Keterangan gambar: Cacing dewasa
hidup di dalam lumen usus halus. Cacing betina menghasilkan telur sampai 200.000 butir per hari yang dikeluarkan bersama tinja
. Telur yang tidak dibuahi unfertilized bisa saja tertelan tetapi tidak menginfeksi. Telur yang
dibuahi fertilized yang mengandung embrio menjadi infektif setelah 18 hari sampai beberapa minggu
, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan tempat yang lembap, hangat dan teduh. Setelah telur yang berkembang menjadi infektif
tertelan oleh hospes , larva akan menetas
, menginvasi mukosa usus, selanjutnya terbawa aliran darah portal kemudian melalui aliran darah sistemik ke
paru-paru . Larva yang matang menuju ke paru-paru 10-14 hari, penetrasi pada
dinding alveoli, ke cabang bronchi, kerongkongan, dan selanjutnya tertelan .
Setelah mencapai usus, berkembang menjadi cacing dewasa .
2.1.5. Cara Infeksi atau Penularan
Penularan umumnya dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk ke dalam mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar,
melalui tangan yang kotor tercemar terutama pada anak, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu Soedartono, 2008. Infeksi sering terjadi
pada anak daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena anak sering berhubungan dengan tanah yang merupakan tempat berkembangnya telur Ascaris
lumbricoides. Diperoleh juga laporan bahwa dengan adanya usaha untuk meningkatkan kesuburan tanaman sayuran dengan mempergunakan feses manusia
menyebabkan sayuran merupakan sumber infeksi dari cacing ini Irianto, 2009.
2.1.6. Patofisiologi
Tarigan 2011 menyebutkan bahwa gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya
terjadi saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru disertai batuk, demam dan
eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindroma Loeffler. Akumulasi sel darah putih
Universitas Sumatera Utara
dan epitel yang mati membuat sumbatan menyebabkan Ascaris pneumonitis. Menurut Tarigan 2011 gangguan dapat disebabkan oleh larva yang
masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh
cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada
infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan Malabsorbtion. Keadaan yang serius, bila cacing menggumpal
dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus Ileus obstructive.
2.1.7. Gejala Klinis
Kurang lebih 85 kasus ascariasis tidak menunjukkan gejala klinis asimtomatis, namun beberapa individu dengan keluhan rasa terganggu di
abdomen bagian atas dengan intensitas bervariasi. Pada awal migrasi larva melalui paru-paru pada umumnya tidak
menimbulkan gejala klinis, namun pada infeksi berat dapat menyebabkan pneumonitis. Larva askaris dapat menimbulakan reaksi hipersensitif pulmonum,
reaksi inflamasi dan pada individu yang sensitif dapat menyebabakan gejala seperti asma misalnya batuk, demam, dan sesak nafas. Reaksi jaringan karena
migrasi larva yakni inflamasi eosinofilik, granuloma pada jaringan paru dan hipersensitifitas lokal menyebabakan peningkatan sekresi mukus, inflamasi
bronkiolar dan eksudat serosa. Pada kondisi berat karena larva yang mati, menimbulkan vaskulitis dengan reaksi granuloma perivaskuler. Inflamasi
eosinofilik dikenal dengan sindrom loffler’s, dahak mengandung eosinofil dan larva kadang-kadang ditemukan.
Gejala alergi lainnya seperti urtikaria kemerahan di kulit skin rash, nyeri pada mata dan insomnia karena reaksi alergi terhadap ekskresi dan sekresi
metabolik cacing dewasa, cacing dewasa yang mati, infeksi intestinal. Cacing dewasa menimbulkan gejala klinis ringan , kecuali pada infeksi berat. Gejala
klinis yang sering timbul, gangguan abdominal, nausea, anoreksia dan diare. Komplikasi serius akibat migrasi cacing dewasa ke pencernaan lebih atas akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan muntah cacing keluar lewat mulut atau hidung atau keluar lewat rectum. Migrasi larva dapat terjadi sebagai akibat rangsangan panas 38,9
o
C. Sejumlah cacing dapat membentuk bolus massa yang dapat
menyebabkan obstruksi intestinal secara parsial atau komplet dan menimbulkan rasa sakit pada abdomen, muntah dan kadang-kadang massa dapat di raba. Migrasi
cacing ke kandung empedu, menyebabkan kolik biliare dan kolangitis. Migrasi pada saluran pankreas menyebabkan pankreatitis. Apendisitis dapat disebabkan
askaris yang bermigrasi ke dalam saluran apendiks. Pada anak di bawah umur 5 tahun menyebabakan gangguan nutrisi berat
karena cacing dewasa dan dapat di ukur secara langsung dari peningkatan nitrogen pada tinja. Gangguan absorpsi karbohidrat dapat kembali normal setelah cacing
dieleminasi. Askaris dapat menyebabkan protein energy malnutrition. Pada anak- anak yang diinfeksi 13-14 cacing dewasa dapat kehilangan 4 gram protein dari
diet yang mengandung 35-50 gram proteinhari Ideham dan Pusarawati, 2007.
2.1.8. Diagnosis