Information Seeking Information Gaps Konstruksi sosial media massa

sejumlah besar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons informasi itu. 51

f. Information Seeking

Donohew dan Tipton, menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan.

g. Information Gaps

Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, penting dikemukkan pokok bahasan mengenai celah pengetahuan information gaps. Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyarakat karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia untuk memperluas wawasan.

h. Konstruksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann. The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan. Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif dan simbolis atau intersubjektif. Sumadi Dilla dalam bukunya 51 Suwardi Lubis, Metodelogi Penelitian Komunikasi Medan: USU Press, tt, hal. 124. menyatakan Media massa dipandang sebagai sumber kekuatan utama dalam mengubah pola pikir, sikap dan prilaku masyarakat. 52

H. Komunikasi dalam Perspektif Islam

Kemajuan barat dalam teknologi dan intelektual seolah membuat dunia ini hanya menjadi suatu tempat yang bisa dilewati hanya sekejap mata. Hal terutama dengan kekuasaan barat atas komunikasi yang bisa membawa kemanusiaan ke arah konsumerisme pasif. Pandangan masyarakat dunia pun telah membuat dunia barat, yang dimotori oleh Amerika Serikat menjadi sebuah trendsetter bagi semua perkembangan yang terjadi di dunia ini. Tak terkecuali dunia muslim yang disebut-sebut sebagai kekuatan terbesar untuk melawan Amerika Serikat setelah runtuhnya Uni Soviet. Maka akan muncul masalah jika media komunikasi barat juga telah merasuk dan mempengaruhi dunia muslim. Hal ini semakin dikuatkan dengan adanya kovergensi media melalui dunia maya yang saat ini kita lebih kenal dengan internet. Serbuan arus informasi ini seakan telah menggambarkan betapa media informasi kita sedang mengalami perang yang maha dahsyat meskipun tanpa senjata. Konsep komunikasi antara dunia islam dan barat sendiri memiliki pandangan yang berbeda pula. Barat yang sekuler memisahkan agama dengan kehidupan bernegara dan sosial tentu saja akan menggunakan konsep “kebetulan” saja manusia memang berkembang dan berkata-kata. Dan inilah yang secara “kebetulan” membedakan manusia dengan hewan dan makhluk lainnya. Sementara dalam pandangan islam, yang dijelaskan dalam Al Qur’an, manusia memang merupakan makhluk yang paling sempurna dengan banyak anugerah kemampuan dari Allah SWT. 53 Dan salah satu kemampuan manusia yang paling menonjol adalah berbicara. Komunikasi pun memiliki beberapa tingkatan yang dikelompokkan dalam berbagai interaksi seperti Intrapersonal, ekstapersonal, interpersonal dan massa. 52 Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 155. 53 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam Jakarta: Logos, 1999, hal. 87.