87
kelompok kecil sudah meningkatkan interaksi sosial yang dialami siswa-siswa terisolir sehingga tidak perlu diadakan siklus III.
E. Uji Hepotesis
Penelitian ini mendapatkan hasil peningkatan skor dalam skala interaksi sosial dan peningkatan interaksi siswa melalui observasi. Peningkatan skala
dari pre-test yang mendapatkan rerata 112,75 menjadi 136,5 pada post-test I dan meningkat lagi menjadi 157 pada post-test II didukung dengan observasi
yang dilakukan observer selama pelaksanaan sosiodrama membuktikan adanya peningkatan interaksi sosial siswa terisolir setelah dilakukannya
sosiodrama dalam kelompok. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terjadi peningkatan interaksi sosial siswa terisolir
melalui teknik sosiodrama dalam kelompok kecil di SMP Negeri 8 Yogyakarta.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan interaksi sosial siswa terisolir dengan menggunakan teknik sosiodrama. Sosiodrama yang
dilaksanakan dalam 2 siklus disertai pemahaman pentingnya interaksi sosial bagi tugas perkembangan remaja dan diskusi dengan siswa terisolir
meningkatkan kemampuan siswa terisolir dalam berinteraksi sosial. Kemampuan interaksi sosial yang meningkat dilihat dari aspek interaksi
sosial yang dik emukakan Mar’at 1982 : 92 yaitu antara lain komunikasi,
persepsi sosial, dan proses belajar sosial.
88
Peningkatan interaksi sosial siswa terisolir meningkat secara keseluruhan apabila dilihat dari hasil pre-test, post-test I dan post-test II yang
dibagikan pada siswa terisolir di awal pelaksanaan, setelah siklus I dan setelah siklus II dilaksanakan. Peningkatan skala dari pre-test yang
mendapatkan rerata 112,75 menjadi 136,5 pada post-test I dan meningkat lagi menjadi 157 pada post-test II. Peningkatan interaksi sosial juga dapat dilihat
dari observasi yang dilakukan oleh observer selama pelaksanaan sosiodrama. Hasil observasi juga mengamati adanya peningkatan pada aspek-aspek
interaksi sosial. Peningkatan komunikasi siswa terisolir terlihat dari intensitas siswa
terisolir tersebut saling bercakap-cakap seiring dengan lamanya pelaksanaan sosiodrama. siswa yang awalnya tidak saling mengenal atau belum terlalu
mengenal dapat mengenal satu sama lain lewat lamanya waktu pelaksanaan sosiodrama. Meskipun percakapan didominasi oleh siswa terisolir dengan
masalah agresif namun lama-kelamaan siswa dengan masalah lain juga mengikuti percakapan yang terjadi. Dari observasi yang dilakukan, beberapa
kali siswa terisolir juga membuat candaan-candaan yang membuat suasana kelas gaduh.
Peningkatan aspek interaksi sosial yang lain juga terlihat dari hasil observasi yang dilakukan. Siswa terisolir mulai memiliki persepsi sosial
meskipun hanya dalam lingkup kelompok kecil. Siswa mulai memiliki persepsi sosial pada saat diadakannya diskusi mengenai jalannya sosiodrama.
Pelaksana meminta pendapat antar siswa tentang bagaimana karakteristik
89
tokoh dalam sosiodrama yang sebenarnya menggambarkan diri mereka sendiri. Pada beberapa kesempatan, siswa sudah mulai dapat menyimpulkan
persepsi sosial mengenai karakteristik mereka. Aspek interaksi sosial selanjutnya adalah proses belajar sosial. aspek ini
merupakan aspek yang tidak banyak mengalami peningkatan baik dalam angket interaksi sosial maupun dalam observasi yang dilakukan. hal ini
dikarenakan proses belajar sosial bukanlah hal baru yang hanya dapat dipelajari melalui sosiodrama melainkan sudah dipelajari sejak manusia lahir.
Proses belajar sosial yang terlihat dalam sosiodrama ini hanyalah modelling yang dilakukan siswa terisolir dari satu siswa terisolir kepada siswa terisolir
lainnya baik dalam waktu memainkan sosiodrama atau dalam penggunaan komunikasi non verbal yang didiskusikan siswa terisolir tersebut.
Pembahasan hasil penelitian yang dilakukan ini membuktikan bahwa sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa terisolir dalam aspek-
aspek yang dimiliki interaksi sosial. Peningkatan interaksi sosial yang terjadi dapat dilihat dari analisis skala interaksi sosial secara menyeluruh dan juga
dari observasi yang dilakukan observer pada saat pelaksanaan sosiodrama dalam kelompok kecil.
G. Keterbatasan Penelitian