Patogenesis Asma Imron Riyatno S.500907018

commit to user 21 21

4. Patogenesis Asma

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi refleks saraf Barnes dan Rennard 2002. Asma berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran napas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan Barnes dan Rennard 2002 Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan eosinofil, sel mast, makrofag serta limfosit-T di lumen dan mukosa saluran napas. Proses ini mulai terjadi pada asma yang asimptomatik dan bertambah berat sesuai dengan berat klinis penyakit Bousquet et al . 2000. Sel inflamasi yang terlibat dalam asma adalah sel limfosit, eosinofil, basofil, neutrofil, makrofag, dan sel mast. Limfosit yang berperan pada asma adalah limfosit T-CD4 + subtipe Th 2 . Limfosit ini mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4, IL-5, IL-13 dan GM-CSF. Interleukin-5 dan GM-CSF memicu pembentukan eosinofil di sumsum tulang. Neutrofil berperan sebagai efektor reaksi inflamasi melalui fungsi fagositosis, pelepasan zat sitotoksik, serta memproduksi beberapa enzim. commit to user 22 22 Neutrofil juga menghasilkan sitokin dan kemokin seperti IL- -6, IL- 8, dan TNF- membuat dan mensekresi activator plasminogen dan metalloproteinase yang dapat merusak komponen matriks ekstraseluler saluran napas Mangatas et al . 2006. Inflamasi terdapat pada semua derajat asma asma intermiten maupun asma persisten serta ditemukan pada berbagai bentuk asma asma alergi, non alergi, asma kerja, dan asma yang dicetuskan oleh aspirin PDPI 2004. Patogenesis asma terlihat pada gambar dua. Gambar 2. Patogenesis asma. Dikutip dari Jarjour dan Kelly 2002 Ekspresi protein inflamasi sitokin, enzim, reseptor, molekul adhesi secara bersamaan berpengaruh terhadap proses inflamasi pada asma. Faktor transkripsi menginduksi protein inflamasi berperan commit to user 23 23 meningkatkan transkripsi gen target. Nuclear factor- NF- merupakan salah satu faktor transkripsi yang memainkan peran penting dalam asma. Faktor transkripsi ini diaktivasi oleh banyak rangsangan termasuk aktivator protein C kinase, oksidan, dan sitokin proinflamasi seperti IL- - dan Rennard 2002. 5. Peran Stres Oksidatif Pada Patogenesis Asma Stres oksidatif terjadi karena peningkatan produksi oksidan atau ber- kurangnya produksi antioksidan sehingga mengakibatkan gangguan kese- timbangan antara oksidan dan antioksidan. Peningkatan produksi oksidan diantaranya disebabkan inflamasi pada saluran napas pasien asma. Sel makrofag saluran napas pasien asma menghasilkan kadar superoksida lebih tinggi dibanding subyek normal. Polusi udara juga merangsang peningkatan oksidan eksogen yang berpengaruh terhadap insidensi asma. Pengurangan produksi antioksidan pada asma disebabakan oleh beberapa gangguan yang mekanismenya sudah diketahui yaitu berkurangnya kadar selenium elemen penting aktivitas aktivasi glutathione peroxidase, serta berkurangnya aktivitas tembaga dan seng yang mengandung superoxide dismutase Cu, Zn-SOD pada sel epitel bronkus dan cairan BAL. Terdapat bukti adanya polimorfisme genetik pada antioksidan enzimatik Mn-SOD dan glutathione S-transferase pada penderita asma Dworski 2000. Penelitian pada model hewan coba asma menunjukkan adanya penurunan kadar nuclear factor like 2 Nrf 2 dan peroksiredoksin intraselular. Data tersebut diatas mendukung pendapat bahwa penurunan commit to user 24 24 aktivitas pertahanan antioksidan intraselular berpengaruh terhadap perkembangan asma Cho dan Moon 2010. Kehilangan kontrol oksidan di saluran napas dapat menimbulkan inisiasi sel Th 2 yang merupakan fase awal perkembangan inflamasi alergi dalam saluran napas. Peningkatan kadar ROS dalam APC mempengaruhi sistem imunitas akibat respon Th 2 Peterson et al. 1998. Kondisi stres oksidatif menyebabkan gangguan maturasi sel dendritik ditandai penurunan sekresi IL-12 dan IFN- yang berdampak down regulation terhadap Th 1 Kim et al . 2007, Kroening et al. 2010. Pajanan oksidan terhadap sel dendritik terbukti meningkatkan produksi IL-4, IL-8 dan TNF- Verhasselt et al. 1998. Sel makrofag yang mengalami stres oksidatif akan mengalami peningkatan produksi IL-6 dan IL-10 dan akan mendeferensiasi Th ke arah respons Th 2 Murata et al. 2002. Peningkatan stres oksidatif juga berkontribusi pada perkembangan atau kelangsungan inflamasi saluran napas, menimbulkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas, stimulasi sekresi mukus, dan induksi berbagai mediator kimia proinflamasi. Semua hal tersebut diatas terkait dengan tingkat keparahan asma Fitzpatrick et al. 2009. Sel makrofag saluran napas pasien asma menghasilkan kadar superoksida lebih tinggi dibanding subyek normal. Pajanan antigen juga terbukti meningkatkan kadar ROS saluran napas. Sel inflamasi pada sirkulasi diduga juga menjadi sumber stres oksidatif. Monosit darah perifer teraktivasi oleh ikatan IgE dengan membran reseptor dan commit to user 25 25 mensekresi superoksida. Isolasi eosinofil dari pasien asma setelah pajanan antigen selama 24 jam menghasilkan kadar hidrogen peroksida lebih tinggi. Eosinofil dan monosit darah pasien asma terbukti juga mengandung kadar ROS lebih tinggi dibandingkan dengan subyek normal. Data tersebut di atas menunjukkan bahwa sel-sel inflamasi saluran napas maupun intravaskular berkontribusi pada peningkatan stres oksidatif pada asma Bowler dan Crapo 2002. Peran stres oksidatif terhadap perkembangan asma terlihat pada gambar tiga. Gambar 3. Peran stres oksidatif pada asma. Dikutip dari Cho dan Moon 2010 Sebagian besar bukti epidemiologis dan klinis mendukung adanya hubungan antara peningkatan ROS dan patogenesis asma bronkial. Molekul yang terlibat dalam stres oksidatif lebih banyak ditemukan dari sampel biologi yang diambil dari pasien asma dibandingkan dengan commit to user 26 26 kontrol subyek normal. Insidensi pasien asma juga dilaporkan lebih tinggi di daerah dengan polusi udara, menunjukkan adanya pengaruh rangsang oksidan eksogen terhadap asma Cho dan Moon 2010. Kenaikan ROS pada asma terkait dengan kerusakan berbagai molekul biologis di paru. Peningkatan nitrotyrosine dan chlorotyrosine pada sampel cairan BAL menunjukkan adanya kerusakan protein, yang berhubungan dengan penurunan aktivitas 1 protease inhibitor Bowler dan Crapo 2002.

6. Patologi Asma