Kerusakan-kerusakan produk yang sering terjadi adalah sebagai berikut: Sedangkan standar yang telah ditetapkan perusahaan untuk produk akhir, yaitu:

commit to user satuan-satuan kerusakan dapat disingkirkan. Untuk mencapai produk yang berkualitas tinggi PT. Iskandar Indah Printing Textile telah menetapkan standar- standar kualitas bagi kain tenun yang dihasilkan. Sedangkan untuk proses produksi perusahaan telah menetapkan bahwa tingkat kerusakan yang terjadi pada setiap produk kain grey maksimal sebesar 0,5. Standar kualitas ini akan menjadi acuan bagi pihak perusahaan untuk mengarahkan produk-produk yang dihasilkan agar sesuai dengan harapan. Standar kualitas yang telah ditetapkan juga bertujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen dan menjaga kepercayaan konsumen yang sangat berpengaruh besar terhadap citra perusahaan. Dalam menentukan standar kualitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu mempertimbangkan persaingan dan kualitas produk pesaing, mempertimbangkan kegunaan akhir produk, dan menyesuaikan antar kualitas dan harga jual.

1. Kerusakan-kerusakan produk yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

a. Putus Lusi Yaitu putusnya benang tenun yang memanjang. b. Putus pakan Yaitu putusnya benang tenun yang melintang. c. Dobel Lusi Yaitu terdapat dua atau lebih benang lusi yang menempel. d. Dobel Pakan Yaitu terdapat dua atau lebih benang lusi yang menempel. e. Penenunan Loncat Yaitu penenunan yang tidak berurutan. f. Kotor Oli Yaitu benang terkena tumpahan oli dari mesin pada saat proses produksi berlangsung.

2. Sedangkan standar yang telah ditetapkan perusahaan untuk produk akhir, yaitu:

commit to user a. Tepi tidak sobek-sobek. b. Tidak putus lusi c. Tidak putus pakan d. Tebal lapisan sama atau sesuai ukuran. e. Tidak dobel pakan f. Tidak dobel lusi g. Penenunan urut atau tidak loncat-loncat N. Teknik Pengendalian Kualitas Produk Kain Grey Dalam menentukan langkah-langkah pengendalian kualitas produk, terdapat berbagai metodeteknik pengendalian, diantaranya adalah : 1. Menggunakan teknik Control Chart C-Chart. Adapun langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : a. Menentukan rata-rata kerusakan c = i diobservas yang bulan jumlah rusak yang produk total b. Menentukan batas pengendalian 1 Batas pengendalian atas UCL = c c 3 + 2 Batas pengendalian bawah LCL = c c 3 − 2. Selain itu untuk mengendalian kualitas produk juga bisa menggunakan teknik Diagram Pareto. Diagram Pareto merupakan metode untuk mencari sumber kesalahan, masalah atau kerusakan produk untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha penyelesaian masalah. Diagram pareto menyatakan bahwa 80 permasalahan yang terdapat pada perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20 Render dan Heizer, 2005 : 266. commit to user Adapun langkah-langkah pembuatan diagram pareto menurut Render dan Heizer 2005 : 266 adalah sebagai berikut: 1 Menentukan prosentase kerusakan untuk setiap jenis kerusakan, misalanya terdapat kerusakan A, B, C, dan D yang jumlahnya masing-masing sebesar a, b, c, dan d. 2 Membuat diagram pareto dengan mengurutkan jeniskerusakan yang jumlahnya paling besar ke jumlah paling kecil. Langkahnya adalah : Menghitung prosentase jenis kerusakan 3. Setelah itu, untuk memperoleh solusi untuk pengendalian kualitas produk tersebut, maka digunakanlah Teknik Diagram sebab akibat untuk memperoleh sumber-sumber penyebab kerusakancacat pada kain grey. Diagram sebab akibat merupakan salah satu dari banyak teknik yang dapat membantu mengidentifikasi lokasi yang mungkin dari terjadinya masalah-masalah mutu dan lokasi pemeriksaan Render dan Heizer, 2005 : 265. Tujuan dari penggunaan diagram sebab akibat ini adalah untuk mengidentifikasi kesalahan sehari-hari dari pengendalian mutu. Diagram sebab akibat juga digunakan untuk penelusuran akar penyebab terjadinya masalah aktif Render dan Heizer, 2005 : 265. Menurut pembahasan sebelumnya muncul permasalahan- permasalahan dalam memproduksi kain grey, dengan diagram sebat akibat dapat dicari penyebab-penyebab permasalahan yang muncul dalam upaya mengendalikan kain grey di PT. Iskandar Indah Printing Textile. Berikut permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses produksi kain grey pada PT. Iskandar Indah Printing Textile : commit to user Produk rusak Pengukuran Peralatan uji salah Spesifikasi salah Metode tidak pantas Kendali temperatur tidak Debu dan kotoran Kondisi gudang Lingkungan Manusia Pelatihan tidak cukup Ketiadaan konsentrasi Pengawasan yang lemah Cacat dari penjual Bukan ke spesifikasi Penanganan maerial yang tidak sesuai Material Disain proses tidak pas Manajemen mutu tidak efektif Defisiensi didalam disain produk Proses Mesin Usia ketua Keluar dari penyesuaian Pemasalahan yang dibuat mesin Gambar 2.2 Diagram Sebab Akibat commit to user Dari diagram sebab akibat dapat dijelaskan mengenai permasalahan yang muncul dari upaya pengendalian kualitas. Secara garis besar penjelasan masing- masing permasalahan adalah sebagai berikut : a Mesin 1 Permasalahan yang dibuat mesin Pada umumnya permasalahan yang muncul dari mesin sangat mempengaruhi kondisi kain misalnya oli mesin, rusaknya kain akibat pakan. 2 Keluar dari penyesuaian Bisa diartikan terlambat dalam memperbaiki kondisi mesin. Akibat yang muncul berupa lambatnya kinerja mesin dan tidak sesuai kontruksi. 3 Usia tua Masalah ini merupakan masalah yang paling banyak dihadapi oleh industri tekstil karena mahalnya biaya untuk pembelian mesin dengan teknologi yang baru. b Manusia 1 Pengawasan yang lemah Sedikitnya petugas bila dibandingkan dengan jumlah mesin juga berpengaruh terhadap proses produksi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mesin yang butuh pengawasan lebih karena usia tua. 2 Ketiadaan konsentrasi Konsentrasi yang sangat tinggi sangat dibutuhkan namun banyaknya pekerjaan membuat konsentrasi karyawan terpecah. Masalah ini sangat terasa dialami oleh pekerja pada shift malam karena selain menangani mesin juga melawan rasa kantuk. 3 Pelatihan tidak cukup Masa pelatihan selama 6 bulan memang sudah lama namun sasaran yang dituju tampaknya belum bisa dicapai. Terlebih banyak dari pekerja yang sudah berumur di atas 30 tahun. commit to user c Pengukuran 1 Metode tidak pas Kesalahan seperti ini mungkin saja terjadi karena banyak konstruksi yang diproduksi sehingga membuat kelalaian penggunaan metode yang sama namun dalam konstruksi yang berbeda. 2 Spesifikasi yang salah Penggunaan spesifiksi yang meleset dalam produksi juga dapat mempengaruhi kualitas kain grey. 3 Peralatan uji salah Kesalahan ini bisa saja muncul karena afat yang digunakan dipakai terus menerus dan kurang mendapatkan perawatan. d Proses 1 Desain proses tidak pas Munculnya kesalahan ini akibat dari desain metode yang tidak pas yang menyebabkan kondisi kain grey tidak sesuai keinginan. 2 Manajemen mutu tidak efektif Pengawasan berkala yang dilakukan yaitu tiga kali dalam satu shift kerja menimbulkan adanya kesalahan yang muncul dalam waktu jeda antara pengawasan yang satu ke pengawasan yang berikutnya. 3 Defisiensi di dalam desain produk Tidak adanya efisiensi yang terjadi dalam proses produksi membuat pemborosan penggunaan bahan baku yang juga akan mempengaruhi kain grey. e Material 1 Cacat dari penjual Bahan baku yang didatangkan mungkin saja terdapat produk yang cacat. Hal ini tampak waktu proses penghanian yaitu putusnya benang dan benang bergulung. 2 Bukan ke spesifikasi commit to user Bahan baku yang digunakan tidak cocok dengan spesifikasi, kesalahan ini bisa terjadi pada waktu uji coba yang terlihat bagus namun dalam produksi jangka panjang terdapat kesalahan. 3 Penanganan material yang tidak sesuai Kesalahan ini muncul, misalnya penumpukan yang melebihi ketentuan, tidak adanya pembatas antara tumpukan material dan lantai, tidak adanya pencatatan barang secara lengkap. f Lingkungan 1 Kendali temperatur tidak akurat Kesalahan ini juga berpengaruh terhadap kondisi bahan baku karena temperaturnya yang berubah-ubah menyebabkan benangkain grey mudah putus. 2 Debu dan kotoran Pada umumnya kondisi pabrik tekstil memang berdebu dan kotor namun upaya untuk meminimalkan kondisi seperti ini hendaknya harus ditingkatkan karena apabila tidak segera diatasi maka akan semakin banyak hasil produksi yang rusakcacat. 3 Kondisi gudang Kebersihan gudang juga sangat berpengaruh dalam kualitas kain. Apabila gudang kotor dan banyak hewan pengerat maka akan merusak kondisi bahan baku maupun kain grey. O. Metode Pengamatan Metode pengamatan merupakan faktor penting di dalam suatu penelitian. Disamping untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian juga untuk mempermudah pengembangan dan guna kelancaran penyusunan laporan tugas akhir. Metode pengamatan yang digunakan dalam pengumpulan data ini, sebagai berikut : 1. Lokasi Pengamatan commit to user Penulis mengambil lokasi pengamatan pada PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta yang terletak di Jalan Pakel no.11 Kerten Surakarta. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : a Dimungkinkan adanya pengumpulan data sebagai bahan pembuatan laporan pengamatan yang penulis susun. Karena PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang textile yaitu mengolah bahan baku benang menjadi kain mentah Kain Grey sehingga dituntut mempunyai prosedur pengendalian kualitas kain grey yang baik agar terjadi peningkatan kualitas produk akhir kain grey khususnya. b Diberikannya ijin kepada penulis untuk mengadakan pengamatan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta, sehingga penulis mudah dalam memperoleh data, informasi, dan referensi yang dibutuhkan. c Lokasinya yang mudah dijangkau. d Karena lokasi pengamatan merupakan tempat magang penulis, sehingga penulis dapat lebih leluasa memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. 2. Jenis Pengamatan Berdasarkan dengan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, bentuk pengamatan yang digunakan adalah pengamatan deskriptif kualitatif yaitu pengamatan yang memaparkan dan menggambarkan realita secara cermat dan sistematis mengenai prosedur pengendalian kualitas produk kain grey yang diterapkan pada PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta. Seperti yang dikemukakan Sutopo 2002 : 110-111 yaitu pengamatan yang mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. 3. Sumber Data commit to user Data adalah fakta atau keterangan dari obyek yang diamati. Sumber data dalam pengamatan ini berdasarkan jenis sumber data menurut Sutopo 2002 : 50- 54 adalah : a. Narasumber Data diperoleh melalui wawancara dengan Supervisor bagian produksi, serta wawancara dengan beberapa karyawan sebagai informan yang dapat memberikan informasi yang menunjang. b. Dokumen Data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, arsip-arsip, serta dokumen-dokumen maupun literatur yang ada pada PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti pedoman pengendalian kualitas produk, dan buku referensi kepustakaan. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengamatan ini berdasarkan pada teknik pengumpulan data menurut Sutopo 2002 : 58-72 adalah sebagai berikut : Wawancara Yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung atau bertatap muka kepada narasumber yang berhubungan dengan materi pengamatan dan kegiatan yang dipelajari di lapangan kepada Supervisor bagian produksi serta beberapa karyawan lainnya di PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta yang dianggap kompeten. Teknik ini dipakai penulis agar data yang diperoleh lebih hidup dan lengkap. Teknik wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam tidak terstruktur dimana pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi dilakukan secara commit to user mendalam dan dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan kejelasan baik jumlah dan kualitas data yang diharapkan. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah model analisis interaktif. Menurut Sutopo 2002 : 91-93 dalam model ini ada tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang dilakukan secara serempak dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Komponen analisa tersebut dilaksanakan secara terpadu selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut : a Reduksi data Data reduction Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan pengabstrakan data yang muncul dari catatan lapangan, yaitu PT. Iskandar Indah Printing Textile Iskandartex Surakarta. Proses ini berlangsung secara terus menerus sepanjang pelaksanaan pengamatan. Proses analisis juga dimaksudkan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, dan membuang hal-hal yang tidak penting serta mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan pengamatan dapat dilakukan. b Penyajian data Penyajian data dapat diartikan sebagai suatu rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan dapat mudah dipahami. Berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain yang berdasarkan pemahamannya tersebut. Dalam tahapan ini sajian data dalam bentuk narasi serta deskripsi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. c Penarikan kesimpulan Conclution drawing Kesimpulan yang diambil perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar dipertanggung jawabkan. Perlu dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali commit to user dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran yang timbul pada pengamat pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali catatan lapangan. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Ketiga komponen utama tersebut saling mendukung dan berhubungan membentuk suatu interaksi dalam proses pengumpulan data sehingga menjadi satu siklus penting dalam penyusunan laporan ini. Keseluruhan proses tersebut dilakukan sepanjang proses pengamatan dan dilakukan berulang kali sehingga analisa yang didapat cukup mantap dan memuaskan. Bagan 2.3 Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Penarikan Kesimpulan commit to user

BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang textile, yaitu mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang berupa kain. Perusahaan ini terletak di Jl. Pakel no. 11 RT 03 RW VIII Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, Surakarta dengan tanah seluas 35 hektar. Pada mulanya perusahaan ini berupa sebuah CV yang bernama CV. Fariantex yang didirikan oleh keluarga Bp. Wahyu Iskandar pada tanggal 23 Mei 1975 dengan jumlah karyawan yang berjumlah sekitar 200 orang jumlah mesin produksi ± 25 unit dan kapasitas produksi sejumlah 3.000 mbulan. Dengan melihat perkembangan produksi kain grey dan kain batik corak yang terus meningkat dan semakin diminati oleh banyak konsumen, maka pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengubah bentuk usahanya yang semula CV menjadi PT. Pada tanggal 2 Januari 1991, PT. Iskandar Indah Printing Textile telah resmi terbentuk dengan Surat Ijin Usaha No. 19911.16PBVIII1991PT Akibat dari pesatnya perkembangan perusahaan, maka pada tahun 2000 jumlah karyawan sudah mencapai sekitar 1.100 orang jumlah mesin tenun 614 unit, mesin warping 3 unit, mesin kanji 2 unit, mesin diesel 1 unit, mesin boiler 1 unit mesin valding 5 unit, mesin kelos 1 unit, dan kapasitas produksi sudah mencapai 1.363.503 mbulan. Para konsumen batik dan textile dari PT. Iskandartex Indah Printing Textile berasal dari dalam maupun luar kota seperti Pekalongan, Bandung, dan Jakarta. Bahkan perusahaan ini juga melayani pesanan dari luar negeri seperti Amerika, Korea, Singapura, Swiss, dan Arab Saudi. B. Struktur Organisasi PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta Dalam menjalankan usaha agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien setiap organisasi membutuhkan individu-individu untuk menjalankannya. Individu tersebut perlu dikoordinasi agar dapat terbentuk sebuah kesatuan yang 28