otomatisasi yang mampu memasuki seluruh bidang kehidupan yang cukup jauh dalam kehidupan tradisional, seperti tercermin dalam kecenderungan dan perubahan gaya ataupun cara hidup masyarakat. Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck dalam Koentjaraningrat, 1990:78 menyatakan bahwa soal – soal yang paling tinggi nilainya dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap manusia dan yang dalam tiap kebudayaan di dunia, menyangkut paling sedikit lima hal, yaitu 1 soal human nature atau makna Universitas Sumatera Utara hidup manusia; 2 soal man nature, atau soal makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, 3 soal time, atau persepsi manusia mengenai waktu; 4 soal activity, atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; 5 soal relational, atau hubungan manusia dengan sesama manusia. Secara teknikal, kelima masalah tersebut sering disebut value orientations atau “orientasi nilai budaya”. Menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong terjadinya perubahan adalah adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain, sistem pendidikan dan ilmu pengetahuan yang maju, sistem lapisan masyarakat yang berbeda, penduduk yang heterogen serta ketidakpuasan manusia, sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup http:www.google.co.idsearch?q=perubahan-sosial.pdf. Schwartz 1994 juga menjelaskan bahwa nilai adalah 1 suatu keyakinan, 2 berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, 3 melampaui situasi spesifik, 4 mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta 5 tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu : 1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis 2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal Universitas Sumatera Utara 3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok Schwartz Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku Kluckhohn dalam Rokeach, 1973. ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu Danandjaja, 1985, maka nilai menjadi tahan lama dan stabil Rokeach, 1973. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap Danandjaja, 1985 http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phpnilai.html Schwartz 1992, 1994 mengemukakan adanya 10 tipe nilai value types yang dianut oleh manusia, yaitu : Power, Achievement, Hedonism, Stimulation, Self-directio,Universalism, Benevolence, Tradition, Conformit, dan Security http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phptipe-nilai.html. Universitas Sumatera Utara Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai sebagai standar Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994, fungsinya ialah: a Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues tertentu Feather, 1994. b Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain. c Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain. d Melakukan evaluasi dan membuat keputusan. e Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah. 2. Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994. Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan. 3. Fungsi motivasional Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu Rokeach, 1973; Schwartz, 1994, memberi arah dan Universitas Sumatera Utara intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku Schwartz, 1994. Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan termasuk secara biologis dan keinginan, selain tuntutan sosial Feather, 1994; Grube dkk., 1994 http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phpaspek- nilai.html

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif mencapai sasaran yang akan dituju, yakni melihat kehadiran facebook sebagai tren bagi kalangan mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Fenomena Judi Sepakbola di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

7 62 94

Pola Penggunaan Facebook Di Kalangan Mahasiswa USU (Studi Deskriptif Mengenai Pola Penggunaan Facebook di Kalangan Mahasiswa USU)

2 76 123

FENOMENA JILBOOBS DI KALANGAN REMAJA (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung)

0 4 83

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 15

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 5

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 2 27

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 1 2

Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 54

Demokrasi di Kalangan Mahasiswa (Studi Etnografi tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 2 12