individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media. Dalam kajian pertama ini, disebut sebagai kajian dimensi mikro dari teori komunikasi massa.
Dimensi kedua disebut sebagai kajian dimensi makro, dimana kajian ini memandang dari sisi pengaruh media kepada masyarakat luas beserta institusi-
institusinya. Dimensi ini menjelaskan keterkaitan antara dengan berbagai institusi lain dari masyarakat, seperti politik, budaya, sosial, ekonomi pendidikan, agama
dan sebagainya. Teori-teori komunikasi yang menjelaskan keterkaitan tersebut, mengkaji posisi atau kedudukan media dalam masyarakat, di mana keduanya
saling mempengaruhi satu dengan lainnya. 4. Teori-Teori Komunikasi Interpretatif dan Kritis
a. Teori-teori komunikasi interprestasi
Mengacu pada pendapat Syukur Kholil, bahwa pendekatan interprestasi yang dikenal dalam istilah Jerman
‘Verstehen’ atau pemahaman, berusaha untuk menjelaskan makna dari tindakan. Karena dari suatu tindakan dapat memiliki
banyk arti, maka makna tidak dapat dengan mudah diungkap begitu saja. Interprestasi, secara harfiah, merupakan proses inversi. Meskipun makna yang
dimaksud oleh para pelakunya penting dalam berbagai bentuk interprestasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan.
45
Teori komunikasi interpretatif ini antara lain mengadopsi teori interaksi simbolis, teori hermunuetik, teori semiotika maupun teori simbol. Teori pesat,
teori ini berkembang sangat pesat dalam bidang kominikasi akhir-akhir ini karena perkembangan media komunikasi yang begitu pesat terutama media cetak dan
elektronik. Kemajuan visualisasi media informasi menyebabkan penggunaan simbol-simbol sosial dan budaya modern tidak bisa dihindari. Bahasa komunikasi
berkembang dengan sangat pesat dan modern, begitu pula perilaku orang komunikasi ikut berubah. Dari konteks inilah, maka perkembangan teori-terori
interpretatif dalam kancah komunikasi saat ini.
45
Syukur Kholil, Teori Komunikasi Massa Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2011, hal. 51.
b. Teori-teori komunikasi kritis
Meskipun terdapat beberapa macam ilmu sosial kritis, semuanya memiliki tiga asumsi pasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip
dasar ilmu sosial interpretatif, seperti yang dijelaskan pada bagian pertama tulisan ini. Yaitu, bahwa ilmuan kritis menganggap perlu untuk memahami bagaimana
berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang
sering kali tersembunyi. Kebanyakan teori-teori kritis mengajarkan, bahwa pengetahuan adalah
kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk mengubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan
kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai
kondisi yang mempengaruhi hidup kita.
46
Wacana-wacana ilmu sosial kritis pada dasarnya memiliki implikasi ekonomi dan politik, maupun sosiologis tetapi banyak di antaranya yang berkaitan
dengan komunikasi dan tatanan interaksi sosial dan komunikasi dalam masyarakat. Meskipun demikian, suatu teori kritis mengenai komunikasi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya perlu melibatkan masyarakat secara keseluruhan.
47
Dengan demikian, maka lahirlah berbagai teori kritis baru dalam komunikasi dan hukum media, psikologi komunikasi, komunikasi antar budaya,
komunikasi politik, komunikasi organisasi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, public relation, komunikasi sosial, semiotika komunikasi dan sebagainya.
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama mutual understanding antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
dalam hal ini adalah ide baru melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara misalnya penyuluh
dan petani tidak hanya berhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau
46
Ibid.
47
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta: Kencana, 2007, hal. 155.
jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali seharusnya komunikasi baru berhenti jika sasaran petani
telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut.
Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed
Shoemaker menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian
komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”. Jadi jika yang dikomunikasikan bukan
produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi. Teori difusi inovasi sangat penting dihubungkan dengan penelitian efek
komunikasi. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu kemampuan pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan
penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.
1. Teori Efek Komunikasi Massa a. Model Lasswell