commit to user
26
26
kontrol subyek normal. Insidensi pasien asma juga dilaporkan lebih tinggi di daerah dengan polusi udara, menunjukkan adanya pengaruh
rangsang oksidan eksogen terhadap asma Cho dan Moon 2010. Kenaikan ROS pada asma terkait dengan kerusakan berbagai molekul
biologis di paru. Peningkatan
nitrotyrosine
dan
chlorotyrosine
pada sampel cairan BAL menunjukkan adanya kerusakan protein, yang
berhubungan dengan penurunan aktivitas
1 protease inhibitor
Bowler dan Crapo 2002.
6. Patologi Asma
Inflamasi saluran napas pada asma melibatkan interaksi berbagai sel dan mediator berperan sentral pada patologi asma Barnes dan Rennard
2002. Mediator inflamasi dan protein hasil sekresi sel-sel inflamasi
berperan terhadap perubahan struktur dan fungsi saluran napas. Proses inflamasi kronik tersebut akan mengakibatkan perubahan struktur berupa
peningkatan epitel, hiperplasia sel goblet, peningkatan jumlah pembuluh darah, peningkatan dan perubahan matriks ekstraselular extra-cellular
matrix ECM serta pe-ningkatan massa otot polos saluran napas airway smooth muscle ASM Postma dan Timens 2006.
Analisis patologi penderita asma berat menunjukkan terjadi peningkatan sebagian besar unsur dinding saluran napas otot polos,
jaringan ikat, dan kelenjar mukus. Peningkatan ini terjadi pada saluran napas semua ukuran kecuali kelenjar mukus. Perubahan patologis saluran
napas penderita asma ringan kurang menonjol. Perubahan terutama hanya
commit to user
27
27
di saluran napas kecil dengan diameter 2-4 mm. Ketebalan dinding saluran napas juga berhubungan dengan derajat keparahan dan lama
penyakit Homer dan Elias 2005. Penyebab terpenting penebalan saluran napas adalah peningkatan
massa otot polos karena hipertrofi dan hiperplasia Larsson 2010. Penebalan lapisan kolagen saluran napas penderita asma juga menonjol.
Tebal lapisan kolagen saluran napas normal sekitar 5 m. Tebal lapisan kolagen pasien asma meningkat menjadi 20
m Larsson 2010. Penebalan ini semula hanya digambarkan sebagai penebalan
basement membrane.
Kelainan juga terjadi pada matriks nonkolagen termasuk elastin, proteoglikan, dan kartilago.
Fibrosis subepitel memberikan kontribusi terjadi perubahan distensibilitas saluran napas dan mungkin
berhubungan dengan hiperesponsif saluran napas pada asma. Fibrosis subepitel merupakan tanda sangat dini fenotipe asma pada anak-anak dan
tidak berkorelasi dengan lama waktu atau tingkat keparahan inflamasi Homer dan Elias 2005.
Peningkatan vaskularisasi juga memberikan kontribusi terhadap penebalan dinding saluran napas pada asma dan berhubungan dengan
keparahan penyakit. Angiogenesis merupakan gambaran khas asma berat tetapi juga muncul pada beberapa kasus asma ringan Larsson 2010.
Penderita asma berat memiliki jumlah pembuluh darah mukosa saluran napas lebih banyak dibanding penderita asma ringan. Peningkatan
vaskularisasi terjadi pada kapiler dan venula yang terletak di bawah
commit to user
28
28
epitel saluran napas. Dinding pembuluh kapiler dan venula penderita asma terjadi edema dan penebalan
subendothelial basement membrane
, hipotrofi atau atrofi miosit serta fibrosis arteriol. Pembuluh darah
penderita asma menunjukkan
recruitment
eosinofil, aktivasi, dan lisis intravaskular Homer dan Elias 2005.
Dilatasi, kongesti, dan edema dinding pembuluh darah mukosa bronkus merupakan gambaran yang muncul konsisten pada asma berat
dan dapat menjelaskan penyebab penebalan dan kekakuan dinding
saluran napas Larsson 2010. 7.
Patofisiologi Asma
Respons inflamasi kronik pada asma mendasari kelainan faal paru. Kelainan faal paru tersebut akibat kerusakan epitel saluran napas, fibrosis
subepitel saluran napas, hiperplasia dan hipertrofi saluran napas, vasodilatasi pembuluh darah, kebocoran plasma, hipersekresi mukus,
serta aktivasi saraf sensorik Barnes dan Rennard 2002. Perubahan faal paru pada asma diantaranya adalah:
a. Obstruksi saluran napas
Obstruksi saluran napas pada asma bersifat difus dan derajatnya ber-variasi, dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan. Penyebab
utama obstruksi adalah kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi oleh mediator yang dilepaskan sel inflamasi Rahmawati
et al.
2003. Fibrosis subepitel saluran napas dengan penimbunan kolagen
berhubungan dengan obstruksi dan hiperesponsivitas saluran napas
commit to user
29
29
yang terdapat pada penderita asma. Peningkatan aliran darah mukosa saluran napas menyebabkan peningkatan volume pembuluh darah
diduga juga berperan terhadap penyempitan saluran napas yang mengakibatkan obstuksi. Peningkatan produksi mukus berperan dalam
peningkatan viskositas
mucus plugs
yang dapat menyebabkan oklusi
saluran napas penderita asma Barnes dan Rennard 2002. b.
Hiperesponsivitas saluran napas
Mekanisme hiperresponsivitas saluran napas belum diketahui secara pasti. Salah satu penyebabnya diduga karena perubahan sifat
otot polos saluran napas sekunder terhadap perubahan fenotip kontraktilitas. Inflamasi dinding saluran napas terutama di daerah
peribronkial dapat menambah penyempitan saluran napas selama kontraksi otot polos. Hiperesponsivitas saluran napas dapat diukur
dengan uji provokasi bronkus. Pada penderita asma terjadi peningkatan pemendekan otot polos bronkus saat kontraksi isotonik.
Perubahan fungsi kontraksi mungkin disebabkan oleh perubahan aparatus kontraksi Rahmawati
et al.
2003. Kerusakan epitel saluran napas diduga penting dalam kontribusi terjadinya hiperesponsivitas
saluran napas. Kerusakan epitel dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu: kehilangan fungsi pertahanan untuk melawan
masuknya alergen, kehilangan enzim neural peptidase yang secara normal menurunkan mediator inflamasi, kehilangan faktor relaksasi,
dan kerusakan saraf sensorik. Kerusakan kontrol saraf otonom diduga
commit to user
30
30
juga berperan dalam hiperresponsivitas saluran napas pada penderita asma Barnes dan Rennard 2002.
c. Hipersekresi mukus
Saluran napas penderita asma terjadi hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet, sehingga menyebabkan penyumbatan
saluran napas oleh mukus. Hipersekresi mukus akan mengurangi gerakan silia, mempengaruhi lama inflamasi dan menyebabkan
kerusakan struktur fungsi epitel Rahmawati
et al.
2003. Peningkatan respons sekresi ini mungkin akibat dari aktivitas mediator
inflamasi pada kelenjar submukosa dan akibat dari stimulasi elemen saraf Barnes dan Rennard 2002.
Gambaran patofisiologi asma terlihat pada gambar empat.
Gambar 4. Patofisiologi asma. Dikutip dari Barnes dan Rennard 2002.
commit to user
31
31
8. Peran Stres Oksidatif Pada Patofisiologi Asma