commit to user
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan awal untuk pengumpulan,
pengukuran, dan analisis data, berdasarkan pertanyaan penelitian Sekaran dan Bougie, 2013. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis yang
menguji pengaruh umur administratif pemda, tingkat kekayaan daerah, belanja modal, temuan kelemahan SPI, dan temuan kepatuhan terhadap pengungkapan
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penelitian ini merupakan penelitian cross section
karena menggunakan data satu tahun anggaran saja yaitu tahun anggaran 2012.
3.2 Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal
yang menarik bagi peneliti ingin menyelidiki Sekaran dan Bougie, 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kabupatenkota di Indonesia yang
telah dinilai kinerja pemerintahannya oleh Kementrian Dalam Negeri pada tahun anggaran 2012.
Setelah populasi ditentukan, maka selanjutnya adalah menentukan kerangka sampel sample frame. Kerangka sampel sample frame adalah sebuah
representasi dari seluruh populasi dimana sampel digambarkan Sekaran dan Bougie, 2013. Kerangka sampel dalam penelitian ini mengambil dari nama-nama
kabupaten dan kota yang masuk dalam daftar peringkat dan status kinerja kabupaten
commit to user
dan kota tahun 2012 yang tercantum dalam Kepmendagri No. 120-251 tahun 2014 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Secara Nasional Tahun 2012. Sekaran dan Bougie 2013 menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Desain pengambilan sampel sampling
design terbagi dalam dua tipe utama, yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling Sekaran dan Bougie, 2013. Dalam probability sampling,
besarnya peluang elemen untuk terpilih menjadi subjek diketahui, sedangkan pada nonprobability sampling
besarnya peluang elemen untuk terpilih menjadi subjek tidak diketahui. Penelitian ini menggunakan desain nonprobability sampling yaitu
purposive sampling .
Purposive sampling adalah jenis desain nonprobabililty sampling yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan kriteris sampel berupa pemda kabupatenkota yang memiliki opini laporan
keuangan wajar tanpa pengecualian dan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas untuk tahun anggaran 2012. Alasan utama penulis mengambil sampel
kabupatenkota dengan kriteria tersebut adalah penulis menggunakan data keuangan yang disajikan pada laporan keuangan pemda, sehingga penulis lebih
meyakini penyajian data keuangan pemda yang telah mendapat opini wajar tanpa pengecualian dan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas dari BPK.
3.3 Sumber Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Sekaran dan Bougie
2013 menjelaskan bahwa data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder penelitian ini diambil dari LKPD seluruh Pemda
commit to user
kabupatenkota di Indonesia untuk tahun anggaran 2012 yang telah diaudit oleh BPK, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester IHPS BPK tahun 2013, serta data
mengenai pemerintah daerah dan skor kinerja yang diakses melalui situs resmi Kementrian Dalam Negeri yaitu www.kemendagri.go.id. Data LKPD berisi laporan
neraca yang berisi informasi data berupa jumlah aset yang dimiliki pemda, laporan realisasi anggaran LRA yang memuat jumlah pendapatan asli daerah dan belanja
modal. IHPS memuat informasi mengenai hasil pemeriksaan BPK dalam periode per semester dan di dalamnya terdapat informasi mengenai temuan hasil
pemeriksaan BPK. Tabel III.1
Sumber Data No.
Data Sumber
1. Laporan Keuangan Pemerintah Kota dan
Kabupaten BPK-RI
2. 3.
IHPS I dan II Data Skor Kinerja Pemerintah Daerah
BPK-RI Situs Web Kemendagri
4. Data Profil Pemerintah Daerah
Situs Web Kemendagri 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan pembangunan pengertian atau pemahaman dalam suatu istilah yang terukur dengan mengurangi tingkat abstraksinya melalui
penggambaran dimensi dan elemen Sekaran dan Bougie, 2013. Pengertian dan pengukuran variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adlaah sebagai
berikut. 1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu skor kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota. Skor kinerja penyelenggaraan pemerintahan
commit to user
daerah kabupatenkota yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 121-251 tahun 2014 tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional Tahun 2014 berdasarkan hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah terhadap LPPD
tahun 2012 tingkat nasional dengan rentang nilai 0-4. 2. Variabel Independen
Variabel independen menurut Sekaran dan Bougie 2013 merupakan salah satu yang mempengaruhi variabel dependen dengan cara positif maupun negatif.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah status daerah, kekayaan daerah, belanja modal, temuan pemeriksaan atas kelemahan sistem pengendalian intern,
dan temuan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap undang-undang. Penjelasan dan pengukuran dari masing-masing variabel independen tersebut adalah sebagai
berikut. 1 Variabel umur administratif daerah AGE.
Umur suatu organisasi bisa diartikan sebagai berapa lama suatu organisasi aktif sejak terbentuknya Setyaningrum dan Syafitri, 2012. Tahun dikeluarkannya
undang-undang mengenai pembentukan suatu pemda menjadi ukuran umur administratif suatu pemda. Sesuai dengan penelitian Lesmana 2010 serta
Setyaningrum dan Syafitri 2012, variabel umur administratif pemda pada penelitian ini diukur dengan menggunakan dasar umur pemda berdasarkan undang-
undang pembentukannya dalam satuan tahun. AGE = Umur Administratif Pemda Berdasarkan Undang-Undang
Pembentukannya Dalam Satuan Tahun
commit to user
2 Variabel tingkat kekayaan daerah WEALTH. Penelitian Mustikarini dan Fitriasasi 2012 menggunakan PAD
dibandingkan dengan total pendapatan sebagai proksi pengukuran tingkat kekayaan daerah. PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-
sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tingkat kekayaan
daerah bisa dilihat dari berap banyak pendapatan asli daerah tersebut terhadap total pendapatannya. Maka pada penelitian ini variabel tingkat kekayaan daerah
menggunakan formula sebagai berikut. WEALTH=
Pendapatan Asli Daerah Total Pendapatan
3 Variabel belanja modal BMOD. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyebutkan belanja
modal adalah total belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelianpengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nugroho 2012 menjumlahkan seluruh belanja-belanja tersebut dalam mengukur variabel
belanja modal. Sudarsono dan Rahardjo 2013 menggunakan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah untuk mencerminkan porsi belanja daerah yang
dibelanjakan untuk membiayai belanja modal.
commit to user
Penelitian ini menggunakan logaritma natural dari total belanja modal pemda untuk mengukur variabel belanja modal pemda. Maka pada penelitian ini variabel
belanja modal menggunakan formula sebagai berikut. BMOD = Ln Belanja modal
4 Variabel temuan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern SPI. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 5KI-
XIII.282010 tentang Petunjuk Teknis Kodering Temuan Pemeriksaan menjelaskan subkelompok temuan dalam kelompok temuan kelemahan sistem
pengendalian intern sebagai berikut. a Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan.
b Temuan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja.
c Temuan kelemahan struktur pengendalian intern. Ketiga jenis temuan kelemahan sistem pengendalian intern tersebut tidak
mencantumkan besaran nilai dalam rupiah, sehingga dalam penelitian ini pengukuran variabel temuan kelemahan sitem pengendalian intern dinyatakan
dalam jumlah kasus temuan kelemahan sistem pengendalian intern oleh BPK dalam audit LKPD tahun anggaran 2012. Maka pada penelitian ini variabel Temuan
kelemahan struktur pengendalian intern menggunakan formula sebagai berikut. SPI =
∑ Kasus temuan kelemahan sistem pengendalian intern 5 Variabel temuan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap undang-undang KEP.
Temuan pmeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
commit to user
mengakibatkan kerugian
negaradaerahperusahaan, potensi
kerugian negaradaerahperusahaan kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan,
ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Temuan pemeriksaan atas kepatuhan dihitung dari jumlah temuan pemeriksaan atas kepatuhan jumlah ketidakpatuhan
yang terdapat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP. Marfiana dan Kurniasih 2013 menggunakan logaritma natural pada jumlah
nilai rupiah temuan kepatuhan terhadap terhadap undang-undang. Serupa dengan penelitian tersebut, pengukuran variabel temuan kepatuhan terhadap undang-
undang dalam penelitian ini menggunakan logaritma natural dari jumlah nilai temuan pemeriksaan atas kepatuhan oleh BPK pada pemeriksaan LKPD tahun
anggaran 2012. Maka pada penelitian ini variabel temuan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap undang-undang menggunakan formula sebagai berikut.
KEP = Ln Temuan kepatuhan 3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan alat analisis data yaitu regresi linier berganda multiple
regresion analysis. Tingkat signifikansi α yang digunakan dalam
penelitian ini sebesar 5. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh satu atau lebih variabel independen terhadap satu variabel
dependen Sekaran dan Bougie, 2013. Persamaan model regresi berganda untuk pengujian hipotesis dituliskan sebagai berikut.
KIN = ß0 + ß1AGE + ß2WEALTH + ß3BMOD + ß4SPI + ß5KEP + Ɛ
Keterangan: KIN
: Skor kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
commit to user
STAT : status pemda
WEALTH : tingkat kekayaan daerah
BMOD : belanja modal
SPI : temuan SPI
KEP : temuan kepatuhan
ß1, ß2, ß3, ß4, ß5 : koefisien variabel independen
Ɛ : errors
Analisis hasil pengujian dengan model regresi linear berganda dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai
distribusi dan perilaku data yang menjadi sampel dengan melihat rata-rata, standar deviasi, varian maksimum, dan minimum Ghozali, 2013. Pengujian statistik
deskriptif pada penelitian ini meliputi pengukuran nilai rata-rata mean, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum. Mean menunjukkan nilai rata-rata
dari data sedangkan standar deviasi menunjukkan seberapa besar data bervariasi dan nilai rata-ratanya. Nilai maksimum dan minimun menunjukkan nilai terbesar
dan terkecil dari data. 2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien. Empat jenis uji
asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji
commit to user
autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas. Penjelasan lebih lanjut mengenai keempat pengujian tersebut adalah sebagai berikut.
1 Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual mempunyai distribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan metode statistik yaitu uji Kolmogorov Smirnov KS. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih
tinggi daripada nilai signifikansi 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. 2 Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 Ghozali, 2013. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian gejala ini dilakukan
dengan menggunakan Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak sistematis. Jika Asymp. Sig. 2-tailed
0,05 maka data residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual. Namun, jika Asymp. Sig. 2-tailed 0,05 maka data residual bebas dari
autokorelasi. 3 Uji Heteroskedastisitas
Digunakan untuk mendeteksi adanya homokedastisitas atau memiliki varian yang sama. Ada dua cara pendeteksian ada tidaknya heterokedastisitas, yaitu
dengan metode grafik dan metode statistik. Dalam penelitian ini akan digunakan
commit to user
pengujian dengan menggunakan metode statistik yaitu melalui uji Glejser yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel
ind ependen lainnya. Jika β signifikan, yaitu dengan signifikansi 0,05, maka
mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. 4 Uji Multikoliniearitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Jika antar variabel
independen terjadi multikolinearitas sempurna, maka koefisien regresi variabel independen tidak dapat ditentukan dan nilai standard error menjadi tak terhingga.
Untuk mendeteksi ada atau tidak nya masalah multikolinearitas dalam variabel independen dapat dilihat pada nilai Tolerance dan VIF pada tabel coeficients. Jika
nilai Tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10 maka dapat disimpulkan tidak terdapat permasalahan multikolinearitas dalam variabel independen.
3.6 Pengujian Hipotesis Model analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah model regresi berganda. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit
-nya. Secara statistik, goodness of fit dapat diukur dari nilai koefisien determinasi
R
2
, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik menunjukan hasil yang signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H
ditolak. Berlaku sebaliknya, perhitungan statistik menunjukan hasil tidak signifikan
commit to user
ketika nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H diterima Ghozali,
2013. 1. Pengujian koefisien determinasi adjusted R
2
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi
R
2
dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel independen dan variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga
dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R
2
untuk menilai model regresi, karena nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Semakin besar nilai adjusted R
2
semakin besar pula variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.
2. Uji signifikansi simultan uji statistik F Uji statistik F menunjukkan bagaimana variabel independen dalam model
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen Ghozali, 2013. Dalam pengujian ANOVA, apabila probabilitas Sig lebih kecil dari nilai α 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
3. Uji signifikansi parsial uji statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
commit to user
dependen. Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas t-statistik. Jika nilai prob t-statistik lebih kecil dari n
ilai α 0,05 maka variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen Syafitri, 2012.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengujian seperti berikut ini.
H
1
: Jika β
1
≥0, maka H0 ditolak. Jika β
1
0, maka H0 diterima. H
2
: Jika β
2
≥0, maka H0 ditolak. Jika β
2
0, maka H0 diterima. H
3
: Jika β
3
≥0, maka H0 ditolak. Jika β
3
0, maka H0 diterima. H
4
: Jika β
4
≤0, maka H0 ditolak. Jika β
4
0, maka H0 diterima. H
5
: Jika β
5
≤0, maka H0 ditolak. Jika β
5
0, maka H0 diterima.
commit to user
34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN