Menurut Reiichi dalam Agustin Ningsi menyatakan bahwa pada
umumnya cara berbicara pria sangat dominan, ketegasannya kuat. Terbuka dan ingin memiliki wibawa. Sedangkan cara berbicara wanita bersifat lemah lembut,
halus, kooperatif, dan bersifat tidak langsung. Bahasa Jepang sangat bervariasi baik untuk formal, tidak formal, atasan
dan bawahan, teman akrab,pria dan wanita. Maka dalam kertas karya ini penulis tertarik untuk membahas tentang penggunaan ragam bahasa pria “ dayo, yo, ze,
dai, kai ’’dalam bahasa Jepang. Tetapi karena banyaknya jumlah ragam bahasa pria yang ada, penulis hanya akan membahas tentang penggunaan “ dayo, yo, ze,
dai, kai ”pada ragam bahasa pria dalam bahasa Jepang.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan gambaran tentang penggunaan ragam bahasa pria “ da
yo, yo, ze, dai, kai “ dalam bahasa Jepang. 2.
Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca dan penulis tentang ragam bahasa pria“ da yo, yo, ze, dai, kai “ dalam bahasa Jepang.
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari program D3 Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
1.3 Batasan Masalah
Setiap orang pasti akan berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar diperlukannya sarana, yaitu bahasa. Di dalam bahasa
Jepang memiliki ragam bahasa pria danseigo dan bahasa wanita joseigo. Dalam kertas karya ini penulis membahas ragam bahasa pria danserigo “
dayo, yo, ze, dai, kai” dalam bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu metode pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data di analisa dan di rangkum untuk kemudian di deskripsikan ke dalam bab dan
sub bab dalam kertas karya ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGERTIAN JOSHI DAN RAGAM BAHASA PRIA DANSEIGO
DALAM BAHASA JEPANG
2.1 Pengertian Joshi
Bila dilihat dari kanjinya kata Joshi 助詞 terdiri dari dua huruf kanji. Huruf kanji yang pertama adalah jo 助 atau tasukeru 助ける yang berarti
bantu, membantu, menolong. Dan sedangkan huruf kanji yang ke dua adalah shi 詞 atau kotoba 言葉 yang berarti kata, perkataan, atau bahasa. Oleh karena itu,
orang sering menerjemahkan Joshi dengan istilah kata bantu. Dalam bahasa Jepang Joshi mempunyai fungsi yang sangat penting.
Sebuah kalimat tidak akan terbentuk jika tidak menggunakan Joshi. Pemakaian Joshi yang tepat akan menghasilkan kalimat yang baik. Untuk ini kita ambil
contoh kalimat “watashi wa kino tomodachi to jakarta e ikimashita’’ yang terdiri dari lima bunsetsu yakni watashi wa, kinoo, tomodachi to, jakarta e, ikimasita. Di
antara bunsetsu-bunsetsu itu ada yang mengandung joshi yakni watashi wa, kinoo, tomodachi to, dan jakarta e. Joshi ‘’ wa ‘’ menempati posisi setelah nomina
watashi, joshi ‘’ to ‘’ menempati posisi setelah nomina tomodachi, dan joshi ‘’ e ‘’ menempati posisi setelah nomina jakarta. Namun joshi tidak hanya dipakai
setelah nomina, tapi dapat dipakai juga setelah verba, adjektiva-i, adjektiva-na, atau setelah joshi yang lainnya Sudjianto, 2000 : 1
Selain itu juga jumlah partikel dalam bahasa Jepang sangat banyak dan artinya pun berbeda-beda. Namun beberapa diantaranya mempunyai arti yang
sama tetapi penggunaannya berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah Joshi dapat di defenisikan sebagai bagian yang tidak dapat di tafsirkan dalam
sebuah percakapan, tetapi memiliki ke mutlakan arti tersendiri yang bebas ikatan. Oleh karena itu, suatu kata yang hanya terdiri dari Joshi saja mungkin tidak
berarti apa-apa. Tetapi dengan menambahkan kata lain, akan membawa suatu perbedaan yang besar, khususnya dalam melahirkan makna Joshi tersebut.
2.2 JENIS-JENIS JOSHI