BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teknologi karet mulai muncul ketika ditemukan produk dari lateks alam, yang dikenal sebagai karet alam atau Natural Rubber NR, yang mempunyai struktur molekul cis -
1,4-Poliisoprena dan bersifat tidak tahan terhadap ozon, minyak serta suhu yang tinggi. Jika sudah divulkanisasi berubah menjadi termoset dan tidak dapat diproses
kembali, baik dengan proses pemanasan ataupun pelarutan Bahruddin dkk, 2007. Tetapi karet alam memiliki kelebihan-kelebihan yaitu daya elastis atau daya lenting
yang sempurna, plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, tidak mudah panas, dan memiliki daya tahan terhadap keretakan Tim Penulis PS, 1992.
Polipropilena merupakan bahan polimer sintetik yang bersifat termoplastis sehingga mudah untuk diproses memiliki kekuatan tarik dan kekakuan yang baik,
ketahanan yang tinggi terhadap pelarut organik, namun polipropilena memiliki kelemahan yakni sifat kekerasannya dan kekakuan yang tinggi menyebabkan mudah
getas atau tidak elastis akibat tegangan putusnya rendah dan daya rekatnya rendah Bilmeyer, 1989.
Campuran antara termoplastik dengan elastomer dapat menghasilkan suatu material yang disebut thermoplastik elastomer TPE dimana karakteristiknya tahan
terhadap panas sehingga dapat digunakan sebagai alternatif dalam berbagai aplikasi, seperti industri otomotif Mangaraj dkk, 2005.TPE memberikan penggunaan material
yang lebih baik karena sulit untuk dapat di daur ulang. Selain itu TPE juga memiliki produktivitas yang tinggi dan mudah diproses oleh internal mixer atau ekstruksi
Ismail dkk, 2001. Keunggulan TPE yang dibuat dari proses pencampuran suatu elastomer dan termoplastik adalah sifat yang diinginkan dapat ditentukan dengan
memilih komponen elastomer dan plastik pada rasio campuran yang sesuai. Banyak
kombinasi termoplastik dan elastomer yang sudah komersial, diantaranya adalah campuran polipropilena dengan ethylene-propilene-diene-monomer PP-EPDM.
Namun, EPDM relatif lebih mahal dibandingkan dengan karet alam NR, sehingga dipelajari kemungkinan mengganti EPDM dengan NR. Campuran PP dan NR diyakini
lebih ekonomis dibandingkan dengan campuran PP-EPDM Sabet dan Datta, 2000.
Pembuatan termoplastik elastomer berbasis karet alam berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat karet alam, mengubahnya menjadi material baru, dan
penggunaannya dapat lebih diperluas Pascual dkk, 2005. Sejauh ini, TPE berbasis NR dan PP belum dapat dikembangkan secara komersial karena spesifikasi material
tersebut belum dapat bersaing dengan TPE berbasis karet sintetik. Beberapa peneliti sudah mengembangkan metode-metode untuk dapat meningkatkan sifat mekanik
campuran NRPP, diantaranya adalah dengan proses halogenisasi Ellul dan Hazelton, 1994 atau maleasi Nakason dkk, 2006.
Bahruddin dkk, 2007 meneliti mengenai morfologi dan sifat campuran karet alampolipropilena yang divulkanisasi dinamik dalam internal mixer, dimana
diperoleh bahwa dengan meningkatnya perbandingan jumlah karet alampolipropilena dapat menghasilkan distribusi partikel karet alam yang merata dengan ukuran yang
kecil. Perbandingan dari banyaknya karet alampolipropilena dan komposisi zat pengikat silang dapat meningkatkan sifat-sifat mekanik dari termoplastik elastomer
tersebut.
Beberapa peneliti seperti Nakason dkk 2006 memvulkanisasi termoplastik berdasarkan pada pencampuran karet alampolietilena densitas tinggi dengan
menggunakan pengkompatibilizer. Diperoleh bahwa termoplastik vulkanisasi dengan menggunakan resin fenolik menunjukkan bahwa kompatibilitas dan kekuatan tarik
yang lebih tinggi, perpanjangan putus dan kecenderungan untuk kembali ke keadaan semula lebih lama dari pada menggunakan Sulfur. Sama halnya dengan yang
dilakukan oleh Nakason 2006, 2008 yang mengembangkan penggunakan dikumil peroksida DKP sebagai curative agent untuk memvulkanisasi karet yaitu dengan
mencampurkan elastomer karet alam dan karet alam yang diepoksidasi dengan polipropilena menggunakan campuran DKP, sulfur dan phenil-PP sebagai
pengkompatibilizer yang menghasilkan termoplastik vulkanisasi dengan harga tegangan-regangan dan perpanjangan putus yang lebih baik. Awang 2008 juga
mencampurkan Polipropilena dengan abu ban bekas dengan penambahan dikumil peroksida sebagai inisiator dan NN-m-phenylene bis melamide sebagai coupling agent
dengan konsentrasi 1-3 phr yang menunjukkan adanya terjadi ikatan silang antara PP dengan abu ban bekas.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang campuran PP-Karet SIR 10 dengan adanya dikumil peroksida sebagai inisiator dan
divinilbenzena sebagai bahan pengikat silang. Penggunaan karet SIR 10 dalam pembuatan TPE dikarenakan Karet SIR 10 memiliki tingkat kemurnian yang lebih
tinggi sehingga diharapkan memberikan hasil yang lebih baik dalam hal penggunaannya daripada SIR 20. Dengan membandingkan jumlah PPNR yang tepat
dapat menghasilkan distribusi partikel karet alam yang makin merata didalam matrik PP. Dan dengan adanya divinilbenzena dan dikumil peroksida diharapkan dapat
menghasilkan suatu termoplastik elastomer yang baik dilihat dari sifat mekanik, fisik dan kimianya, agar dapat menghasilkan suatu material baru yang memiliki nilai
tambah dan penggunaannya dapat diperluas.
1.2 Permasalahan