1.2.
Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian 1.2.1. Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tren facebook di kalangan mahasiswa
FISIP USU sehingga menjadikannya sebagai suatu gaya hidup? Penelitian ini berusaha mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Apa alasan mahasiswa FISIP menggunakan facebook ?
2. Apakah kegunaan facebook bagi mahasiswa FISIP?
3. Bagaimana gaya hidup yang ditimbulkan dengan adanya suatu tren
Facebook di kalangan mahasiswa FISIP ? 4.
Bagaimana perubahan nilai yang ditimbulkan dengan adanya tren facebook terhadap mahasiswa FISIP ?
5. Aktivitas apa yang dilakukan mahasiswa FISIP saat membuka facebook?
6. Bagaimanan pandangan mahasiswa FISIP terhadap kehadiran facebook
sebagai suatu tren?
1.2.2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang
Bulan, Medan karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah :
a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan lokasi
kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama penelitian
dilakukan. c.
Hampir sebagian besar mahasiswa FISIP menggunakan facebook d.
Tersedia jaringan wi-fi gratis di kampus FISIP, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengakses situs facebook
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP dan melihat gaya hidup yang ditimbulkan oleh
facebook yang dijadikan sebagai tren.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara akademis yaitu dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan kehadiran facebook di kalangan
mahasiswa, khususnya di FISIP – USU. Kemudian secara praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam hal
membuat berbagai kebijakan tentang masalah tersebut.
1.4.
Tinjauan Pustaka
Manusia merupakan makhluk hidup yang didasarkan oleh dorongan naluri untuk dapat mempertahankan hidup, yaitu dorongan karena adanya suatu
kekuatan biologi yang ada pada semua makhluk di dunia dan yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
semua jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini Koentjaraningrat, 1986:109. Di dalam kehidupannya, untuk dapat bertahan
hidup, manusia juga perlu melakukan interaksi dengan sesamanya, karena adanya keinginan manusia untuk mencari makan demi keberlangsungan hidup yaitu
dengan cara berkomunikasi. Sejak permulaan, tujuan utama teknologi masyarakat adalah untuk
menggunakan prasarana, aplikasi, dan layanan informasi dan komunikasi untuk memberdayakan dan melestarikan modal sosial masyarakat lokal jaringan,
organisasi, kelompok, aktivitas, dan nilai yang mendasari kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, jarak
yang jauh bukanlah suatu hambatan bagi seseorang untuk berkomunikasi, dan juga menjalin komunikasi dengan orang – orang dari berbagai belahan dunia.
Perkembangan teknologi yang canggih semakin mempermudah dalam memperoleh berbagai informasi. Dengan adanya media, baik cetak maupun
elektronik mempengaruhi kehidupan kita seperti internet dapat memberikan sebuah gaya hidup masa kini khususnya mahasiswa.
Facebook merupakan suatu situs jaringan sosial yang sedang diminati mahasiswa pada saat ini. Seseorang yang tidak memiliki
facebook dianggap ketinggalan zaman karena tidak mampu mengikuti
tren. Facebook yang dimiliki oleh hampir semua mahasiswa di FISIP – USU dijadikan sebagai suatu gaya
hidup. Abdullah 2006 mengatakan bahwa perkembangan televisi dan media menjadi penting jika kita menyadari fakta bahwa melalui media memainkan
Universitas Sumatera Utara
peranan penting dalam menarik minat massa untuk mengkonsumsi produk global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup.
Menurut Pulmer 1983 gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas,
apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya ketertarikan dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup bisa merupakan identitas
kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri dan juga dunia sekitarnya pendapat. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong dalam Nugraheni, 2003
mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam
pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan individu.
Universitas Sumatera Utara
Adapun bentuk – bentuk gaya hidup, menurut Chaney dalam Idi
Subandy,1997 ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain :
a. Industri Gaya Hidup
Pada bentuk gaya hidup seperti ini tubuhdiri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka
kamu ada” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup
untuk sebagian besar adalah industri penampilan. b.
Iklan Gaya Hidup Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan korporasi, para politisi,
individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya
citra image culture dan budaya cita rasa taste culture adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan
memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus subtle arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga
perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat. c.
Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa
dalam budaya berbasis-selebriti celebrity based-culture, para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya
konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak generasi selanjutnya, menjadi seperti
Universitas Sumatera Utara
sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti celebrity-inspired identity, cara mereka berselancar di dunia maya Internet,
cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk membantu konsumen dalam parade
identitas. d.
Gaya Hidup Mandiri Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu
yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan
tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan
memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya
hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab,
serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
e. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Universitas Sumatera Utara
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut pendapat Amstrong dalam Nugraheni, 2003 gaya hidup seseorang dapat dilihat dari
perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong dalam Nugraheni, 2003 menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 dua faktor yaitu 1.
Faktor internal faktor dari dalam yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi Nugraheni, 2003
dengan penjelasannya sebagai berikut: a.
Sikap Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat
dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Universitas Sumatera Utara
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap
suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri
merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku. e.
Motif Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan
membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. f.
Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
2. Adapun faktor eksternal faktor dari luar Nugraheni 2003 sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang
memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi
pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan
individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. b.
Keluarga Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan
perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan
para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan status dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
Universitas Sumatera Utara
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan
bertindak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam internal dan dari luar eksternal. Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya pendapat. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan
uangnya
http:frommarketting.blogspot.com200908definisi-gayahidup.html.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu
timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong dalam Nugraheni, 2003 mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang
dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses
Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan
individu. Menurut Suparlan 1996, setiap makhluk sosial memiliki kemampuan
untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya. Dan itu dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan dan mendorong suatu perilaku.
Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat perilaku tiap – tiap individu ketika melakukan interaksi yang efektif. Semua itu ditujukan untuk
mewujudkan sikap, pikiran, dan perasaan sehingga dapat tergambarkan perilaku yang khas pada masyarakat tersebut.
Facebook dapat diakses melalui media elektronik seperti laptop dan telepon genggam. Apalagi dengan layanan
wi-fi di kampus, mereka dapat lebih mudah membuka
facebook secara gratis. Bagi mereka yang tidak memiliki perangkat
LAN dalam telepon genggam dapat menggunakan layanan web browser pada telepon genggam, tetapi dalam hal ini memerlukan biaya untuk dapat
mengaksesnya. Seseorang yang mengikuti tren, tidak akan tanggung – tanggung
mengeluarkan banyak uang hanya untuk sebuah pengakuan supaya tidak ketinggalan zaman. Dengan perilaku yang seperti tersebut, maka mereka akan
melakukan apa saja hanya untuk memenuhi kepentingan tersebut, tanpa menyadari bahwa secara perlahan telah terjerat kepada budaya konsumtif apabila
dibiarkan secara terus – menerus. Featherstone 1993 mengatakan bahwa tanpa terasa dan secara perlahan masyarakat menjadi terjerat pada suatu bentuk
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dengan budaya konsumen consumer culture yang mengarah pada perilaku konsumtif Baudrillard, yaitu bahwa konsumsi membutuhkan manipulasi
simbol-simbol secara aktif. Bahkan menurut Baudrillard, yang dikonsumsi bukan lagi use atau exchange value, melainkan “symbolic value”, maksudnya orang
tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan karena kegunaan atau nilai tukarnya, melainkan karena nilai simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi.
Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan yang
sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian terhadap hal yang baru: produk baru, pengalaman baru dan citra baru
http:www.google.co.idpostmodernisme-budaya- konsumen.html.
Marshall McLuhan, mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia
itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk
bergerak dari satu abad teknologi lain. Sama halnya dengan yang diungkapkan Poespowardojo 1989 kedatangan teknologi yang membawa serta struktur
tersendiri dan jaringan otomatisasi yang mampu memasuki seluruh bidang kehidupan yang cukup jauh dalam kehidupan tradisional, seperti tercermin dalam
kecenderungan dan perubahan gaya ataupun cara hidup masyarakat. Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck dalam Koentjaraningrat, 1990:78
menyatakan bahwa soal – soal yang paling tinggi nilainya dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap manusia dan yang dalam tiap kebudayaan di dunia,
menyangkut paling sedikit lima hal, yaitu 1 soal human nature atau makna
Universitas Sumatera Utara
hidup manusia; 2 soal man nature, atau soal makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, 3 soal time, atau persepsi manusia mengenai waktu; 4
soal activity, atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; 5 soal relational, atau hubungan manusia dengan sesama manusia. Secara
teknikal, kelima masalah tersebut sering disebut value orientations atau “orientasi nilai budaya”.
Menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong terjadinya perubahan adalah adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain, sistem pendidikan dan
ilmu pengetahuan yang maju, sistem lapisan masyarakat yang berbeda, penduduk yang heterogen serta ketidakpuasan manusia, sikap menghargai hasil karya orang
dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup
http:www.google.co.idsearch?q=perubahan-sosial.pdf.
Schwartz 1994 juga menjelaskan bahwa nilai adalah 1 suatu keyakinan, 2 berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu,
3 melampaui situasi spesifik, 4 mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta 5 tersusun berdasarkan
derajat kepentingannya. Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai
merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
Universitas Sumatera Utara
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan
kelangsungan hidup kelompok Schwartz Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994.
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai
modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku Kluckhohn dalam Rokeach, 1973. ‘Lebih
diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat
kepentingannya. Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu
dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu Danandjaja, 1985, maka nilai menjadi tahan lama
dan stabil Rokeach, 1973. Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila
terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap Danandjaja, 1985
http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phpnilai.html
Schwartz 1992, 1994 mengemukakan adanya 10 tipe nilai value types yang dianut oleh manusia, yaitu : Power, Achievement, Hedonism, Stimulation,
Self-directio,Universalism, Benevolence, Tradition, Conformit, dan Security
http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phptipe-nilai.html.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai sebagai standar Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994, fungsinya ialah:
a Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social
issues tertentu Feather, 1994. b
Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain.
c Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.
d Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.
e Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang
lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa
dipengaruhi dan diubah. 2.
Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992,
1994. Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai
yang dominan pada individu yang bersangkutan. 3. Fungsi motivasional
Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu
tindakan tertentu Rokeach, 1973; Schwartz, 1994, memberi arah dan
Universitas Sumatera Utara
intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku Schwartz, 1994. Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan
kebutuhan termasuk secara biologis dan keinginan, selain tuntutan sosial Feather, 1994; Grube dkk., 1994
http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phpaspek- nilai.html
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif mencapai sasaran yang akan dituju, yakni melihat kehadiran
facebook sebagai tren bagi kalangan mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data