Hubungan Infeksi Hubungan Infeksi Cacing Ascaris Lumbricoides Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Siswa Perempuan SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2014

2.3. Hubungan Infeksi

Ascaris lumbricoides dengan Indeks Massa Tubuh pada anak Infeksi cacing dapat menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Cacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Pada umumnya cacingan ini banyak ditemukan pada penduduk yang kurang mampu dan sanitasi yang buruk Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012. Secara umum infeksi cacing akan menyebabkan kurangnya nafsu makan dan penyerapan makanan, pengurangan dan deplesi mikronutrien dan anemia. Infeksi cacing jarang disertai dengan adanya gejala. Infeksi Ascaris menyebabkan malabsorbsi dikarenakan cacing ini akan memblok area absorbsi di lumen usus. Hal tersebut jika berlangsung secara kronik akan menyebabkan asupan gizi anak tidak tercukupi sehingga akan terjadi kondisi malnutrisi yang ditandai dengan status underweight Tarigan, 2011. Cacingan mempengaruhi pemasukan intake, pencernaan digestif, penyerapan absorpsi, dan metabolisme makanan. Cacing Ascaris lumbricoides yang hidup dalam rongga usus manusia memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya. Cacing gelang ini mengambil sumber karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gramhari dan protein 0,035 gramhari. Gejala-gejala kecacingan yang dapat timbul adalah berbadan kurus dan pertumbuhan terganggu kurang gizi, kurang darah anemia, daya tahan tubuh rendah, sering sakit, lemah dan mudah menjadi letih sehingga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun dan drop out nya anak SD Ali, 2008. Menurut Gusti 2004 kejadian infeksi kecacingan pada anak berhubungan negatif signifikan dengan perilaku sehat. Sementara itu kejadian infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada anak di Desa Tanjung Anom, Sumatera Utara menunjukkan adanya hubungan dengan status gizi anak. Anak yang tidak Universitas Sumatera Utara terinfeksi cacing memiliki status gizi yang relatif lebih baik dibandingkan anak yang terinfeksi cacing Elmi, et al., 2004. Status gizi didapat dari hasil pengukuran tinggi dan berat badan kemudian disesuaikan dengan usia anak yang terdapat pada chart yang tersedia. Dari pengukuran status gizi diharapkan bahwa anak yang terinfeksi cacing mengalami underweight. Hasil penelitian yang dilakukan Tarigan 2011 melaporkan bahwa dari 53 orang siswa terdapat 23 siswa yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths STH dimana 17.4 yang mengalami underweight dan dari 30 siswa yang tidak terinfeksi STH terdapat 10 yang mengalami underweight. Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, khususnya usia sekolah dasar adalah penyakit infeksi kecacingan, yaitu sekitar 40-60 . Penyakit kecacingan atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penderita dan keluarganya. Kecacingan dapat menyebabkan anemia, lesu, prestasi belajar menurun Kusuma, 2011. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep