Teori Keagenan Agency Theory

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory

Auditor switching dapat dijelaskan dengan menggunakan teori keagenan Agency Theory. Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan manajemen sebagai agent, dimana manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh principal untuk bekerja dalam perusahaan. Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agent adalah pihak yang diberi mandat. Agent bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang mengevaluasi informasi Lestari, 2012. Menurut Jensen and Meckling 1976 dalam Rossieta dan Wibowo 2009 implementasi dari teori keagenan dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas. Terkait hal tersebut diharapkan agent bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal. Sehubungan dengan hal itu, maka di sisi lain agent akan diberikan insentif yang layak oleh principal sehingga tercapai kontrak kerja yang optimal. Gravious 2007 dalam Putra 2015 menyatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah 12 kontrak yang sesuai untuk menyelaraskan kepentingan agent dan principal dalam hal terjadi konflik kepentingan. Konflik kepentingan merupakan suatu kondisi yang diakibatkan ketidaksamaan tujuan, dimana agent tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Pemilik tentunya menginginkan return yang tinggi atas investasi yang mereka miliki, sedangkan di satu sisi manajemen mengharapkan kompensasi yang tinggi atas kinerja mereka. Konflik kepentingan juga dapat terjadi karena sebab lain misalnya asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agent dengan principal Lestari, 2010. Asimetri antara agent dengan principal memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis atau memperoleh keuntungan pribadi. Dengan asimetri informasi yang dimiliki tersebut akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perikatan dengan pihak ketiga yang independen yaitu auditor Febriana, 2012. Auditor berperan sebagai penengah kedua belah pihak agent dan principal yang berbeda kepentingan dalam mengelola keuangan perusahaan. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Tugas dari auditor diantaranya memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Dengan audit oleh auditor yang independen, agent dapat membuktikan bahwa kepercayaan dari 13 principal tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agent. Principal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agent dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agent Prahartari, 2013. Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent rentang untuk menimbulkan konflik, terjadinya konflik tersebut cenderung mengakibatkan manajer untuk diganti dan dengan adanya pergantian manajer akan diikuti dengan pergantian auditor KAP Rahayu, 2012. Principal bertugas untuk menentukan besarnya biaya agensi. Biaya agensi tersebut di tentukan dari banyaknya aktivitas yang dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk menentukan kewajaran suatu laporan keuangan, dibutuhkan biaya pengawasan yang tinggi. Biaya pengawasan yang tinggi tersebut dapat memicu terjadinya financial distress pada suatu perusahaan sehingga memicu terjadinya auditor switching Astrini, 2013. Selain itu, audit tenure yang panjang juga dapat menurunkan tingkat indepedensi auditor dalam mengaudit laporan keuangan yang menyebabkan perusahaan melakukan pergantian KAP. 2.1.2 Auditing Menurut Mulyadi 2009:9 secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan examination secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan 14 atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut Mulyadi, 2009:11. Messier 2005:514 dalam Nabila 2011 mendefenisikan audit merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit intern secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi. Menurut definisi di atas menunjukkan bahwa fungsi audit tidak hanya sebatas melakukan pemerikasaan di bidang keuangan saja. Tetapi juga melakukan pemeriksaan di bidang lainnya pengendalian, kepatuhan, operasional, dan lain- lain dan menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa yang telah diaudit serta dapat memberikan saran kepada perusahaan berupa tindakan perbaikan atas sistem perusahaan.

2.1.3 Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Pengaruh Auditor spesialis industri ukuran KAP auditor tenure dan independensi auditor terhadap manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

10 110 142

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 79 80

Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees: studi empiris pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 6 145

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perusahaan dalam melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2011)

0 7 116

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Reputasi Auditor terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 5 17

Fee Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching Pada Kualitas Audit.

0 1 34

PENGARUH OPINI AUDIT DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP VOLUNTARY AUDITOR SWITCHING (STUDI PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 0 12

FEE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN AUDIT TENURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2016)

0 2 16